“ Surat untuk Malaikat-Malaikat Tak Bersayapku”
Aku memandang lekat ke sebuah pohon
Filicium yang terlihat begitu kecil dari lantai dua sebuah rumah yang di cat
dengan warna pink dan putih, yang memang sengaja djdikan tempat kos mahasiswa ITB.
Disinilah aku sekarang, ditempat dimana semua impianku akan kuwujudkan, Bandung
Paris Van Java. Aku menyukai semua yang
ada di kota ini, keramahatamahan orang-orannya, makananya, tempat nongkrong
anak mudanya, pohon-pohon rindang di pinggir jalan, dan udaranya yang selalu
sejuk. Aku mencintai Bandung dan semua yang ada disini.
Pikiranku mulai melayang jauh menembus
waktu, mencari-cari ingatan tentang kebersamaanku dengan 4 orang malaikat tak
bersayapku, Cherie, Aurella, Okta dan Diana. Merekalah yang membuat masa-masa kuliah
menjadi begitu berwarna. Ya,, persahabatan memang selalu indah bukan? Rasanya
tak bisa berhenti tersenyum bila mengingat betapa konyolnya hal-hal yang kami
lakukan. Memasak mie bersama karena tak punya cukup uang untuk membeli nasi, membuat
laporan praktikum bersama hingga senja di taman kampus yang ditutupi rumput
gajah, bahkan membolos bersama karena salah satu dari kami sedang dirundung
duka. God! Mengingat mereka hanya membuat kerinduanku semakin parah, dan ini
semakin tidak mengenakkan karena kami terpisahkan ribuan kilo.
Aku berlari masuk ke kamar dan mulai
menghidupkan sebuah laptop putih yang telah aku gunakan semenjak menempuh
program sarjana di sebuah universitas negeri di kota Padang, tempat aku dipertemukan
dengana malaikat-malaikat tak bersayapku. Kubuka sebuah folder yang kunamai *Galadia*.
Yaa, mungkin tak terlalu familiar bagi beberapa orang, tapi bagi kami kata itu
selalu mempan membuat kami tertawa atau mungkin tersenyum kecut. Karena
sebenarnya artinya bukanlah hal yang bagus, sesuatu yang menyebalkan dan
membuat kesal. Merlin selalu menggunakan kata itu untuk menunjukkan kekesalanya.
Ini tak berrati bagiku mereka orang yang
menyebalkan, hanya saja aku suka kata itu tanpa ada penjelasan berarti. Untuk
yang satu ini, Aku mengandalkan filosofi Shakespear “apalah arti sebuah nama?”.
Masuk akal bukan ??
Mataku mulai bermain memandang manja pada
potret-potret bahagia yang telah kulalui selama hampir empat tahun bersama
mereka. Ada begitu banyak foto yang membuatku tersenyum dan ada lebih banyak
lagi yang membuat pipiku basah. Aku menangis? Ya, saat ini yang ku tahu hnya
satu, aku sangat merindukan mereka.
Aku mencoba berbaring di singel bed yang
tertutup rapi dengan bed cover bercorak hijau daun ini. Aku mulai berpikir dan
setanpun mulai merasukiku dengan pikiran negatif. Apakah mereka merasakan rindu
yang sama? Atau hanya aku saja yang terlalu lemah karena berpisah dengan mereka
dan belum betemu dengan teman yang cocok denganku?? Entah lah,, semuanya
memenuhi otakku. Kamar yang tak begitu besar ini terasa begitu sunyi saat ini. Aku
harus membunuh sepi ini tanpa membuat mereka tahu kalau aku begitu tersiksa
dengan jarak yang ada diantara kami sekarang.
Aku memandang lagi ke laptop putihku yang
kubiarkan tergeletak di lantai. Sebuah ide konyol tiba-tiba muncul di benakku.
Bagaimana kalau aku mengirimi mereka surat??? Bukankah itu aneh? Bukankan itu
mengasyikkan?? Berkirim surat di tahun 2012?? Hey!! Mereka memang suka
melakukan hal-hal gila!! Yaa,, aku berbicara sendiri sambil meyakinkan
diriku bahwa ide itu tak sekonyol yang
terlihat. Tentu saja surat itu tak akan
kutulis dngan tanganku, tapi akan kuketik. Dan tentu saja aku tak
akanmenggunakan jasa pos, karena itu akan mengurangi uang makanku. Aku akan mengirimi mereka email. Email untuk
malaikat-mailkat tak bersayapku!
Bandung, Kamis 26 Januari
2012
Dearest Cherie,
Wow! Aku sedang membayangkan
seperti apa wajahmu saat membuka yahoo dan menemukan emailku yang terselip
diantara puluhan notifikasi facebook dan twittermu. Apakah kau akan melepas
kacamatamu untuk meyakinkan bahwa email itu benar-benar dariku?? Setidaknya itu
yang biasa kulihat di sinetron yang kutonton. Tapi tentu saja tidak ya,,karena
saat kau buka kacamatamu, kau tak akan mlihat apa-apa. Oh, Cherie yang malang.
Merliin!!!! Apa yang kau
pikirkan sekarang?? Ahhahhahaha
Aku tidak tahu apakah kau
akan menganggap ini konyol. Aku mengirimi email sementara kita bisa dengan
mudah berkomunikasi lewat telpon, sms, chating atau bahkan webcaman dengan
Skype. Aku selalu merasa kita harus melakukan hal yang berbeda,, sesuatu yang
mengasyikkan namun tetap mmbuat kita keep in touch. Dan kau beruntung wanita
muda! Aku memilihmu sebagai orang pertama yang menerima emailku.
Aku bahagia Merlin! Ini
sperti dreams comes true untukku. Apa kau ingat saat kita kuliah dulu? Betapa
inginnya aku pindah ke bandung? Betapa inginnya aku melanjutkan studiku ke ITB?
Aku disini sekarang!! Di Bandung! Semua
yang ada disini membuatku jatuh cinta Cherie, semuanya! yaa,,kecuali pria,
karena masih terlalu dini untukku menyukai seorang pria. Hey! Aku disini belum sebulan dan kuliahku
saja baru mulai 2 hari, apa yang kupikirkan?
Kau pasti ingin tahu seperti
apa kehidupanku disini, dimana aku tinggal, dan seperti apa rasanya kuliah di
ITB, benarkan? atau setidaknya begitulah yang kuharap akan kau tanyakan padaku.
Huft
Aku tinggal di sebuah rumah 3
lantai dengan 10 kamar kos, 1 ruang tamu, 1 ruang TV, 1 dapur dan 3 kamar mandi yang semuanya dicat dengan
paduan putih dan pink. So girly hah? Hehhe.. Pada lantai satu rumah ini ada 3 kamar
kos, ruang tamu, ruang TV, dapur dan dua kamar mandi, sedangkan selebihnya ada
di lantai dua. Dan lantai tiga rumah ini lebih tepat bila disebut sebagai
tempat menjemur pakaian yang telah dicuci, tentu saja aku memilih kamar di
lantai dua yang jelas lebih nyaman dan lebih menguntungkan. Bila aku memilih
kamar di lantai satu, aku tak akan punya wewenang penuh untuk nongkrong di
lantai dua, tapi bila kupilih kamar dilantai dua, aku bebas pergi ke lantai
manapun yang aku mau, karna notabene ruang TV, ruang tamu dan dapur ada di
lantai satu dan tempat menjemur pakaian ada di lantai 3. Am I smart, right?
Tak seperti kos-kosan lain
yang berada digang sempit, tempat kos ku berada di sebuah perumahan yang
katanya adalah perumahan dosen ITB, meski aku tak pernah tahu kebenarannya. Ada
begitu banyak dosen disana, dan entah dosen mana yang dimaksudkan tinggal di
sekitar sini. Aku beruntung memilih rumah ini untuk kutempati setidaknya setahun
ke depan. Kau tahu? Bila kau melihat tempat kos yang ada di Jalan Pelesiran
(yang dekat dengan ITB) kau akan sesak napas setiap meninggalkan atau menuju
kos mu, ada begitu banyak gang panjang yang harus kau lewati dan hanya bisa
dilalui dua orang. Lebih tepat bila disebut gang senggol. Wew! Thats must be
unpleasant place to live.
Aku tinggal di Jalan Cisitu Lama
No 18/160 A Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung. Jaraknya tak terlalu
jauh dari ITB. Bisa ditempuh dengan jalan kaki selama 15 menit atau naik angkot
jurusan Cisitu dan membayar seribu rupiah. Angkot yang berwarna ungu itu akan
melewati Indomaret Cisitu Lama, tempat dimana kau seharusnya berhenti agar kau
bisa sampai ke rumah pink. Bila kau berkunjung kesini, kau masih bisa memarkir
mobil di depan rumah. Ya, meski tak terlalu lebar, jalan ini seperti halaman
tempat bermain di sore hari bagi
anak-anak kecil yang tinggal di sebelah kiri dan kanan rumah.
Lingkungan tempat tinggalku
seperti kota kecil sendiri buatku, karena semua yang aku butuhkan ada disini. Di
sepanjang jalan Cisitu Lama ada begitu banyak rumah makan kecil yang menjual aneka
lauk pauk khas sunda maupun padang, ada banyak pondok soto dan bakso, ada
penjual bubur ayam, batagor, cireng, dan martabak. Disepanjang jalan ini juga
ada kantor pos, kantor polisi Coblong, kantor LIPI, Pusdiklat Geologi, kantor
kecamatan Coblong dan praktek dokter. Bila kau ingin membeli alat-alat tulis,
ada begitu banyak tempat foto kopi disini yang mnyediakan semua itu. Bila kau
ingin membeli buah dan keperluan lainnnya, kau bisa mencarinya di Indomaret.
Disini juga ada salon, counter hape, tukang jahit, tukang cukur dan beberapa warung
kecil. Bahkan tepat disebelah kiri rumah pink ada penjual gorengan, yaa, aku
biasanya memesan gorengan yang akan kubeli dari lantai dua. “Teteh, tahu yang
pedesnya tilu ribu nyak”. Si Teteh penjual tahu akan langsung menjawab dengan
logat sunda yang ramah “Sudah neng, sok atuh kedie jemput tahu na”. Dan saat
dia telah membungkus tahu-tahu pesananku, akau akan berlari ke bawah sambil
membawa uang. Merlin sayang, semuanya ada di Cisitu Lama.
Kau tahu Cherie? Aku senang menghabiskan
malam dengan duduk di beranda lantai dua, sambil menyeruput secangkir coklat
panas, itu akan sangat membantu agar aku tetap merasa hangat. Bandung clearly cooler than Padang! Aku
banyak berpikir tentang hidup dan impianku. Kau masih ingat apa impianku bukan?
Yaaa,, aku ingin sekali menjadi dosen! Dan memiliki sebuah butik yang kunamai
Glamee, Oh God! Just let me do it...
Dan yaa.. bicara tentang
dosen, sepertinya aku harus mulai menceritakan tentang ITB padamu. Awesome!!!
ITB is awesome!!! Bila kau biasanya akan mendapat senyuman kecut atau bahkan
mata yang melotot dari petugas TU di kampus kita dulu, aku berjanji kau tak
akan mendapat perlakuan yang sama disini. Bila kau biasa diabaikan bila
bertanya pada dosen melalui sms, disini kau tak akan mengalaminya. Semua dosen
disini bisa kau hubungi melalui sms atau email. Keramahtamahan mereka
menghipnotisku. Semua pegawai baik dosen dan non dosen memiliki ciri khas yang
sama, ramah dan bersahabat. Petugas yang biasa melayaniku saat mengambil kunci
ruangan kuliah slelau menyambutku dengan sapaan “Pagi neng geulis.” Sayangnya
aku belum sempat mencari tahu atau mennyakan nama bapak yang berkumis tipis
itu. Petugas keamanan pun selalu tersenyum bila aku melihat padanya kurang dari
5 detik. Dan bahkan dosen yang tidak kukenali dan mungkin tak akan pernah
bertemu denganku dikelas pun selalu tersenyum manis saat kami berpapasan. God!
I Love ITB!
Aku selalu merasa bersemangat
setiap bangun tidur dan menyadari bahwa aku ada kuliah pada hari itu. Ya..
walaupun dari dulu aku selalu lebih senang berada di kampus ketimbang di rumah, kali ini perasaan senang itu terasa
berlipat ganda. Memasuki gerbang belakang ITB dengan langkah ringan sambil
memandang ke semua mahasiswa yang berlalu lalang dengan style mereka
masing-masing. Aku baru sadar hari ini kenapa mahasiswi disini tidak ada yang
memakai sepatu bertumit ke kampus, yaa,, tentu saja karena itu cara bunuh diri
perlahan yang paling ampuh. Berjalan kaki di area kampus yang seluas ini dengan
heel 5cm hanya akan memperlebar pembuluh venamu dan membuat itu terlihat
seperti cacing-cacing besar di bawah kulitmu, yang dikenal dengan varises. Kau
tahu Merlin? Ada beberapa kesamaan antara kampus kita dulu dengan ITB. Kampus kita di jalan Gajah, ITB dijalan
Ganesha. Fakultas kita disebut kampus biru, SITH disebut Labtex biru. Amazing right?
Ya, SITH adalah singkatan
dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Ada bebebrapa program studi disini, seperti
biomanajemen, bioteknologi dan biologi, dan masing-masing juga dibagi menjadi
kelompok keahlian, seperti biologi yang dibagi menjadi biologi sel molekuler,
biologi lingkungan dan biologi organismal, yang merupakan bidang yang sedang
aku dalami. Di ITB tidak dipisahkan antara mahasiswa sarjana atau magister.
Kami kuliah di gedung yang sama, tentu saja di ruangan yang berbeda. Karena
itulah mungkin ada beberapa mahasiswa sarjana yang mengajakku berkenalan dan
mulai menggodaku. Ya, memang wajahku selalu terlihat menggiurkan bukan? *aku
tertawa saat menulis kan kata menggiurkan, apalagi udara di Bandung yang sejuk
membuatku selalu terlihat segar. Ditambah dengan perwatan wajah yang kulakukan dan
beberapa cream dan sedikit sentuhan dokter di Natasha Skin Care . Wajar saja
bila mereka mengira bahwa aku masih mahasiswa sarjana,,,,Sorry bronis! hehhe,,, Kau tahu, aku terlihat lebih muda
disini, setidaknya itulah yang dikatakan beberapa orang teman yang juga telah
bertemu denganku di Padang. And well,, happy to hear that.
Aku ingat dua hari sebelum
berangkat ke Bandung, kakakku pernah berkata seperti ini , “ Dua hal darimu
yang selalu membuat kami iri, kau tak pernah menyerah dan ambisius. Saat kau
menginginkan sesuatu, kau akan berusaha mati-matian untuk menndapatkannya.” Aku
sempat merasa itu sesuatu yang buruk hingga aku bertanya pada kakakku, “Apakah
itu buruk? Menjadi orang yang ambisius?”. Kakak begitu menenangkan malam itu,
kata-katanya masih dapat kuingat dengan jelas, “Bila itu membuat kami iri, bearati
itu sesuatu yang baik darimu. Entah mengapa aku selalu yakin kau akan seindah
impianmu.” Amin. Kau tahu Merlin, mendengar semua itu seperti
mendengar sebuah doa dari seorang kakak, doa yang akan kubantu untuk
mewujudkannya.
Aku telah berbicara dengan
Ketua program studiku yang berdarah Bali itu, agar aku bisa diberi kesempatan
untuk menyelesaikan program magisterku dalam 3 semester. Dan kau tahu?? ALLAh
seperti membukakan jalan untukku. Beliau menyambut baik niatku itu dengan
syarat aku harus telah memiliki ide untuk tesisku. Hey! Bukan aku namanya bila tanpa
persiapan. Aku menceritakan tentang rencana penelitianku yang sebenenanya beranjak
dari masalah kesehatanku sendiri, hmmm,,, mungkin aku tak pernah menceritakan
ini padamu,sebenarnya papaku meninggal
14 tahun silam karena diabetes. Dan seperti yang sama-sama kita tahu, keturunan
diabetes beresiko terkena diabtes. Dan inilah ide untuk tesisku, melihat
kemampuan propolis untuk menurunkan kadar gula darah. Simple right? Tapi
percayalah belum ada satu orang pun di ITB yang pernah meneliti tentang itu.
Bukankah itu bagus? Aku memang selalu menikmati saat menemukan hal baru.
Heaven!!
Dam keberuntungan lain yang
menimpaku selama semester ini adalah, semua mata kuliahku diajarkan oleh
pembimbing tesisku, Bapak Ahmad Ridwan. Setiap mengikuti perkuliahan
dengannya,,pikiran nakalku mulai bermain dan berkhayal, jika saja beliau 20
tahun lebih muda, aku tak akan keberatan menjadi pacarnya. Aku serius Cherie!
Tampan dan pintar. Thats totally my type!
Huaa...apa yang kulakukan?
Aku terlalu egois karena memaksamau mengetahui semua tentang kehidupan baruku
disini. Maafkan aku sayang.. aku hanya
terlalu senang dengan semua ini.
Aku merindukanmu,, semoga kau
juga begitu!
Hey!! Saat membaca surat ini
jangan hanya kaget atau tersenyum saja ya, sempatkan membalasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar