Powered By Blogger

GLamee Story of Aizee


Kamis, 16 Februari 2012

PRe-Novel (Flashback!! E4 Aizee Glamee)

-->
Kamis, 16 Februari 2012
Flashback!!

Aku berlari terengah-engah menaiki tangga double helix yang menuju ruangan kuliahku dilantai dua gedung SITH. Aku mulai merasa puas karena dua anak tangga lagi aku sudah akan menuju ruangan 2202, dimana aku akan mengikuti kuliah Fisiologi Hewan dan Penyakit bersama pembimbing tesisku. Dan ya,,, benar saja! Kepuasanku bisa menaiki semua anak tangga itu langsung disambut dengan senyum manis sang dosen yang sedang berdiri di depan pintu sebuah ruangan yang terletak di sudut SITH. “Kenapa telat Aizee?” aku tak menjawab, hanya tersenyum malu sambil berlari kecil menuju kelas dimana satu-satunya temanku di kelas sudah duduk dengan manis. Namanya Ria Hayati. Perempaun cerdas dan berkacamata itu sebelumnya menyelesaikan studinya di Universitas Brawijaya. Awalnya aku tak percaya saat dia bilang asalnya dari Jawa Timur, karena logat jawa nya tak begitu kentara lagi. Namun ya,,, bodi memang tak bisa bohong, mukanya yang bulat dengan perawakan yang tak terlalu tinggi ditambah pinggul lebar dan pantat yang berisi, hua! Apa aku terlalu vulgar mendeskripsikannya? Tapi begitulah dia, perawakannya 100% Jawa. Aku jadi ingat komentar salah satu politisi wanita dari partai Golkar saat Pak Suharto meninggal. “Saya sangat iri melihat bagaimana cara Pak Harto mencintai Buk Tin, pantas saja beliau begitu dicintai, wajah beliau bulat, wong nenek saya bilang kok dari saya kecil, perempuan yang wajahnya bulat itu disayang suami.” Pernyataan yang sedikit nyeleneh menurutku mengingat hari itu adalah kematian Pak Harto bukan mendiang istrinya, tapi setidaknya dari hari itu yang bisa ku ingat adalah tentang wajah bulat yang disayang suami. Hmm,, beruntunglah Ria nantinya yaa, semoga bekal wajah bulatnya benar-benar membuat dia dicintai suaminya kelak. Aku menulis ini dengan berpura-pura tidak menyadari bahwa wajahku juga bulat. Hehehe  
          Yaa!!! Begitulah .. celakanya hanya kami berdua yang lulus seleksi untuk masuk program magister biologi SITH ITB di semester ini.  Mengejutkan hah? Apa itu bukti bahwa kami memang dianugrahi otak yang cemerlang? Thanks God if thats true, karena seingatku, aku benar-benar melatih otak selama sebulan sebelum aku mengikuti tes tanggal 26 November lalu. Kemanapun aku pergi, selalu membawa bundelan kertas yang berisi soal-soal yang biasa dikeluarkan untuk menguji kemampuan akademik calon mahasiswa magister. Benar saja, practise makes perfect.
Berada di ruangan yang cukup luas dengan fasilitas yang lengkap dan dosen yang tampan. Apalagi yang bisa lebih indah dari itu selama kuliah? Hanya saja, tidak memiliki teman lain di kelas ini selain Ria membuatku selalu merasa sedang diwawancara untuk menjadi pegawai Bank.  Aku bahkan tak punya waktu membalas chatingan atau sms yang masuk ke handphoneku. Ya, walaupun memang tak seharusnya melakukan hal seperti itu saat kuliah, pendek kata, aku tak bisa melakukan apa-apa selain fokus pada si tampan yang selalu tersenyum setelah melempar pertanyaan-pertanyan yang membuat mulutku tak berhenti komat-kamit untuk menjawabnya. Akan sangat tak mengenakkan bila aku harus memoleskan lipbalm ke bibirku saat aku merasa bibirku sedikit kering *karena aku biasa melakukan itu dimana saja bila aku pikir bibirku memerlukannya*, sementara dosen tampanku itu selalu menatap kami.***

Rasa lapar yang menggerogotiku membuat kepalaku sedikit pusing. Teriknya surya seakan berkolaborasi dengan rasa lapar yang seakan ingin menyiksa tubuhku yang mulai dehidrasi. Terburu-buru membuatku lupa membawa botol minum berwana hijau kesayanganku, yang biasanya selalu kubawa sebagai bekal tubuhku agar tak kehilangan cairan. Karena faktanya, kekurangan cairan tubuh sebesar 6 persen saja bisa mengurangi daya konsentrasi sebesar 10 persen. Thats a big number, right??  Aku mulai memilah-milah jalan mana yang harus kutempuh untuk cepat sampai ke gerbang belakang ITB tanpa harus terkena sengatan surya, Hey! Jangan salah paham, aku sangat mencintai warna kulit eksotis ku, hanya saja aku tak mau terlihat coklat tua. Kulit tubuhku harus mulai kubiasakan mengimbangi kulit wajahku yang terlihat lebih cerah dan kencang sejak aku melakukan perawatan di NATASHA.

Aku mengangkat tangan kananku setinggi dada dan mulai melambaikannya perlahan untuk memberhentikan angkot tua berwarna ungu yang ternyata penuh sesak. Suka atau tidak aku harus naik angkot itu karena toh gerimis memaksaku untuk tak berlama-lama menentukan pilihan. Yah! Yang benar saja! Gerimis di terik matahari.. Aku duduk di dekat pintu dimana aku masih bisa mnghirup udara bebas diluar, karena bau keringat para pejuang ilmu yang telah berrkutat dengan diklat tebal dan sederet rentangan ilmu baru, tentu saja sangat khas dan menyengat. Aku tak ingin pusing ini semakin membuatku sempoyongan karena aroma tidak sedap yang menusuk-nusuk hidungku. Samar-samar kudengar percakapan dua orang mahasiswi ITB yang duduk di samping supir. “Nda, Lo udah dapet undangan dari Pak Soni belom sih?” Seseorang yang sedang ditanya pun menjawab spontan “Belom tuh Nggi, emang kapan undangannya dikasih? Kok gw gak tahu yaa?”. Seseorang yang kemunginan bernama Wanda, Nanda atau Dinda menjawab skenenanya “Gimana sih Maneh! Kan si bapak ngirim lewat email,,pasti jarang ngechek email deh!”.
Sontak pembicaraan mereka yang tak begitu kupahami mulai menggelitikku. Bukankah aku juga melakukan hal yang sama? Sejak seminggu yang lalu aku sangat jarang mengecheck inbox yahoo-ku, karena perhatianku hampir 70 persen tertuju pada proposal dan 30 persen pada bisnis MLM yang sedang aku jalankan. Entah sudah berapa banyak email yang telah masuk dan menunggu untuk dibaca. Terlebih ada satu email yang seharusnya sudah ku balas, email dari sahabatku di Padang.
Angkot berhenti persis di depan kantor Pusdiklat Geologi, dimana ada gang kecil yang merupakan jalan terdekat bagiku agar sampai di rumah pink dengan cepat sehingga aku tak perlu menanggung sakit kepala kepala terlalu lama, karena lapar, panas dan gerimis sekaligus.***

Aroma bunga lotus seperti mencengkram kuat kulitku. Serbuk-serbuk kekuningan yang katanya emas seperti mempertegas warna kulitku. Aku baru saja menghabiskan 30 menit penuh makna dikamar mandi. Yah! Mandi merupakan salah satu hadiah terindah yang bisa kuberikan pada tubuhku, semacam ucapan terima kasih untuk telah mengorbankan keelokkanya untuk memuaskan ambisiku akan ilmu. Karena itulah aku selalu memberikan budget khusus untuk urusan yang satu ini. Aku menemukan sebuah sabun cair dengan merek Lotus yang memiliki kandungan kolagen yang cukup tinggi dan dilengkapi serbuk emas untuk kesan glossy, karena aku sangat paham apa peran kolagen untuk kulit. Dan yah, harganya cukup mahal untuk ukuran sabun cair. Aku harus mengeluarkan uang Rp.95000 untuk sebotol sabun cair Lotus ukuran 500mL. Mengingat cara mandiku yang tak biasa, sepertinya sabun mandi kental berwarna kuning keemasan ini tak akan bertahan lebih dari sebulan.

Aku menatap wajah manis itu dicermin. Dan dia tersenyum manis. Seolah tanpa beban dan masalah. Perlahan lengkungan senyumnya mulai berubah datar, dengan tatapan tajam yang menyorot penuh makna. Dia mulai menirukan berbagai ekspresi; marah, kecewa, sedih, dan berbagai ekspresi aneh dan konyol lainnya. Aku tertawa sendiri melihatnya. Untung saja hanya aku diruangan ini yang bisa melihat cermin polah gadis di cermin itu. Apapun yangdilakukannya, aku begitu mengenalnya, terlepas dari ekspresi apapun yang dimunculkannya,, dia tetaplah Aizee yang penuh rasa sayang, ketulusan, impian dan optimisme. Gadis dicermin itu adalah aku. Aizee glamee.

Aku duduk manis di beranda lantai dua rumah pink sambil menyeruput segelas coklat panas yang sengaja kubuat tak terlalu manis. Kata demi kata, aku mulai terhanyut pada untaian cerita untuk mereka yang menunggu cerita indahku selanjutnya.




Bandung, 16 Faruari 2012
Dear Lovely Cherie
Dear Cuty Aurella

Salam cantik girls ^_^
Maafkan aku yaa...

Aku menulis ini dengan perasaan bersalah yang sedikit menumpuk karena telah mengabaikan email balasan dari kalian.Hmmmm Yaa, karena seingatku ide gila ini,  untuk saling berkirim email telah kubuat menjadi ide gila kalian juga sejak aku mengirimkan email pertama ke Cherie.

Seharusnya aku langsung membalas email balasan darimu, Cherie, namun catatan kecil diakhir emailmu membuatku berpikir sebaiknya aku menunggu email dari Aurel agar aku bisa membalas email-email kalian disatu email saja. Efisien right??

Ah sudahlah,,, tanpa aku berusaha meminta maaf pun, aku tahu kalian akan memaafkanku, aku kenal kalian bukan kemaren sore ,,,,bukan kah itu yang membuat kita masih tetap bersama sampai detik ini? Selalu membuka pintu maaf untuk ssetiap dalah stau dari kita yang melakukan kebodohan-kebodohan kecil ataupun bsear? The power of friendship hah?

Wow! kehidupan yang (masih) kalian jalani disana, benar-benar membuatku berkata *thanks God, aku udah lepas dri semua itu*.

Aku memerlukan waktu 10 menit untuk merenungkan lagi apakah yang baru saja ku tulis beraroma sarkasme atau apa. Bukan berarti aku tak menghagrai apa yang mereka lakukan, hanya saja aku merasa sangat lega telah lepas dari semua rutinitas yang mereka lakukan, rutinitas kampus yang bisa membuat rambutku rontok dan munculnya kantong hitam di bawah mata sipitku.

Tapi hey! Aku memang tak bisa terlalu memuji, aku tak ingin membuat orang yang kupuji merasa terlalu tinggi, tahu kenapa? Dari buku Dare for youth yang kubaca (semoga saja benar dari buku itu, karena aku banyak membaca buku beraroma psikologi), pujian yang berlebihan bisa menurunkan semangat seseorang untuk bekerja sebaik sebelum dia dipuji, karena tak semua orang bisa merespon baik pujian yang diterimanya. Tapi jauh di lubuk hatiku, aku sangat mengagumi ke-autisan Aurel di AISEC yang membuat kemampuan berbahas asingnya semakin meningkat, selain itu dia juga bisa mengenal banyak orang dari berbagai belahan dunia. Bukahkan itu seru?? Mengasyikkan hah? Dia sangat bersamangat, itu yang selalu aku kagumi darinya. Semangatnya itu yang membuatku selalu tak mau kalah. Bukankan mencemburui hal yang positif tak dianggap dosa ? ^_^

Selain itu, aku juga sangat ingin seperti Cherie yang selalu bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa bahkan disaat terburuk sekalipun. Dia mampu tetap terlihat kuat saat pacarnya selingkuh (atau mungkin mencoba untuk selingkuh lebih tepatnya...) Ya, setidaknya itulah yang selalu kutangkap selama ini, apalagi bila kulihat akun Facebooknya, nyaris tanpa sedih sediktipun.  Dia mampu tetap tersenyum walau sedang merasa sangat kesal. Dan jujur saja, aku mati-matian berusaha melakukan hal yang sama saat ini, menyembunyikan sakit yang teramat sangat yang mengiri kepindahanku ke Bandung. God! Mengingat sakit ini saja sudah membuat pipiku basah, apalagi harus menceritakan semuanya di email ini. Tolong kuatkan saja aku! Aku ingin mereka tahu aku baik-baik saja. Meskipun rasanya sedang terjebak dalam permainanku sendiri.
           
Mereka pasti tahu bagaimana sakitnya yang kurasa, betapa luluh lantahnya hatiku saat laki-laki yang sangat aku cintai,  bahkan aku tak pernah merasa mencintai orang sebegitu besarnya sebelumnya, ternyata mengkhianatiku. Dia selingkuh. Dan aku mengetahui itu bukan dari orang lain, tapi aku menemukan semua buktinya dengan mataku sendiri.  Tapi aku membuat semuanya terlihat biasa. Celakanya semua orang tahu aku baik-baik saja, ada begitu banyak sms dan telpon yang masuk ke ghandphone ku dari saudara, teman dan sahabat yang intinya *salut dan bangga padaku yang bisa survive dan bahagia di Bandung walaupaun baru saja mengalami kejadian itu* God!!  hurts to hear that! 


Aku mendskripsikan betapa bahagianya bisa berada di tempat yang ingin kutuju sejak beberapa tahun lalu. Betapa indanya bisa mengenal orang-orang baru yang penuh kasih, betapa ini dan betapa itu. Tapi mereka tak pernah tahu betapa susahnya aku untuk tak menangisi semua ini, betapa seringnya aku menangis di kamar dengan tissu bertebaran di lantai, betapa seringnya aku ke klinik kesehatan Ganesha hanya untuk memeriksa apakah jantungku baik-baik saja karena ada rasa yang sangat sakit luar biasa disana yang membuatku harus sering menekan jantungku bila sakit itu tiba-tiba datang.
Mereka tak tahu, saat aku hanya sendiran dirumah pink,  aku sering berteriak sambil memegang rambutku erat karena terlalu banyak menangis telah terlalu menyakiti kepalaku. Aku sakit. 

Apa mereka tahu bahwa aku baru berani membuka laptop putih kesayanganku setelah hampir dua minggu berada di Bandung? Dam untuk membukanya pun, aku membutuhkan bantuan salah seorang temanku, Mila. Atau lebih tepatnya dia dalahh adik dari temanku yang sekarang telah menjadi adik angkatku. Ada begitu banyak foto disana, ada begitu banyak kenangan disana, kenangan yang sebelumnya sangat sangat sangat indah buatku. Dan melihat semua itu hanya akan membuatku semakin rapuh saja. Apakah ada dari mereka yang tahu itu?? Mereka pasti tak tahu bahwa setiap pagi setelah bangun tidur aku harus membaringkan tubuhku lagi selama 30 menit untuk membiarkan diriku menagis, dan itu kulakukan setiap hari. Aku tak bisa menolak keinginan tubuhku untuk menikmati sakit yang sedang menguasaiku. Apa mereka tahu??


Apa mereka tahu betapa sulitnya aku untuk membujuk mataku untuk tidur, karena jam 2 pagi memang sudah waktunya tidur bukan? Tapi sepi yang teramat sangat besar selalu menusuk hatiku, jauh di dalam relung itu, aku mengharapkan kehadiran seseorang, seseorang yang sangat aku benci sekaligus seseorang yang memiliki hatiku.
God, apa aku harus membuat mereka mengetahui itu? Apa aku harus memberi tahu mereka semua itu?
Aku sakit, aku sakit. Apakah aku harus membiarkan mereka mengasihaniku lagi?
Tak ada satu orang pun dari mereka yang masih berdiam di Padang yang kubiarkan tahu. Ibu, kakak, abang, adik teman ataupun sahabatku. Aku tak ingin mereka mengkhawatirkanku, aku tak ingin mereka berpikir aku lemah, aku tak ingin mereka berpikir aku bodoh, aku hanya ingin mereka berpikir aku bak-baik saja. Karena terlepas dari sakit ini, aku memang baik-baik saja. Hidupku sangat baik dan jauh lebih baik dari sebelumnya. Satu-satunya masalahku yang sulit aku selesaikan untuk saat ini adalah hatiku.
Oh tidak, menangis memang tak pernah memberi efek yang bagus untuk tubuhku, kepalaku mulai sakit.


Aku benar-benar mengerti apa yang kau rasakan Cherie ,betapa kesalnya kau saat harus menunggu berjam-jam untuk sebuah surat yang kenyataannya sangat penting untukmu, namun setelah penantian panjang itu, You got nothing. Trust me! I’ve face it more than 5 times. Dan celakanya, mungkin saat itu aku juga sudah terbiasa.
Dan semua bimbingan skripsi yang kau jalani Aurel, sesaat lagi akan aku alami lagi.
Kalian pasti sangat mengerti tentang betapa mampunya sebuah kabar gembira mengenai studiku membuat ku bersemangat di tengah kegalauan apapun yang aku alami *sedikit lebay hah? But i mean it!

Aku sedikit merasa tidak puas dengan pembimbing tesisku yang hanya memberikan arahan mengenai penelitianku saat kami bertemu di kelas. Menurutku beberapa menit disela-sela perkuliahan bukanlah waktu yang cukup efektif dan efisien untuk menguliti treatment untuk diabetes yang akan kuangkat menjadi subjek penelitianku. Hmm,, apa aku sudah memberi tahu kalian judul tesisku? ”Kadar Insulin Plasma dan Glukosa Darah Setelah Pemberian Propolis pada Mencit (Mus Mucusus L.) Jantan Galusr Swiss Webster yang dikondisikan Diabetes Mellitus”.
Sangat jauh berbeda dengan judul skripsiku bukan? But it sounds cute right? Yaa setidaknya begitu lah menurutku.

Dengan judul yang seperti itu, aku membutuhkan dua pembimbing yang benar-benar bisa mem-push ku untuk memberikan extra effort. Aku tak mungkn berjuang sendiri untuk menemukan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu, karena notabene basic biologi yang kumiliki tak sekuat mereka yang mendalami ilmu murni sejak di strata 1. Hey!! Gelarku saja sarjana pendidikan. Haruskah aku menjelaskan pada pembimbingku bahwa setahun terakhir diperkuliahan aku hanya menguliti dunia pendidikan? Bahkan aku saja sekarang lupa katup trikuspidalis pada jantung ada dibelahan jantung yang mana, kiri atau kanan?!

Aku mencoba menemukan solusi untuk masalahku sendiri dan menemui kepala prodi magister biologi, Bapak Nyoman. Hey girls! Aku jamin tak ada satupun dari kalian yang tak akan menyukai beliau. Pintar, ramah, humoris, solutif, cekatan dan unik. Apalagi yang bisa membuat kita menyukai orang lain bila semua itu telah dia miliki? Dia selalu menyambutku dengan senyuman manisnya, dan ya, memang semua orang juga akan mendapatkan hadiah yang sama saat menemuin beliau di ruang kerjanya. Namun senyuman di saat akan menyampaikan sebuah ide yang akan menguntungkan diriku sendiri? Wow!  thats a kind of signal sissy!

Aizee: "Pak, apakah ada mahasiswa yang dibimbing oleh dua orang pembimbing untuk tesisnya? Atau apakah kondisi itu hanya dimungkinkan untuk judul-judul tertentu?"
Pak Nyoman: "Ow, tentu saja ada Aizee, kenapoa? Apa ada kendala sejauh ini? Jangan down dunk, kataya mau 3 semester langsung wisuda, ada apa? Coba cerita!"
Aizee: "Hmm,, begini Pak,,, Dari pembicaraan kita sebelumnya, Bapak sudah menyetujui untuk menunjuk bapak Ridwan sebagai pembimbing saya".
Pak Nyoman: "Ow ya,,dan sudah saya kirimkan surat tugas untuk beliat lima menit setelah kamu keluar dari ruangan saya".
Aizee: "Wow! terima kaish Pak, hanya saja,, bisakah saya mendapatkan satu pembimbing lagi, mengingat,,, hmm,,begini Pak,,,
(Aku benar-benar harus memilih kata-kata apa yang akan aku utarakan, aku tak mau terkesna menjelekkan pembimbing tampanku itu)
Saat ini saya kuliah dengan Pak Ridwan untuk dua mata kuliah, dan selebihnya saya sedikit memikiki keterbatasan waktu untuk bertemu beliau, karena kepadatan jadwal mengajar beliau di Bandung dan Jakarta,,, jadi bisakah saya mendapatkan satu pembimbing lagi yang sedikit banyaknya juga mendalami diabetes dan tak memiliki waktu yang fleksibel?"
(beliau memutar bola matanya, jujur saja, aku tak mengerti apa maksud gerakan mata itu, dan mungkin kalianpun tidak,,, hahha,,, )
Pak Nyoman: "Okay! Kamu punya pilihan namanya?"
Aizee: "Bagaimana kalo Dr. Angraiani ?" (nama yang sudah ku persiapkan dari sejam yang lalu, karena menurut rekomendasi mahasiswa lain, beliau sangat baik dan teliti, selain itu juga mendalami bidang fisiologi dan penyakit)
Pak Nyoman: "Kamu mengangkat propolis untuk diabetes,, hmm,,jangan.. jangan beliau,, coba kamu temui Pak Rama, beliau ahli serangga, baliau akan sangat membantu".
(Benar! Kenapa tak terpikirkan olehku sebelumnya. Kenapa harus memiliki dua orang pembimbing yang mengerti penyakit sedangkan aku juga butuh seorang pembimbing yang memahami serangga, hey! Propolis adalah air liur lebah, lebah adalah serangga! Oh Gosh! Alhamdullah)
Aizee: "Oke Bapaak!  Terima kasih ,,,, Saya akan temui Pak Rama sekarang, dan bila beliau menyetujui?"
Pak nyoman: "Kurang dari lima menit kemudian saya akan memberi beliau surat tugas sebagai pembimbing kedua kamu".


Hey kalian!! Apa kalian bisa merasakan itu?? Apa kalian bisa merasakan kelegaanku?? Seperti ada satu pintu yang terbuka hah? dan pintu itu mmbawaku ke sungai kecil penuh batu-batuan indah dengan air yang jernih dan dingin, dimana aku bisa mngambil air untuk kuteguk karena dahaga yang mulai tak terbendung dan merendam kakiku karena lelah yang menggelayut. Aku sesegera mungkin keluar dari ruangan Pak Nyoman dan menuju toilet wanita dimana aku berteriak pelan dan melompat kegirangan. Huaaa!!!! Aku sendirian,,dan tak tahu harus mengeskpresikan kegembiraanku sepreti apa, aku sangat lega hari itu, terlebih setalah aku menemui Dr. Ramadhani yang ternyata jauh lebih ramah dari yang kuduga, and you know what? Beliau berasal dari Batusangkar. “Urang awak juo” ternyata. Beliau seideal yang aku mau, tipikal pembimbing yang mampu mempushku untuk bergerak cepat dan menyelesaikan proposalku kurang dari seminggu, ini seperti dopping untukku,aku benar-benar terbantu dan terpacu. Aku menghabiskan hampir lebih dari 3 jam setiap harinya diperpustakaan SITH untuk membaca berbagai macam penelitian yang berhubungan dengan diabetes.

More you read more you get !!!

By the way, aku dari tadi berusaha menahan diri untuk tak menyentuh apapun tentang luka yang mengiringiku kesini, tapi,,, keluguanmu itu Aurel, memang tak ada hukuman bagi mereka yang tidak tahu, karena aku memang tak pernah membuatmu mengetahui apa yang terjadi padaku sebelum keberangkatanku ke Bandung dan percayalah aku tak ingin membuat siapapun tahu tentang luka ku,, tapi lagi-lagi cap *buku yang terbuka *sudah terlalu melekat padaku, dan berbohong atau menyembunyikan sesuatu dari sahabatmu, bukanlah pilihan yang menguntungkan ya,,,bukan begitu gadis muda??
Pertanyaanmu yang begitu mengena membuatku mau tak mau harus membuka lagi kotak hitam yang telah berhasil coba kusimpan di sudut terdalam hatiku,,, **setidaknya begitu yang ingn aku lakukan...


Aku ingat,,sejak pertama kali aku melihat kata-kata penuh motivasi ini dari fan pages -nya Mario teguh, aku sudah kadung jantuh cinta, maka selalu kusempatkan untuk menyelipkan kalimat-kalimat itu timeline facebookku. Seolah-olah ini pesan pribadi yang coba kusampaikan untuk tuhan dan untuk wanita lain diluar sana.
Tuhanku Yang Maha Penyayang,
Aku tak ingin lagi bermain-main atau tertipu dengan cinta yang setengah-setengah.
Aku letih mengharapkan kebahagiaan dari yang katanya cinta tapi tak menghormatiku, dari yang katanya kesetiaan tapi mengkhianatiku, dan dari yang katanya perhatian tapi menelantarkanku.
Kuatkanlah aku untuk menegaskan diri terhadap orang-orang yang palsu, untuk menjauhi mereka bagi kedamaianku, dan membebaskan diriku bagi jiwa yang mampu untuk mencintaiku dengan seutuhnya.
Wahai Yang Maha Cinta,
Jadikanlah aku pribadi yang tegas mencintai dengan seutuhnya, agar Kau hadiahkan kepadaku belahan jiwa yang mencintaiku dengan seutuhnya.amiiin

Aku baru mengetahui apa makna dari doa yang selalu aku  baca setiap harinya itu setelah 7 Januari 2012. Hmm...  Darimana harus ku mulai, karena semakin aku berusaha mencari bagian untuk memulainya semakin lukaku menganga..

Aku ingat saat Aku dan kevin masih sama-sama sibuk berseliweran di kampus, dimana dia menemaniku mengurusi kelengkapan berkas lamaranku untuk ITB, begitu juga sebaliknya, aku menemaninya mengurusi keperluan wisudanya. Karena memang jarak Fakultas Teknik dan FMIPA memang tak terlalu jauh. Tak akan terlalu repot rasanya bila kami saling menemani untuk menjalani aktivitas masing-masing, toh hampir selama dua tahun ini kami selalu bersama, kalian mungkin tahu bahwa kami tak pernah berpisah lebih dari seminggu.

Kami menghabiskan waktu bersama setiap harinyaa....menikmati sore bersama sambil mengeliling kota Padang dengan motor besarnya yang berwarna merah.  Aku masih ingat betul bagaimana terpaan angin sore yang menyapu pipiku dengan manja, bagaimana butiran-butiran air hujan menutupi mataku saat gerimis mulai menyapa. Oh tuhan,, semua masih mampu kuingat dengan jelas. Semua pujiannya untukku setelah kuberikan pijatan lembut dipundaknya saat dia lelah memboncengiku. Semua ucapan terima kasih yang terlontar untukku setiap selesai membuatkan kopi untuknya. Dia sangat suka kopi dan kue! Dan kebersamaan yang kian lekat membuatku juga perlahan mencintai kopi. Cinta benar-benar mampu mengubah segalanya ya?

Rasanya tak pernah sedetik pun kulewatkan tanpa mengetahui keberadaan dan kondisinya, karena kami selalu terhubung. Seperti tak ada rahasia apapun diantara kami. Aku merasa begitu sangat dicintai dengan perhatian yang begitu besar dan kesiagaannya yang membuatku merasa benar-benar beruntung. Akui saja,,bukankah kalian selalu mengatakan bahwa dia sangat mencintaiku??

Aku tak menyangka bila keputusanku untuk melanjutkan studi ke ITB akan membuka semua nya,,, seolah-olah begitulah cara tuhan menunjukkan kuasaNya padaku.
Disaat keyakinanku untuk pindah ke Bandung sudah terlalu kokoh, diapun memutuskan untuk hijrah ke Jakarta. Kalian tahu? Alasan yang kutangkap saat itu benar-benar mmbuatku percaya,,, “Aku ingin pindah ke Jakarta sayang, aku ingin bisa jauh dari rumah, agar mama tak terus-terusan menentang kita, aku ingin mandiri, aku harus ke Jakarta agar kita bisa sering bertemu, tenang saja, Bandung-Jakarta tak begitu jauh, kita pasti bisa melewati semua ini, ini bukan hal yang perlu kamu cemaskan sayang,,,”

Aku sempat bertanya, “Apa akan ada yang berubah nantinya sayang? Apa jarak akan mmbuat kita rapuh? Apa aku akan kehilangan lagi?” dan seingatku aku menangis perih saat menanyakan hal itu. Aku sangat mencintainya. Terlepas dari semua permasalah emosi yang membuat kami sering berselisih paham, aku merasakan cinta itu tumbuh begitu hebatnya. Semakin hari dan semakin besar. Hingga aku benar-benar tak ingin sedetikpun jauh darinya.


“Tidak ada yang akan berubah sayang! Aku sangat mencintai kamu. Dan tak ada yang lebih kuinginkan selain menghabiskan hari tuaku bersamamu.”
Apa kau masih sanggup berkata-kata bila orang yang sangat kau cintai mengucapkan janji seperti itu padamu Cherie? Aurel? Wajar saja bukan ,bila aku hanya diam dan membiarkan diriku larut dalam pelukannya?

Tibalah hari dimana semua petaka itu hadir, 22 November 2011.
Aku bangun sangat pagi untuk menunggu telpon darinya, diriku larut dalam heningnya subuh. Dengan lirih aku berdoa pada tuhan “Ya allah, aku sangat mencintainya. Tolong jaga dia, tolong lindungi dia, tolong iringi jalannnya. aku sangat mencintainya, tolong jaga dia untukku,”
Doa pagi itu kulengkapi dengan lantunan ayat suci dari surat Yusuf. Karen aku ingin dia tak hanya tampan, tapi juga memiliki pribadi yang baik dan keteguhan hati seperti Yusuf. Apa kalian ingat cerita nabi Yusuf? Dia yang difitnah telah memperkosa seorang wanita? Padahal si wanita itu yang telah mnggodanya, namun karena keteguhan hati, Yusuf mampu menolak godaan wanita itu. Bukankah semua wanita menginginkan pendamping seperti itu?

Setelah percakapan haru di telpon, aku merelakan dia pergi ke Jakarta. Aku tak bisa ikut menemaninya ke bandara, karena itu akan menjadi masalah lain lagi nantinya. karena ketidaksukaan orang tuanya pada hubungan kami akan semakin besar saja. Lagipula aku harus belajar menahan diri dan bersabar karena seingatku dia mencari pekerjaan kesana untuk masa depan kami, hmm,,entah masa depan yang mana.! Selain itu kami masih bisa bertemu lagi saat aku akan ke Bandung untuk mnegikuti seleksi program magister ITB.

Dan yaaa, setelah menyelesaikan seluruh rangkaian tes masuk program magister, dia menjemputku di ITB. Dengan modal nekat bertanya kesana kesini, kami mengitari kota Bandung. Cihampelas Walk, Bandung Indah Plaza, Asia Afrika, Flyover, Pasar Baru, semua tempat yang bisa kami kunjungi saat itu seperti menjadi saksi bahagiaku bersamanya di Bandung. Dia tak pernah berhenti memegang tanganku seolah tak ingin aku lepas.
Saat berdiri di deretan penjual hewan peliharaan, dia menatapku lekat dan berkata,”Sayang, nanti setelah aku menerima gaji pertama, akan ku belikan kucing anggora untukmu, yang mana yang kamu suka?” pandanganku beralih pada 6 ekor kucing anggora kecil dengan mata yang besar dan bulu yang lebat. Aku langsung jatuh cinta pada seekor kucing yang berwarna abu-abu yang sedang duduk dengan santai di pinggir kandang, dia akan kuberi nama Mumu, batinku.

Setelah puas menikmati kota Bandung, kami melanjutkan perjalanan ke Jakarta dengan kereta api executive. Perjalanan yang melelahkan setelah seharian mengitari paris van java. Seingatku sepanjang perjalanan hanya kuhabiskan dengan tertidur pulas sambil bersandar dibahunya hingga kami tiba di stasiun Gambir.
Tanpa pikir panjang kami langsung mengitari Monas, dan menghabiskan beberapa jam disana sambil menikmati malam yang berkabut di Ibu kota, Dia selalu mengambil gambarku untuk setiap apapun yang aku lakukan. Aku seperti menjadi model pribadinya saat itu. Entahlah, aku hanya merasa sangat disanjung. Semua itu membuat rasa sayangku semakin menjadi-jadi. Bila saja rasa kantuk dan lelah tak menggelayuti tubuh kami, mungkin aku tak akan mau berpisah dengannya malam itu. Karena semua yang kulalui dengannya sejak di Bandung hingga sampai diJakarta adalah hal yang sangat manis buatku. Namun, Aku harus menemui sahatat lamaku, Yesha, karena kamar kosannya akan menjadi tempatku menginap selama 2 hari di Jakarta.

Pertemuanku dan Kevin berlanjut esok harinya. Dengan tersenyum manis dia menghampiri kosan Yesha dan menjemputku. “Kemana kita hari ini sayang?” tanyaku manja. Dia mengelus kepalaku sambil menjawab dengan nada misteriusnya ,”Ke tempat yang belum pernah kamu datangi pastinya. Aku janji kamu akan senang selama di Jakarta.”
Dan benar saja, dia membawaku ke dufan dan mencoba berbagai wahana disana. Dia juga mengajakku bermain ice skating di sebuah mall besar di Jakarta. Entahlah, aku sudah lupa apa saja nama tempat yang kami datangi. Beberapa hari itu benar-benar indah. Hingga aku sadar aku harus segera kembali ke Padang dan membiarkan dia menemukan pekerjaan impiannya disana. Tapi entah mengapa, malam sebelum kembali ke Padang, aku sempat melontarkan pertanyaan yang tak biasa ,”Sayang, kenapa semuanya kita datangi sekarang? Kenapa kamu ingin membwaku ke tempat-tempat itu sekarang? Seolah-olah kita tak akan pernah kesana lagi.” Dia memegang pipiku manja, karena dia sangat menyukai pipi chubbyku, “Karena aku suka melihat kamu tersenyum saat melihat tempat-tempat baru, karena aku ingin semua ini tak akan kamu lupakan, aku ingin kamu bahagia.” Aku terdiam beberapa detik sebelum kata-kata yang selalu menghiasi hari-hari kami meluncur dari mulutku, “Luv u my baby balla balla”. Dia pun menjawab dengan spontan,”Luv u too my baby ballala.

Sejak tanggal 1 Desember 2011, aku tak pernah melihat wajahnya lagi. Setiap harinya aku dirundung rasa rindu yang amat luar biasa. Kerinduan yang semakin menjadi-jadi setiap aku mendengar suaranya. Pernahkan kau menagis saat harus menahan rindu untuk bertemu dengn seseorang? Itulah yang kurasakan sejak berpisah dengannya. Aku menghabiskan malam seraya memandangi fotonya agar aku bisa tertidur. Aku sangat merindukan kebersamaanku dengannya. Aku sangat ingin melihat wajahnya. Hari demi hari berlalu begitu saja. Rasanya tak cukup dengan sms, webcam atau telepon. Obat untuk rindu yang besar ini adalah pertemuan.

Surat panggilan dari ITB tanggal 21 Desember 2011 pun pun membuat kerinduanku sedikit terobati, aku akan segera kesana, aku akan segera bertemu dengan pujaan hatiku yang sangat kurindukan.
Namun keanehan demi kenahean mulai menyelimuti hubungan kami. Dia yang sangat manis dan romantis, yang biasanya selalu mengirimkan ‘luv u’ ke timeline facebookku, tak pernah lagi melakukan hal itu, dia tak pernah lagi memasang foto kami berdua di BBM nya, yaa,,,meskipun dia masih sering menelpon dan menhujaniku denan kata-kata manis melaui telpon dan sms, tapi tetap saja ada keanehan yang kurasakan. Tapi lagi-lagi rasa cintaku yang begitu besar mengalahkan kecurigaanku, aku sangat mempercayainya. Tak pernah terlintas dipikiranku dia akan melakukan hal yang mnyakitiku disana.

Hingga semua kyakinanku perlahan mulai runtuh ketika 26 Desember 2011 Aku melihat foto Kevin, dan beberapa orang saudaranya terpampang di foto BBM sepupunya. Tak ada yang salah dengan foto itu, hingga satu persatu aku berusaha mengenali semua orang yang ada disana, mataku tertuju pada sosok seorang perempuan yang berdiri paling pojok, yang tak asing lagi bagiku. Namanya Melda. Dia adalah perempuan yang juga telah membuat hubungan Kevin dan mantannya yang bernama Syelli putus ditengah jalan. Apakau ingat certa tentang Syelli?
Aku gemetar melihat foto itu. Rasanya langit sedang tuntuh dan menghantam jantungku. Aku mengiriminya foto itu dan menyelipkan pertanyaan kecil dibawahnya, “Sayang, maukah kamu menceritakan apa yang terjadi sebelum foto ini diambil?”

Namun tak ada jawaban,
Beribu pertanyaan mulai memenuhi otakku.
Ada paa ini??
Kenapa bisa bgini?
Ada hubungan apa mereka?
Sejak kapan ini terjadi?
Kapan mereka mulai bertemu?
Kenapa Melda ada di tengah-tengah keluarganyaa?
Apa yang tak kutahu?
Dan pertanyaan yang paling ingin kutanyakan adalah, apa salahku sampai dia melakukan ini padaku????

Aku mencoba mnghubunginya, beratus ratus kali, tapi tak pernah ada jawaban, hingga aku memutuskan untuk menghubungi sepupunya yang memasang foto mereka di BBM. “Kakak, ndak ada hubungan apa-apa antara Kevin sama Melda, Kevin sangat sayang sama kakak, udah malam kak, tidurlah,”
“Tapi apa benar kalian pergi bersama?”
“Ia kak,, tapi tadi Melda udah pulang. Benar-benar tak terjadi apa-apa Kak.” Setidaknya begitulah yang kutangkap. Karena jaringan telepon pada waktu itu sangat buruk,.
Di tengah pembicaraan kami lewat telpon, aku mendengar suara kevin yang bru saja datang. “ini semua karna kamu, Prima, buat apa kamu pasang foto kita di BBM kamu??!! Sekarang Aizee marah sama aku, dia marah, dia akan pergi, aku gak mau kehilangan dia, aku lelah! Aku ingin istirahat! aku bingung!
Tak cukup! Jawaban itu tak cukup untuk mengobati luka hatiku yang seperti sedang dicabik-cabik dengan belati yang teramat tajam.
Hanya satu sms yang kudapat dari Kevin malam itu, “aku cinta kamu, sangat!”


Aku berusaha mencari tahu tentang foto itu kepada Melda, aku mengiriminya pesan melalui akun facebooknya. Aku meminta nomor telepon yang bisa kuhubungi, karena aku ingin bicara, dan yaa,, dia membrikannya, namun pada saat aku mngirimkan pesan dan mencoba berbicara dengnnya, tak ada jawaban atau balasan.

Aku tak bisa memejamkan mata sedikitpun malam itu. Jantungku terasa ingin berhenti berdetak, air mata tak berhenti mengaliri pipiku,
Aku benar-benar berharap yang sedang kuhadapi sekarang adalah mimpi. Hanya mimpi!
Jam 3 pagi aku baru menemukan jawabannya.
“Kakak,, ini Prima, sepertinya aku harus menjelaskan semuanya. Sebenarnya pertemuan itu tak disengaja. Saat kami sedang berfoto bersama, tiba-tiba Melda dan temannya lewat. Kevin yang merasa mengenal nya langsung menegur dan mengajak berfoto bersama. Percayalah kak, Kevin sangat sayang kakak dan smua orang di rumah ini tahu itu.

Kenapa kronologi pertemun mereka yang kudengar pagi ini berbeda dengan yang kuterima semalam? Ada apaa ini? Apa yang sbenarnya sedang mereka mainkan?
Lagi-lagi logikaku dikalahkan oleh perasaanku, rasa cinta yang begitu besar mmbuatku tak pernah berhenti memaafkannya. Hingga untuk semantara ini, aku anggap semua yang dijeaskan speupunya adalah benar. Hanya pertemuan yang tak disengaja.

Tepat jam 7 pagi Kevin menghubungiku dan meminta maaf untuk apa yang terjadi kemaren, berat memaafkannya karena aku seperti telah ditipu habis-habisan. Namun aku tak ingin berlama-lama mendiamkannya. Aku memaafkanya dan mulai merebahkan tubuhku yang sudah mulai sempoyongan karena tak tidur sedikitpun.

Dalam mimpi kulihat kevin sedang membonceng wanita lain disebuah jembatan dan aku berada tak jauh dari jembatan itu, hingga aku bisa melihat dengan jelas siapa yang sedeang berada diatas motor yang melintasi jembatan itu.

Aku terbangun, dan kulirik jam di tanganku, jam 11 siang.
Rasa rinduku kembali menuntun jariku untuk menghubungi Kevin, masuk namun tak diangkat. Dan mimpi yang baru kulihat mengusikku, aku memutuskan untuk menghubungi Melda, tapi bukan dari nomor yang biasa kupakai, tahukah kalian? Telponku diangkat, dan yang mengangkat telepon itu adalah Kevin!! Aku sangat mengenal suaranya! Bagaimana mungkin aku tak mengenali suara laki-laki yang selalu ada selama dua tahun terakhir di hidupku????
“Hallo, siapa ini? Cari Melda ya?”
Aku menangis mendengar suaranya, “Sayang, ini kamu??? Ada apa sebenarnya ini?” , dan teleponnya pun terputus.
Masih dapat kurasakan dengan jelas hingga kini bagaimana rasa sakit yang kusimpan saat itu. Aku tak menceritakan semua itu pada orang lain, tak juga pada kalian, hanya pada Gita kuutarakan semua yang kurasakan. Karena dia yang selalu mencoba menghubungiku setiap hari. 
 



Perubahan sikap Kevin semakin menyiksaku setiap hari, dia semakin jarang menghubungiku. Hampir tak pernah menanyakan kabarku. Hingga hari itu dia memintaku untuk berhenti menghubunginya.
Kalian tahu? Bahkan 5 menit sebelum dia mengutarakan niatnya untuk break selama beberapa bulan dari hubungan ini, dia masih mengatakan bahwa dia sangat mencintaiku dan tak ingin kehilanganku.

Aku tak punya pilihan. Berbagai macam cara kulakukan untuk memnbuatnya tetap tinggal dan tak pergi dariku, namun tak berhasil. Aku memohon, Aku benar-benar memohon dengan uraian air mata. Namun tak pernah didengarkan, satu hal yang selalu ingin kutanyakan, kesalahan apa yang telah kulakuan yang membuat dia ingin pergi dariku? namun tak ada jawaban. Dia meyakinkanku bahwa semua ini hanya kejenuhan dan sama sekali tak ada hubungannya dengan orang lain atau wanita lain, entah laah, apa aku masih bisa percaya. Dia meninggalkanku tepat 3 hari sebelum keberangkatanku  ke Bandung.

Aku berusaha berbicara dengan Melda, apakah kau tahu perempuan itu benar-benar angkuh! Saat aku memohon padanya untuk tidak menghubungi Kevin, dia hanya bilang “Hmm,, gak janji ya”. Atau saat aku bilang padanya bahwa aku yakin Kevin masih setia padaku, dia hanya berkata “Ya,, semoga saja”. Oh Tuhan! Rasanya ingin kucakar wajahnya yang munafik itu.
Dan bahkan yan menyakitkan adalah pertanyaannya, "Kenapa si Zee, aku dilarang dekat dengan Kevin? Cemburu yaa? Karena aku cantik ya?" Oh Tuhan! Rasanya ingin kucekik leher perempuan biadab itu! Secantik apakah dia sampai-sampai dia berani sesombong itu?!

Aku merasa sangat rapuh, akan seperti apa hari-hatiku disana?? Jauh dari keluargaku! Jauh dari sahabat-sahabatku! Dan aku sendiri! Terlebih dengan keadaan hatiku yang sangat tak karuan.
Aku menceritakan semuanya pada kakak, abang dan ibuku, terima kasih tuhan telah menghadirkanku ditengah keluarga ini. Mereka sangat mengert apa yang kurasakan. Jika saja aku tak menceritakan apa yang terjadi pada hubunganku dengan Kevin saat itu, mungkin aku akan masih menjadi perempuan menyedihkan sampai hari ini. Kata-kata yang mereka ucapkan padaku yang membuatku tersadar bahwa Kevin bukanlah orang yang tepat untukku. Apa yang akan kau pikirkan saat ibumu memberimu pesan sperti ini, “Bila laki-laki yang katanya mencintai kamu berani menyelingkuhi kamu sekali saja untuk alasan apapun, tolong tinggalkan, karena kamu tak akan pernah bahagia bersamanya.”
Kata-kata itu melekat kuat dibatinku. Bagaimana mungkin seseorang yang tak setia bisa 
mencintai dengan tulus?
AKu juga ingat pesan kakak, "Selama dia bbelum berubah, jangan pernah terima dia lagi!".

Dan yaa, baru saja sebulan sejak dia mengatakan ingin break dariku, dia telah kembali merengek-rengek mengatakan bahwa dia menyesal untuk apa yang telah dia lakukan. Tepat 4 hari yang lalu, kami berhubungan lewat facebook. Dia mengatakan padaku bahwa dia malu telah melakukan semua itu, dia merasa bersalah padaku dia menyesal dan meminta maaf. Dan kalian tahu apa yang paling menggelikan? Dia bertanya padaku apa kami bisa bersatu lagi? Lagi-lagi langit seperti sedang runtuh dan menghantam kepalaku.  Apakah dia tidak berpikir bagaimana usahaku untuk membunuh sepi dan rindu yang selalu menggelayuti tubuhku? Ah sudahlah! Toh perselingkuhan yang dilakukannya telah membukakan mataku bahwa dia tak pernah benar-benar mencintaiku. Semua yang terjadi dua tahun ini hanyalah kepalsuan. Andai saja dia berani mendatangiku, maka akan kujelaskan padanya satu persatu apa yang kurasa, agar dia berpikir dulu sebelum berani berbicara lagi padaku. AKu ingin dia mengerti bahwa kesalahan yang dilakukannya padaku bukanlah kesalahan kecil. Dia telah terjebak dalam godaan terdahsyat dari cinta, perselingkuhan!

Cherie, Aurel, sejujurnya, jauh dilubuk hati ini maish tersimpan cinta yang begitu besar untuknya. Aku tak akan berusaha membunuh cinta yang telah kubangun bertahun-tahun bersamanya. Aku tak akan menunggunya dan aku tak akan menutup diri. Bila aku masih sendiri sampai hari ini bukan karena aku ingin sendiri tapi karena ku sedang menikmati kebebasanku. Aku percaya bahwa Allah selalu punya rencana indah untukku. Sepenuhnya hidup dan matiku ada ditanganNya. Dan aku yakin telah dipersiapkannya untukku pendamping yang terbaik.


KAlian tahu? Ada satu doa yang tak pernah berhenti kupanjatkan sejak aku menginjakkan kaki di Bandung *Ya Allah, tolong izinkan aku menjadi sweetheart bagi sema orang, agar aku bisa menjadi SATU-SATUnya sweetheart bagi pendampingku kelak, amin.*
Semoga doaku terkabul ya sahabatku ^_^

Hmmm,, kalian tahu,,, ada beberapa orang pria yang mencoba mendekatiku.. Hmm,, tolong defenisikan “beberapa” lebih dari lima, karena memang begitu kenyataannya. Aku menikmati perhatian mereka yang membuatku merasa dihargai dan diterima. Entahlah, bukankah kalian memang sudah mengetahui kalau aku sangat manja bila berhadapan dengan laki-laki? pengusaha MLM, brondong manis, orang dari masa lalu dan seorang teman yang kutemui di facebook.
Aku tak mau menodong kalian dengan paparan tentang keempat manis pria ini. Menulis semua ini saja sudah membuat tanganku pegal dan mataku sakit. Lain kali akan kuceritakanlebih banyak tentang kehidupan sosialku dan para priaku itu. **Para  priaku? Apa itu terkesan nakal hah? Hehheh


NB: Aku ingin kalian berpendapat lebih jujur tentang percintaanku. Bisakah di email balasan nanti, kalian berikan aku saran tentang apa yang harus kulakukan? Kalian tahu kan.. aku selalu butuh second opinion,,, heeheh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar