12.53 AM
Aku melirik angka
penunjuk waktu di sudut kanan layar komputerku. Sudah tengah malam. Suasana
telah berganti sunyi. Sunyi sekali. Aku sedikit membenci suasana mencekam yang sebenarnya
tidak menyeramkan, tapi disulap dengan baik oleh daya imajinasiku yang luar
biasa menjadi sesuatu yang tidak jauh dari kata “menyeramkan. Tak perlu
bersusah payah, sinsalabin abrakadabra,
kemudian hayalan-hayalan tolol segera menari-nari dibenakku.
Semuanya berawal
dari suara beberapa orang yang terdengar dari kejauhan. Mereka bicara apa aku
juga tidak tahu, suara mereka sungguh membuat bulu kudukku berdiri. Sekalipun
mereka manusia tulen, suara samar-samar mereka tak jauh beda dengan sesuatu.
Aku tak berniat memperjelas nama ‘sesuatu’ itu.
Aku tidak habis
pikir, sudah begitu larut, mereka masih saja berkeliaran di luar rumah. Aku tak
bermaksud mengeluarkan argument negatif tentang cara hidup beberapa orang di
luar sana, hanya saja keadaan mendorongku berargument seperti itu.
“Seharusnya aku telah
berada di alam mimpi” batinku. Kesunyian
yang semakin terasa membuat nyaliku semakin ciut. Aku beralih memeluk guling
dan berusaha memejamkan mata. Sedetik, dua detik, tiga detik, selebihnya mataku
kembali say hello. Siapa yang bisa disalahkan jika keadaannya
seperti ini, aku, tubuhku, atau mungkin mataku, atau ku jatuhkan saja ‘pikiran’
sebagai dalang dari semuanya?. Hah. Entahlah.
Tiba-tiba aku
teringat akan email yang aku terima beberapa hari lalu. Email tersebut telah ku
baca, tapi belum sempat ku balas. Belakangan urusan kampus lumayan mencuri
fokusku. Mau tidak mau semua hal wajib diselesaikan dalam waktu singkat. Berhubung
rasa ngantuk belum memenuiku, aku memanfaatkan waktu yang kumiliki untuk membalas
email yang kuterima.
Aku mendekati
notebook yang sedari tadi ku biarkan menyala. Layarnya yang terang benderang
seakan jadi teman terbaik yang akan menemani mataku. Satu persatu folder ku buka, dan berlabuh di sebuah folder dengan rename “galadear”. Perlahan
jemariku menyentuh permukaan keyboard,
dan untuk beberapa waktu ku biarkan diriku terhanyut.
Padang,
31 Januari 2012
Dear
my best friend..
Kau
menepati janjimu sobat…
Tadinya
aku khawatir komunikasi kita akan terputus begitu saja.Tapi emailmu ini datang
menegurku dan berhasil mengusir pikiran buruk yang sempat terlintas dibenakku.
Kejutan
yang sungguh menyenangkan… ^_^
Aku
telah membaca emailmu dengan baik sebelum menuliskan balasannya, dan kata yang
ingin sekali aku katakan padamu adalah “woooow…..mengagumkan…!!!!!”
Kau
berhasil membuaku gigit jari karena iri. Entahlah. Aku bingung mengekspresikan
apa yang kurasakan saat membaca kata demi kata yang tertera. Bandung, ITB,
kost-an, makanannya, tempat-tempat yang kau kunjungi, caramu menggambarkan
kehidupanmu disana dan semua cerita menarik yang kau jabarkan membuatku
pangling sendiri saat menuliskan balasan untukmu.
Aku
kageet…????? --------- iyaaaa
Aku
takjub…???? ---------- iyaaaa
Aku
penasaran…??? ------ bgd malah….!! Hahahahaha…
Aku
ingin kesana…???? ------ huaaaaa dengan senang hati aku akan langsung bilang
“iyaaaaa”. Kau berhasil melipat gandakan keingintahuanku. Benarkahkah
semenyenangkan itu???
Apa
lagi hal baru yang kau temukan disana??? Sungguh, aku penasaran sekali.
Dan
lagi, mengenai kampusmu, aku acungkan empat jempol untuk karyawan bagian tata
usaha yang ada disana. Baguslah jika mereka bisa bersikap ramah seperti yang
kau katakan. Aku juga berharap hal yang sama juga bisa berlaku disini, bukannya
bertemu dengan muka masam yang menyebalkan. Huh.
Dua
hari yang lalu aku mendatangi bagian kemahasiswaan. Kau masih ingat Bapak yang
pemarah, cuek dan nyebelin di ruangan itu??? meja kerjanya di depan Ibuk yang
mengurus legalisir ijazah, aku harap kau masih ingat. Aku benar-benar kesal
padanya, bahkan sangat kecewa dengan pelayanan terhadap mahasiswa yang dia berikan.
Sebelum
penyerahkan paket wisuda ke bagian BAAK, ada surat dari PD III yang ku
butuhkan. Surat yang mesti dibubuhi tanda tangan PD III telah ku berikan
kepadanya, dia menyuruhku kembali dan mengambilnya jam 2 siang. Saat itu pukul
12.00 wib. Berarti ada dua jam lagi waktu yang mesti ku lalui untuk menunggu.
Meskiun capek, lelah, bosan dan malas yang sudah memuncak karena menunggu
terus, aku tetap bertahan. Singkat cerita aku kembali kesana tepat pada waktu
yang telah dia katakan.
Aku
masuk lagi ke ruangan yang seakan jauh dari aura baik itu dengan semangat baru.
Sekalipun pelayanan yang diberikan sering mengecewakan, aku berharap aku
beruntung saat itu. Sesopan mungkin aku memulai pembicaraan dan bertanya
mengenai surat yang dia janjikan. Aku juga tersenyum padanya, siapa tahu
senyuman bisa sedikit mencairkan suasana tegang yang dia perlihatkan saat aku
masuk. Perlakuan yang tak seharusnya ku dapatkan. Sungguh menyebalkan.
Setelah
aku bertanya nasib suratku, tanpa memberikan jawaban terlebih dahulu dia
bangkit dari tempat duduknya menuju meja kerja di sudut ruangan. Dia kembali dengan
sebuah buku yang disela-sela lembarannya terdapat surat. Sekali lagi tanpa
bicara dia membolak balik lembaran buku tersebut dan mengeluarkan lembaran
surat.
Aku
tersenyum puas. “Setidaknya rasa lelahku menunggu dan kesabaranku dari tadi
membuahkan hasil”, batinku. Masih di menit yang sama, senyum yang tadinya
menghiasi wajahku mendadak kabur. Dengan santainya Bapak itu bilang “belum di
antar ke Bapak PD III, beliau pergi. Jemput besok pagi”.
Aku
kesal separuh mati rasanya. Dia berkata tanpa rasa bersalah. Dia membuang
waktuku saja. Aku capek, aku lelah, berharap kesabaranku berbuah manis ternyata
malah dikecewakan. Dengan rasa kesal yang membubung tinggi aku keluar dari ruangan,
tapi yang jauh lebih membuatku ingin mencekik Bapak itu, ternyata Bapak PD III
berada di ruangan kerjanya. Keterlaluan sekali. Telah membuatku menunggu,
mengecewakanku, dan sekarang membohongiku pula.
Aku
telah memastikan rasa lapar menjauh dariku sebelum melangkah lagi kesana, tapi
emosiku serasa sama hebatnya saat masalah datang bersamaan dengan rasa lapar
yang hebat. Aku menggerutu, mengupat-ngupat menahan emosi. Hal yang sama juga
dialami oleh Mimin, Zuzu dan Yasni. Lebih tepatnya aku mengurus semuanya
barengan dengan mereka.
Itulah
pelayanan hebat yang kudapatkan dari pihak kemahasiswaan di kampus. Berbeda
jauh dengan apa yang kau dapatkan di ITB.
Sebaiknya
aku membahas yang lain denganmu, semakin banyak menceritakan kekecewaan yang ku
dapatkan di kampus hanya akan membuat emosiku menjadi buruk lagi.
Oooiyaaaaaa…
Sebelumnya
kau bilang padaku, kau menyukai salah seorang dosen disana, bahkan mengharapkan
sesuatu yang jahil jika dia lebih muda 20 tahun. Hahahahahah…
Aku
tidak akan berkomentar buruk mengenai hal itu, karena aku juga pernah punya
pikiran seperti itu saat bertemu dengan seseorang yang jauh lebih tua dariku,
yang memiliki kepribadian yang kharismatik, mempesona dengan kepintaran dan
keramahannya, didukung lagi dengan parasnya yang tak kalah main dengan anak
muda tampan yang pernah kulihat. Bahkan aku bersedia jadi istrinya. Hihihi.
Aku
jadi teringat akan konflik yang dihadapi oleh Miss Indonesia dengan sang ayah
karena memilih tambatan hati 15 tahun lebih tua darinya. Lagi dan lagi pria
yang jauh lebih tua semakin banyak berhasil menggaet hati para wanita muda…..
hehehehhe…(imbas nonton gosip)…
Sekedar
melepas rasa penasaranku saja, siapa teman dekatmu disana????
Seperti
apa dia???? apa dia menyenangkan seperti kami…??? Hihihiihihi (membanggakan ijo
tentara)
Saat
mengantarmu di hari keberangkatanmu, sebenarnya banyak hal yang ingin ku
katakan padamu. Tapi melihatmu terburu-buru, aku kehilangan semua hal yang
ingin ku sampaikan. Satu hal yang masih ku ingat dengan baik “aku berharap aku
dan anak-anak ijo masih berada di tempat yang sama dihatimu meskipun nantinya
kau menemukan teman yang baru disana”.
Dalam
hidup aku paling benci menjadi orang yang meninggalkan, tapi jauh labih benci
lagi menjadi orang yang ditinggalkan. Hari itu aku ingin memelukmu lebih lama.
Aku ingin tertawa bersama. Aku berharap waktu bisa berhenti sesaat, agar aku
bisa lebih lama bersamamu.
Aku
tidak mampu membohongi hatiku. Aku sangat sedih saat mengantarmu. Tapi aku
tidak mau air mataku berlaku bagai batu yang menghalangi jalanmu. Aku melihatmu
hingga kau masuk dan perlahan menghilang dari penglihatanku. Ternyata begitu
menyakitkan rasanya.
Sebagai
sahabat, aku juga takut kehilangan sahabatku, aku takut sahabatku menemukan
orang baru yang jauh lebih mengerti dirinya dan akhirnya melupakanku.
Aku
bahagia melihatmu bahagia. Semoga kesuksesan yang selama ini kau impikan bisa
kau wujudkan. Aku menanti hari dimana aku bisa melihatmu lagi. Dimana saat itu
kau telah menjadi seorang wanita yang hebat, yang lebih bijak dan jauh lebih
dewasa.
Aku
juga sangat merindukanmu sayang. Sahabat mana yang tidak akan merindukan
sahabatnya. Adakalanya jauh dari sahabat dan tidak bertemu dengannya dalam
kurun waktu yang cukup lama mengundang kerinduan yang jauh lebih besar dari
pada kerinduan yang dirasakan terhadap pacar.
Semoga
kau baik-baik saja disana. Kau gadis yang menyenangkan selama tidak terjerat
akan cinta. Semoga kau tetap menjadi gadis yang menyenangkan meskipun nantinya
kau menemukan someone disana.
Aku
akan selalu merindukanmu…..
Ku
tunggu balasan darimu……
Nb: Kemaren aku dan Adel chattingan, aku menceritakan mengenai
suratmu padanya. Dia juga menanyakan banyak hal tentangmu padaku. Aku tidak
menjabarkan apa yang dia tanyakan di surat ini. Setelah ku pikir-pikir, akan
jauh lebih menyenangkan lagi jika kita bertiga surat-suratan. Jadi aku forward
email yang telah kuterima darimu ke dia. Aku juga meminta Adel untuk
membalasnya. Disana dia bisa menanyakan langsung apa yang ingin dia ketahui
mengenai kehidupanmu di Bandung.
Ini email Adel
adelia.aryani.putri@gmail.com
^_^
Aslm. kereeen... keren abiz ay... ditunggu kelanjutan ceritanya... :)
BalasHapushmmm... kalo baleh kasih saran nih, tambahkan label di untuk novel ay ini. jadi lebih mudah menemukannya secara urut :)