Powered By Blogger

GLamee Story of Aizee


Minggu, 29 Januari 2012

Pre-NoveL E1 From Miss Glamee


“ Surat untuk Malaikat-Malaikat Tak Bersayapku”

Aku memandang lekat ke sebuah pohon Filicium yang terlihat begitu kecil dari lantai dua sebuah rumah yang di cat dengan warna pink dan putih, yang memang sengaja djdikan tempat kos mahasiswa ITB. Disinilah aku sekarang, ditempat dimana semua impianku akan kuwujudkan, Bandung Paris Van Java.  Aku menyukai semua yang ada di kota ini, keramahatamahan orang-orannya, makananya, tempat nongkrong anak mudanya, pohon-pohon rindang di pinggir jalan, dan udaranya yang selalu sejuk. Aku mencintai Bandung dan semua yang ada disini.
Pikiranku mulai melayang jauh menembus waktu, mencari-cari ingatan tentang kebersamaanku dengan 4 orang malaikat tak bersayapku, Cherie, Aurella, Okta dan Diana. Merekalah yang membuat masa-masa kuliah menjadi begitu berwarna. Ya,, persahabatan memang selalu indah bukan? Rasanya tak bisa berhenti tersenyum bila mengingat betapa konyolnya hal-hal yang kami lakukan. Memasak mie bersama karena tak punya cukup uang untuk membeli nasi, membuat laporan praktikum bersama hingga senja di taman kampus yang ditutupi rumput gajah, bahkan membolos bersama karena salah satu dari kami sedang dirundung duka. God! Mengingat mereka hanya membuat kerinduanku semakin parah, dan ini semakin tidak mengenakkan karena kami terpisahkan ribuan kilo.  
Aku berlari masuk ke kamar dan mulai menghidupkan sebuah laptop putih yang telah aku gunakan semenjak menempuh program sarjana di sebuah universitas negeri di kota Padang, tempat aku dipertemukan dengana malaikat-malaikat tak bersayapku.  Kubuka sebuah folder yang kunamai *Galadia*. Yaa, mungkin tak terlalu familiar bagi beberapa orang, tapi bagi kami kata itu selalu mempan membuat kami tertawa atau mungkin tersenyum kecut. Karena sebenarnya artinya bukanlah hal yang bagus, sesuatu yang menyebalkan dan membuat kesal. Merlin selalu menggunakan kata itu untuk menunjukkan kekesalanya.  Ini tak berrati bagiku mereka orang yang menyebalkan, hanya saja aku suka kata itu tanpa ada penjelasan berarti. Untuk yang satu ini, Aku mengandalkan filosofi Shakespear “apalah arti sebuah nama?”. Masuk akal bukan ??
Mataku mulai bermain memandang manja pada potret-potret bahagia yang telah kulalui selama hampir empat tahun bersama mereka. Ada begitu banyak foto yang membuatku tersenyum dan ada lebih banyak lagi yang membuat pipiku basah. Aku menangis? Ya, saat ini yang ku tahu hnya satu, aku sangat merindukan mereka.
Aku mencoba berbaring di singel bed yang tertutup rapi dengan bed cover bercorak hijau daun ini. Aku mulai berpikir dan setanpun mulai merasukiku dengan pikiran negatif. Apakah mereka merasakan rindu yang sama? Atau hanya aku saja yang terlalu lemah karena berpisah dengan mereka dan belum betemu dengan teman yang cocok denganku?? Entah lah,, semuanya memenuhi otakku. Kamar yang tak begitu besar ini terasa begitu sunyi saat ini. Aku harus membunuh sepi ini tanpa membuat mereka tahu kalau aku begitu tersiksa dengan jarak yang ada diantara kami sekarang.
Aku memandang lagi ke laptop putihku yang kubiarkan tergeletak di lantai. Sebuah ide konyol tiba-tiba muncul di benakku. Bagaimana kalau aku mengirimi mereka surat??? Bukankah itu aneh? Bukankan itu mengasyikkan?? Berkirim surat di tahun 2012?? Hey!! Mereka memang suka melakukan hal-hal gila!! Yaa,, aku berbicara sendiri sambil meyakinkan diriku  bahwa ide itu tak sekonyol yang terlihat.  Tentu saja surat itu tak akan kutulis dngan tanganku, tapi akan kuketik. Dan tentu saja aku tak akanmenggunakan jasa pos, karena itu akan mengurangi uang makanku.  Aku akan mengirimi mereka email. Email untuk malaikat-mailkat tak bersayapku!

Bandung, Kamis 26 Januari 2012
Dearest Cherie,
Wow! Aku sedang membayangkan seperti apa wajahmu saat membuka yahoo dan menemukan emailku yang terselip diantara puluhan notifikasi facebook dan twittermu. Apakah kau akan melepas kacamatamu untuk meyakinkan bahwa email itu benar-benar dariku?? Setidaknya itu yang biasa kulihat di sinetron yang kutonton. Tapi tentu saja tidak ya,,karena saat kau buka kacamatamu, kau tak akan mlihat apa-apa. Oh, Cherie yang malang.
Merliin!!!! Apa yang kau pikirkan sekarang?? Ahhahhahaha
Aku tidak tahu apakah kau akan menganggap ini konyol. Aku mengirimi email sementara kita bisa dengan mudah berkomunikasi lewat telpon, sms, chating atau bahkan webcaman dengan Skype. Aku selalu merasa kita harus melakukan hal yang berbeda,, sesuatu yang mengasyikkan namun tetap mmbuat kita keep in touch. Dan kau beruntung wanita muda! Aku memilihmu sebagai orang pertama yang menerima emailku.
Aku bahagia Merlin! Ini sperti dreams comes true untukku. Apa kau ingat saat kita kuliah dulu? Betapa inginnya aku pindah ke bandung? Betapa inginnya aku melanjutkan studiku ke ITB? Aku disini sekarang!!  Di Bandung! Semua yang ada disini membuatku jatuh cinta  Cherie, semuanya! yaa,,kecuali pria, karena masih terlalu dini untukku menyukai seorang pria.  Hey! Aku disini belum sebulan dan kuliahku saja baru mulai 2 hari, apa yang kupikirkan?
Kau pasti ingin tahu seperti apa kehidupanku disini, dimana aku tinggal, dan seperti apa rasanya kuliah di ITB, benarkan? atau setidaknya begitulah yang kuharap akan kau tanyakan padaku. Huft
Aku tinggal di sebuah rumah 3 lantai dengan 10 kamar kos, 1 ruang tamu, 1 ruang TV, 1 dapur  dan 3 kamar mandi yang semuanya dicat dengan paduan putih dan pink. So girly hah? Hehhe.. Pada lantai satu rumah ini ada 3 kamar kos, ruang tamu, ruang TV, dapur dan dua kamar mandi, sedangkan selebihnya ada di lantai dua. Dan lantai tiga rumah ini lebih tepat bila disebut sebagai tempat menjemur pakaian yang telah dicuci, tentu saja aku memilih kamar di lantai dua yang jelas lebih nyaman dan lebih menguntungkan. Bila aku memilih kamar di lantai satu, aku tak akan punya wewenang penuh untuk nongkrong di lantai dua, tapi bila kupilih kamar dilantai dua, aku bebas pergi ke lantai manapun yang aku mau, karna notabene ruang TV, ruang tamu dan dapur ada di lantai satu dan tempat menjemur pakaian ada di lantai 3. Am I smart, right?
Tak seperti kos-kosan lain yang berada digang sempit, tempat kos ku berada di sebuah perumahan yang katanya adalah perumahan dosen ITB, meski aku tak pernah tahu kebenarannya. Ada begitu banyak dosen disana, dan entah dosen mana yang dimaksudkan tinggal di sekitar sini. Aku beruntung memilih rumah ini untuk kutempati setidaknya setahun ke depan. Kau tahu? Bila kau melihat tempat kos yang ada di Jalan Pelesiran (yang dekat dengan ITB) kau akan sesak napas setiap meninggalkan atau menuju kos mu, ada begitu banyak gang panjang yang harus kau lewati dan hanya bisa dilalui dua orang. Lebih tepat bila disebut gang senggol. Wew! Thats must be unpleasant place to live.
Aku tinggal di Jalan Cisitu Lama No 18/160 A Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung. Jaraknya tak terlalu jauh dari ITB. Bisa ditempuh dengan jalan kaki selama 15 menit atau naik angkot jurusan Cisitu dan membayar seribu rupiah. Angkot yang berwarna ungu itu akan melewati Indomaret Cisitu Lama, tempat dimana kau seharusnya berhenti agar kau bisa sampai ke rumah pink. Bila kau berkunjung kesini, kau masih bisa memarkir mobil di depan rumah. Ya, meski tak terlalu lebar, jalan ini seperti halaman tempat  bermain di sore hari bagi anak-anak kecil yang tinggal di sebelah kiri dan kanan rumah.
Lingkungan tempat tinggalku seperti kota kecil sendiri buatku, karena semua yang aku butuhkan ada disini. Di sepanjang jalan Cisitu Lama ada begitu banyak rumah makan kecil yang menjual aneka lauk pauk khas sunda maupun padang, ada banyak pondok soto dan bakso, ada penjual bubur ayam, batagor, cireng, dan martabak. Disepanjang jalan ini juga ada kantor pos, kantor polisi Coblong, kantor LIPI, Pusdiklat Geologi, kantor kecamatan Coblong dan praktek dokter. Bila kau ingin membeli alat-alat tulis, ada begitu banyak tempat foto kopi disini yang mnyediakan semua itu. Bila kau ingin membeli buah dan keperluan lainnnya, kau bisa mencarinya di Indomaret. Disini juga ada salon, counter hape, tukang jahit, tukang cukur dan beberapa warung kecil. Bahkan tepat disebelah kiri rumah pink ada penjual gorengan, yaa, aku biasanya memesan gorengan yang akan kubeli dari lantai dua. “Teteh, tahu yang pedesnya tilu ribu nyak”. Si Teteh penjual tahu akan langsung menjawab dengan logat sunda yang ramah “Sudah neng, sok atuh kedie jemput tahu na”. Dan saat dia telah membungkus tahu-tahu pesananku, akau akan berlari ke bawah sambil membawa uang. Merlin sayang, semuanya ada di Cisitu Lama.
Kau tahu Cherie? Aku senang menghabiskan malam dengan duduk di beranda lantai dua, sambil menyeruput secangkir coklat panas, itu akan sangat membantu agar aku tetap merasa hangat.  Bandung clearly cooler than Padang! Aku banyak berpikir tentang hidup dan impianku. Kau masih ingat apa impianku bukan? Yaaa,, aku ingin sekali menjadi dosen! Dan memiliki sebuah butik yang kunamai Glamee, Oh God! Just let me do it...
Dan yaa.. bicara tentang dosen, sepertinya aku harus mulai menceritakan tentang ITB padamu. Awesome!!! ITB is awesome!!! Bila kau biasanya akan mendapat senyuman kecut atau bahkan mata yang melotot dari petugas TU di kampus kita dulu, aku berjanji kau tak akan mendapat perlakuan yang sama disini. Bila kau biasa diabaikan bila bertanya pada dosen melalui sms, disini kau tak akan mengalaminya. Semua dosen disini bisa kau hubungi melalui sms atau email. Keramahtamahan mereka menghipnotisku. Semua pegawai baik dosen dan non dosen memiliki ciri khas yang sama, ramah dan bersahabat. Petugas yang biasa melayaniku saat mengambil kunci ruangan kuliah slelau menyambutku dengan sapaan “Pagi neng geulis.” Sayangnya aku belum sempat mencari tahu atau mennyakan nama bapak yang berkumis tipis itu. Petugas keamanan pun selalu tersenyum bila aku melihat padanya kurang dari 5 detik. Dan bahkan dosen yang tidak kukenali dan mungkin tak akan pernah bertemu denganku dikelas pun selalu tersenyum manis saat kami berpapasan. God! I Love ITB!
Aku selalu merasa bersemangat setiap bangun tidur dan menyadari bahwa aku ada kuliah pada hari itu. Ya.. walaupun dari dulu aku selalu lebih senang berada di kampus ketimbang di  rumah, kali ini perasaan senang itu terasa berlipat ganda. Memasuki gerbang belakang ITB dengan langkah ringan sambil memandang ke semua mahasiswa yang berlalu lalang dengan style mereka masing-masing. Aku baru sadar hari ini kenapa mahasiswi disini tidak ada yang memakai sepatu bertumit ke kampus, yaa,, tentu saja karena itu cara bunuh diri perlahan yang paling ampuh. Berjalan kaki di area kampus yang seluas ini dengan heel 5cm hanya akan memperlebar pembuluh venamu dan membuat itu terlihat seperti cacing-cacing besar di bawah kulitmu, yang dikenal dengan varises. Kau tahu Merlin? Ada beberapa kesamaan antara kampus kita dulu dengan ITB.  Kampus kita di jalan Gajah, ITB dijalan Ganesha. Fakultas kita disebut kampus biru, SITH disebut Labtex biru.  Amazing right?
Ya, SITH adalah singkatan dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Ada bebebrapa program studi disini, seperti biomanajemen, bioteknologi dan biologi, dan masing-masing juga dibagi menjadi kelompok keahlian, seperti biologi yang dibagi menjadi biologi sel molekuler, biologi lingkungan dan biologi organismal, yang merupakan bidang yang sedang aku dalami. Di ITB tidak dipisahkan antara mahasiswa sarjana atau magister. Kami kuliah di gedung yang sama, tentu saja di ruangan yang berbeda. Karena itulah mungkin ada beberapa mahasiswa sarjana yang mengajakku berkenalan dan mulai menggodaku. Ya, memang wajahku selalu terlihat menggiurkan bukan? *aku tertawa saat menulis kan kata menggiurkan, apalagi udara di Bandung yang sejuk membuatku selalu terlihat segar. Ditambah dengan perwatan wajah yang kulakukan dan beberapa cream dan sedikit sentuhan dokter di Natasha Skin Care . Wajar saja bila mereka mengira bahwa aku masih mahasiswa sarjana,,,,Sorry bronis!  hehhe,,, Kau tahu, aku terlihat lebih muda disini, setidaknya itulah yang dikatakan beberapa orang teman yang juga telah bertemu denganku di Padang. And well,, happy to hear that.
Aku ingat dua hari sebelum berangkat ke Bandung, kakakku pernah berkata seperti ini , “ Dua hal darimu yang selalu membuat kami iri, kau tak pernah menyerah dan ambisius. Saat kau menginginkan sesuatu, kau akan berusaha mati-matian untuk menndapatkannya.” Aku sempat merasa itu sesuatu yang buruk hingga aku bertanya pada kakakku, “Apakah itu buruk? Menjadi orang yang ambisius?”. Kakak begitu menenangkan malam itu, kata-katanya masih dapat kuingat dengan jelas, “Bila itu membuat kami iri, bearati itu sesuatu yang baik darimu. Entah mengapa aku selalu yakin kau akan seindah impianmu.”  Amin.  Kau tahu Merlin, mendengar semua itu seperti mendengar sebuah doa dari seorang kakak, doa yang akan kubantu untuk mewujudkannya.
Aku telah berbicara dengan Ketua program studiku yang berdarah Bali itu, agar aku bisa diberi kesempatan untuk menyelesaikan program magisterku dalam 3 semester. Dan kau tahu?? ALLAh seperti membukakan jalan untukku. Beliau menyambut baik niatku itu dengan syarat aku harus telah memiliki ide untuk tesisku. Hey! Bukan aku namanya bila tanpa persiapan. Aku menceritakan tentang rencana penelitianku yang sebenenanya beranjak dari masalah kesehatanku sendiri, hmmm,,, mungkin aku tak pernah menceritakan ini padamu,sebenarnya  papaku meninggal 14 tahun silam karena diabetes. Dan seperti yang sama-sama kita tahu, keturunan diabetes beresiko terkena diabtes. Dan inilah ide untuk tesisku, melihat kemampuan propolis untuk menurunkan kadar gula darah. Simple right? Tapi percayalah belum ada satu orang pun di ITB yang pernah meneliti tentang itu. Bukankah itu bagus? Aku memang selalu menikmati saat menemukan hal baru. Heaven!!
Dam keberuntungan lain yang menimpaku selama semester ini adalah, semua mata kuliahku diajarkan oleh pembimbing tesisku, Bapak Ahmad Ridwan. Setiap mengikuti perkuliahan dengannya,,pikiran nakalku mulai bermain dan berkhayal, jika saja beliau 20 tahun lebih muda, aku tak akan keberatan menjadi pacarnya. Aku serius Cherie! Tampan dan pintar. Thats totally my type!
Huaa...apa yang kulakukan? Aku terlalu egois karena memaksamau mengetahui semua tentang kehidupan baruku disini.  Maafkan aku sayang.. aku hanya terlalu senang dengan semua ini.
Aku merindukanmu,, semoga kau juga begitu!
Hey!! Saat membaca surat ini jangan hanya kaget atau tersenyum saja ya, sempatkan membalasnya.