Powered By Blogger

GLamee Story of Aizee


Kamis, 16 Februari 2012

Pre-Novel E3 (Its Coming from Audella)

It’s Coming

Aku mengambil buku agenda kuning yang sedikit lusuh karena terlalu sering digunakan dan juga pernah terkena tetesan hujan itu dari tas biru kesayanganku, mengamati satu demi satu kegiatan yang harus aku lakukan disana. Huft. Seperti biasa, jadwal padat yang kadang-kadang membuatku tak bisa bernafas. Aku berhenti mengamatinya dan mulai melingkari point pertama. Memolotinya toh tak akan membuat point-point itu menghilang tanpa bekas. Apa tadi yang harus kulakukan? Oh ya, melakukan point pertama yang telah kulingkari, berangkat ke kampus dan menemui pembimbingku.
                Aku melangkah keluar dari kostan dan memandangi warna biru yang menghiasi langit. Dengan konyolnya aku menghitung gumpalan-gumpalan putih yang mengapung lembut disana. Ada 1, 2, 3, 4 oh hei, awan itu kelihatan seperti salah satu domba dalam Shaun the Sheep, domba gendut yang lucu dengan bulu putih yang lebat. Aku terkekeh pelan dan mulai menghitung lagi. 5, 6. Oops.. aku hampir menabrak mobil yang membongkar muatannya di pinggir jalan. Aku melihat kesekeliling dan bersyukur tidak ada yang memperhatikanku. Heheheh.  Akan sangat memalukan kalau ada yang melihatnya dan tertawa. Aku berhenti melakukan hal bodoh dan dengan segera pikiranku melayang kembali.
Disini sangat panas. Matahari bersinar dengan teriknya setiap hari, bukan berarti aku tidak menyukainya aku sangat menyukai langit biru, hanya saja suhu diluar ruangan membuatku merasa seperti di dalam microwave. Andai saja sekarang aku ada di Paris. Disana sedang musim dingin. Eiffel pasti kelihatan sangat cantik dengan kabut tipis yang sekarang mengelilinginya. Menambahkan kesan misterius pada keanggunannya yang tak terbantahkan. Tapi bagaimana ya dengan petani anggur di Champagne? Mereka pasti harus bekerja keras untuk membuat ruang bawah tanah yang berisi tong-tong penuh sari anggur itu tetap hangat. Aku menggelengkan kepala pelan. Kenapa aku harus mengkhawatirkan petani yang jaraknya ribuan mil dari tempatku berada sekarang. Aku seharusnya mengkhawatirkan diriku sendiri. Aku memiliki janji dengan pembimbingku jam 10 pagi dan ini sudah jam, aku melirik display ponselku, 10.05 am. Oh my, sepertinya aku harus berlari.
---000---

                Bimbingan tadi berjalan dengan lancar, aku hanya memasang tampang tak bersalah saat aku sadar aku terlambat dan mungkin ia memaklumi keterlambatanku melihat keringat yang mengalir di wajahku. Aku sebenarnya bisa saja menghapusnya sebelum menemui pembimbingku tapi hey, aku butuh sedikit alibi. Sekarang aku menunggu pembimbing pertamaku di lobi kampus. Ia sedang mengajar dan aku harus menunggu sampai ia selesai pukul 5 sore dan sekarang baru pukul 3. Yeah, 2 hours more to go. Aku memandangi sekitar, melihat kerumunan mahasiswa yang ada di lobi kampus yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sesekali aku tertawa menimpali lelucon Robi yang kadang-kadang tak aku mengerti darimana ia temukan. Robi adalah partnerku dalam mengerjakan skripsi. Mulai dari judul yang hampir serupa, pembimbing 1 dan 2 yang sama hingga tempat penelitian yang sama. Bagus sekali memiliki teman dalam mengerjakan hal ini, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika aku harus menunggu selama 2 jam sendirian. Bukan berarti aku akan bosan atau apa. Aku tak pernah bosan dengan diriku sendiri. Aku punya banyak hal untuk dilakukan dalam kesendirianku hanya saja aku tak tahan dilihat orang sedang tak melakukan apa-apa sendirian padahal kenyataannya aku sedang bersama imajinasiku. Aku melirik Robi lagi yang sedang sibuk bercerita penuh semangat dengan teman-teman sekelasnya. Ini sudah sore, tapi semangatnya untuk berbicara tak pernah padam. Aku yang melihatnya saja sudah lelah, bagaimana ia tak pernah lelah seperti itu?
                Aku merasakan ponselku bergetar dan melihat nama yang ada disana.
                Eomma calling…
                Eomma? Aku segera mengangkat panggilan itu. “Yep, mom. Ada apa?”
                “Ada kartu pos dari Brazil” Ucapnya dengan gembira.
                “Brazil? Natalie? Ada kartu pos dari Natalie ma?” Aku juga berteriak gembira dan menjauh dari keramaian di lobi sebelum orang-orang menjadikanku pusat perhatian.
                “Iya. Dari Natalie. Disini tertulis ‘Hey, Adelia. How are you doing?” Aku terkekeh pelan mendengar ibuku berbicara bahasa Inggris dengan logat bahasa Indonesia yang sangat jelas.
                “Bukan begitu cara membacanya.” Aku mendengar suara Ayahku dari kejauhan.
                “Sini, biar papa saja yang membacakan.” Sekarang Ayahku yang ikut berbicara.
                “Apa sih pa isinya? Cepetan baca.” Ujarku sedikit mendesak.
                “Sebentar. ‘Hey Adelia, How are you doing? I’m fine here in Brazil. How about your day? I really hope to see you someday here in Brazil. You still remember our promise right? Don’t forget about that! Or ill spell you into a Pinocchio. I miss you. Send my regard to your family. Love you, Natalie.’ Nah, itu katanya.
                “Iya pa? Uwaaahhhh… Pa, simpan dulu ya. Jangan dirusak. Jangan kasihin perangko Brazilnya ke Fauzi. Nanti kalau pulang baru del ambil” Aku tersenyum senang dengan isi kartu pos itu dan Ayahku segera mengakhiri pembicaraan setelah beberapa pertanyaan ‘normal’ tentang keadaanku dan skripsiku.
                Aku tersenyum dan kembali ke lobi menunggu. Disana masih ada Robi yang bercerita dengan semangat yang belum sirna dan beberapa wajah yang kukenal melakukan sesuatu dengan laptopnya dan yang lainnya mengobrol atau sekedar duduk diam menunggu seperti aku. Tanpa kusadari aku kembali hanyut dalam lamunanku. Natalie Yuki. Trainee dari Brazil yang datang ke kota ini November lalu. Natalie yang sangat aku sayangi dan sudah aku anggap seperti kakak perempuanku sendiri. Dan kedua orangtuaku juga menyayangi dan menyukainya. Hhmm. Apa ya yang ia lakukan di Sao Paolo sekarang? Sedang jam berapa disana? Kalau tidak salah Natalie pernah bilang kalau perbedaan waktu antara Indonesia dengan Brazil adalah 10 jam. Berarti disana sekarang jam 1.30 pagi keesokan hari atau masih jam 5.30 pagi hari ini? Ah, ditambah atau dikurangikah? Aku mencoba memposisikan Sao Paolo, kota tempat dimana Natalie tinggal, dengan kota patokan waktu dunia Greenwich. Greenwich itu di Inggris dan Brazil di sebelah mananya Inggris ya? Ah, di belakang Inggris. Tapi kalau di peta dia berada di sebelah kanan Indonesia. Jadi seharusnya ditambah atau dikurang ya? Aku menggerutu pelan karena bingung sendiri memikirkan jawabannya. Baiklah, aku menyerah. Tak ada yang lebih baik daripada menanyakannya pada si paman yang tau segalanya, yep Uncle Google.
               Aku menghidupkan laptopku dan mulai surfing di Internet. Tidak lupa mengupdate facebook, twitter, dan tumblrku. Oh ya, sebaiknya aku mengirimkan email kepada Natalie. Berterima kasih atas post card yang ia kirimkan padaku. Aku membuka emailku dan terkejut saat melihat nama Merlin Indria di Inbox-ku. Ia benar-benar mengirimiku email, aku pikir ia hanya bercanda saat mengatakan kalau ia menerima email dari Ayu. Aku kemudian membaca email yang dikirim Merlin dan forward-an email Ayu yang dikirimkannya untukku setelah sebelumnya aku mengirim email terima kasihku ke Natalie.
---ooo---

                Ini sudah cukup larut, aku sudah menyelesaikan beberapa design brochure dan pamphlet yang dibutuhkan untuk perusahaan kecil yang sedang aku bangun. Aku seharusnya tidur. Masih banyak yang harus aku kerjakan keesokan harinya. Tapi, ada yang menahanku untuk tetap terjaga. Ya, email-email yang aku terima hari ini. Aku harus menulisnya sekarang. Sebelum aku malas, mengabaikannya dan akhirnya tak ingat untuk membalasnya.
                Tapi aku tak tahu harus mulai darimana. Pada akhirnya aku hanya membiarkan jemariku menari-nari di keyboard tanpa terlalu memikirkan apa yang aku tulis.


February 9, 2012

Dear Merlin and Ayu,

Hey, I got your emails. Thanks for let me know your current state there. ^^ I’m fine, like always.
Hhmmm.. Senang sekali rasanya mengetahui kabar kalian berdua. Bagaimana ya seharusnya aku membalas email ini. Ini sudah larut dan aku biasanya juga tidak terlalu berbicara banyak, kalian tahu itu. Aku tidak menyangka kalau hari ini akan mendapatkan email dari kalian berdua.
Karena email-email ini datangnya bersamaan, tidak apa-apa kan kalau aku membalasnya dengan bersamaan pula? Bukan apa-apa, hanya akan sangat menyusahkan kalau aku membalas email kalian dengan terpisah. Well, aku tidak berbicara tentang waktu senggang yang tidak aku punya atau apapun, hanya saja lebih menyenangkan begini. Seperti berbicara bersama, face to face langsung dengan kalian berdua. Dan juga tak ada rahasia yang berarti diantara kita kan?

Ah, liat. Bahkan kata-kataku tersusun dengan kaku dan tidak benar. Aku menghembuskan nafas dan berhenti menulis. Ini baru dua paragraf, tapi aku sudah stuck seperti ini. Cck. Payah! Tapi bagaimanapun aku harus menyelesaikannya. Dengan sedikit paksaan aku memaksa otakku untuk merangkai kata-kata berikutnya dan kemudian menyeret jariku-jariku yang lelah untuk terus menari di keyboard laptopku.

Untukmu Ayu, aku sangat sangat sangat senang sekali mendengar kau bahagia disana. Betapa kau mampu meraih semua impian yang kau inginkan. Kau tak tahu betapa bangga dan bahagianya aku mengenalmu sebagai sahabatku. Kau salah satu orang yang mampu membuatku iri dan juga terinspirasi dan turut bahagia untuk keberhasilanmu. Hey, bagaimana caranya kau membuatku merasakan perasaan yang campur aduk begitu terhadapmu?? Hehehhehe..
Aku menyesal sekali karena tak bisa mengantarmu ke airport seperti yang Merlin lakukan. Seharusnya aku disana, seperti kau yang disana pagi-pagi buta saat akan mengantar kepergianku ke India. Dan aku juga tak bisa memberikanmu banyak waktu disaat hari-hari terakhirmu di kota ini sebelum kau pergi mengejar impianmu ke kota yang berbeda. Aku minta maaf. Aku sangat menyesal. Aku tidak akan memberikan alasan apa-apa. Karena itu juga tidak akan mengubah apapun. Aku sadar kau pasti sangat kecewa padaku, seperti  aku yang juga kecewa pada diriku sendiri. Tapi lihat sisi positifnya. Aku masih di Indonesia dan kau juga. Sebelum waktu membawa salah satu dari kita terbang lebih jauh lagi mengejar impian-impian kita, tidak ada yang tidak mungkin. Kita pasti akan bertemu lagi. Ingat apa yang kita impikan tentang Bali?
Dan untukmu Merlin, aku juga ingin sekali meminta maaf. Kita masih berada di kota yang sama tapi entah kenapa menemukanmu (atau kau yang menemukanku?) terasa sangat mustahil.  Seharusnya kita lebih banyak lagi menghabiskan banyak waktu bersama. Tapi apa yang kulakukan? Aku hanya berada dalam duniaku sendiri dan menyingkirkanmu ke sudut ruangan. Dan kadang-kadang aku malah bersikap seperti orang asing.  Aku tidak seharusnya melakukan itu. Aku bahkan tidak bermaksud begitu sama sekali. Hanya saja, ah entahlah.. Aku bersalah. Maafkan aku.

Aku menghembuskan nafas dalam saat menuliskan kalimat-kalimat itu. Memang benar, seharusnya aku meminta maaf sedari dulu. Aku tidak bermaksud menjadikan mereka orang asing,  kepribadianku yang canggung dan kakulah yang kadang-kadang membuat beberapa orang sering salah paham. Aku tidak membenci mereka, hanya saja setelah lama tidak bertemu seseorang aku akan berubah menjadi gadis bodoh yang tak tahu harus mengatakan apa atau bersikap seperti apa. Ah, payah!!

Hmm, aku sebaiknya berhenti. Sebelum kalian benar-benar berpikir kalau ini adalah surat permohonan maaf bukannya surat dari seorang sahabat yang sudah lama tak kalian jumpai. ^^ Apa lagi yang harus kukatakan ya? Hmm.. mungkin aku bisa menceritakan tentang kesibukan apa yang aku lakukan sekarang. Tidak banyak. Aku sudah memantapkan pikiranku untuk mengerjakan skripsi dengan serius. Percayakah kalian kalau aku sampai mengabaikan satu semester untuk mengabdikan diriku dan bekerja bersama KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) dan pemerintah dalam memerangi AIDS? Mungkin kalian sudah tau, tapi itu cerita tentang semester lalu. Untuk semester sekarang, I already set up my mind. Don’t worry. I’ll graduate this semester, definitely. Dan juga aku masih tetap mengajar private paruh waktu. Aku membutuhkan uang. Kalian tau kan kalau aku sangat menggilai backpacking. Aku harus mengumpulkan uangku sendiri untuk memenuhi hobi yang satu itu. Orang tuaku akan memecatku menjadi anak kalau aku meminta uang untuk hobi yang tidak murah itu. Jika mereka tau mereka pasti akan menyuruhku mengganti hobi untuk mengoleksi serangga saja. Hehehe
Btw, aku penasaran dengan hubunganmu dengan Kiki, Ayu. Tapi tidak apa-apa kalau kau tidak ingin menceritakannya. Aku sudah mendengarnya dari beberapa orang. :p Dan Merlin, terakhir kali aku mendengar ceritamu kau sedang mengalami masalah kebosanan yang serius dengan Dedek. Apa kau sudah menemukan cara untuk mengatasinya? Aku hanya bertanya. Kalau kalian tidak mau menjawabnya, tidak apa-apa. Feel free to do it. Aku menjunjung tinggi privasi. ^^
And ya, ini sudah larut, aku harus bangun besok pagi-pagi sekali. I hate wake up early the most but, I don’t have much choice. L Aku menunggu kalian membalas emailku. ^^

Ps : Don’t worry to much, gals. Walaupun aku jarang atau mungkin tak pernah mengatakannya, tapi aku benar-benar menyayangi kalian. Kalian tau aku tak bisa menunjukkan perasaanku dengan baik. Dan aku juga benar-benar merindukan kalian. Aku tidak terlalu banyak menggunakan perasaanku, jadi jangan khawatir tentang kalian akan kutinggalkan atau akan kuganti dengan sahabat yang jauh lebih baik. Kalian sudah memiliki tempat tersendiri yang tak akan tergantikan. ^^

Pps : Pernahkah aku mengatakan ini sebelumnya, kalau selama bersama kalian aku merasa nyaman. Aku merasa menjadi diriku sendiri. Aku bisa bicara sebebas yang aku mau. Dan bisa mengandalkan kalian yang saat itu ada disampingku. Bersama kalian aku merasa seperti dirumah. Terima kasih telah menjadi rumah keduaku. ^^

Ppps : Aku pernah berfikir kalau aku akan baik sekali dalam bermain poker dengan poker face-ku ini. Haruskah aku mempelajarinya?

Love you always,

Adelia Aryani Putri

                Aku menguap entah untuk yang keberapa kalinya dalam beberapa menit terakhir ini. Aku membaca sekali lagi email yang aku tulis untuk sahabat-sahabatku ini. Memastikan tidak ada huruf yang salah ataupun kata yang janggal. Aku merasa sedikit berlebihan saat membaca ps, pps dan ppps yang aku buat. Too honest, sweet, lovely and definitely not like usual me. Tidakkah mereka nantinya akan terkejut? Ah, sudahlah. Biarkan saja. Aku sudah terlalu mengantuk untuk mengeditnya. Sekali ini saja aku akan mengatakannya, mereka sebaiknya tidak melupakannya.
                Aku menguap lagi dan kemudian menyerah. Menekan tombol send, mematikan laptopku dan kemudian merangkak ke tempat tidur. Dalam hitungan menit, akupun tertidur dengan nyenyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar