Powered By Blogger

GLamee Story of Aizee


Kamis, 24 Mei 2012

Terima Kasih Pengakuanmu


Menyakitkan memang kehilangan sesuatu atau bahkan seseorang yang sangat kita inginkan untuk dimiliki. Memilukan memang bila itu terjadi saat kita merasa telah sempurna karenanya. Terkadang manusia terlalu angkuh dengan kebahagiaan yang sedang dia jalani sehingga lupa bersyukur untuk kebahagiaan itu dan cenderung mengeluh karena belum mendapatkan kebahgiaan lain yang ingin dia rasakan.

Aku mengalaminya!
Aku melakukannya!
Dulu, sebelum aku ditampar oleh kenyataan yang dihadiahkan Allah untukku.

Dan celakanya, apa yang kulakukan itu, dulu, telah menyakiti orang yang menyayangiku **mari kita baca, menyayangiku dengan tulus.

Sikapku yang berlebihan membuatnya tersakiti perlahan, hingga keputusannya untuk pergi dan beranjak dari hidupku pun didukung oleh orang-orang terdekatku.
Kepergian dia dari hidupku yang direstui oleh mereka yang notabene adalah orang-orang yang sangat mencintaiku bukan tanpa alasan.
Mereka ingin aku belajar banyak dengan kesendirianku.
Mereka ingin aku memperbaiki sikapku yang salah.

Bisa kukatakan aku pernah mencoba mengakhiri hidupku saat dia pergi. Bukan berlebihan bila kukatakan *separuh jiwaku pergi*,, sedikit meminjam lirik lagunya Mas Anang ^_^.
Karena penyesalan yang menghantuiku yang membuat aku menjadi benar-benar terpuruk saat itu. Ditinggalkan untuk alasan yang hebat, aku terlalu egois.

Setelah hari itu, 13 Mei 2009. Dimana itu untuk terakhir kalinya aku menjadi orang yang pertama kali tahu apapun tentangnya. Entah lah,, apa ah cinta yang datang setelah hari itu benar-benar singgah di hatiku atau tidak. Aku tak pernah mengerti. Yang aku tahu dan kusadari penuh adalah bahwa aku tak pernah berhenti memikirkannya.
Terlebih ketika aku mendengarkan cerita salah seorang sahabatku yang sempat berbicara dengannya setelah dia pergi, dia menjelaskan tentang alasan dia meninggalkanku. “Aku menyayanginya. Sangat sayang. Tapi dengan terus bersamanya dan melihatnya menangis setiap hari karena terluka oleh sikap dia sendiri jauh lebih menyakitkan. Lebih baik kami berpisah. Ini yang terbaik saat ini. Aku ingin melihat dia dua atau tiga tahun lagi, semoga dia bisa berubah.”
Saat itu darahku seperti mendidih mendengar pengakuannya. Siapa dia yang berani bicara seperti itu?! Seolah-olah aku akan selamanya mau bersamanya, seolah-olah aku akan menunggunya seumur hidupku!!

Selama dua tahun aku menjalani hubungan yang baru dengan seseorang yang sebelumnya adalah sahabatku, dia tak pernah berhenti untuk menghubungiku. Meski kenyataanya dia lebih sering kuabaikan karena tak ingin menyakiti laki-laki yang sedang kupacari. Dia sering bertanya tentang kabarku. Menanyakan apakah aku baik-baik saja dan sebagainya. Aku tetap menjaga komunikasi dan hubungan baikku dengan semua anggota keluarganya yang telah kukenal dengan baik.
Dan, ketika kekasihku setelahnya berselingkuh pun, dialah orang yang pertama kali menghiburku. Hadirnya (lagi) dalam hidupku membuatku merasa nyaman, aku bisa bercerita apa saja padanya. Tentang perpisahanku, dia tak ingin terlalu menanggapi, karena toh mungkin dia menyadari, bahwa dia juga dulu orang yang pernah meninggalkanku, meski terkadang dia bertanya tentang bagaimana aku menjalani hubunganku dengan orang setelahnya dan sedikit pertanyaan tentang keberadaan orang yang telah menyakitiku itu.  Namun satu hal yang selalu aku ingat adalah, dia melarangku untuk menangisi laki-laki yang telah mengkhianatiku. Dan ya, aku tahu memang itu tak pantas kulakukan.
Hari-hariku tak pernah sepi. Selalu ada semangat yang kudapat darinya, baik itu setelah berkomunikasi lewat sms, telpon ataupun webcam,
Beberapa kali kami bertemu untuk menghabiskan liburan bersama, baik itu di Jakarta, Bogor ataupun Bandung. Yaa, sekedar berbagi cerita, menghibur diri karena tekanan kuliah dan pekerjaan dan melepas rindu karena hampir 3 tahun kami tidak pernah lagi menghabiskan waktu bersama, walau hanya untuk sekedar makan atau menonton film.
Menyenangkan memang bisa tetap berhubungan baik dengan orang yang pernah sangat dekat dengan kita.  Akan sangat tidak nyaman buatku bila harus bermusuhan dengan mantan pacarku. Hey! Sangat kekanakan sekali. Bagaimanapun dia orang yang pernah dekat dengatku, berbagi apa saja denganku, tertawa dan menangis bersama dengankku.
Hingga pertemuan kami  bulan Mei ini membuatku tersadar bahwa yang kutunggu darinya selama ini hanya satu hal, pengakuannya!
Ya,, alasan dia meninggalkanku adalah karena sikapku yang membuat dia terluka. Semuanya. Sikap kekanak-kanakanku, egoisku. Manjaku yang berlebihan. Dia jenuh.
Dan percaya atau tidak, aku saja jijik bila mengingat bagaimana menyebalkanya aku dulu, terkadang aku menertawakan sikapku dulu bersama teman-temanku disini.

Diawali dengan pernyataan bahwa dia msih menyayangiku (ya, aku pun sebenarnya sudah tahu itu, dan entah kenapa aku berinsiatif menanyakan hal bodoh itu kepadanya hingga membuat dia tertawa geli), kemudian aku mendengar hal yang sudah aku tunggu selama 3 tahun terakhir dalam hidupku.
“Aku senang melihat perubahanmu sekarang. Kau  sudah jauh berubah, tidak hanya baik, tapi jauh lebih baik dan ......... (ada hal-hal yang tak perlu diceritakan ).............”
Dengan perasaaan yang begitu lega, aku mengucapkan terima kasih. Entah kenapa ada rasa bahagia yang luar biasa yang kurasa saat mendengar pengakuan dari laki-laki yang sangat aku kagumi itu. Setelah semua kehilangan yang kualami, akhirnya aku bisa membuat dia mengakui bahwa usahaku sudah berhasil.

Celakanya, setelah semua itu baru kusadari bahwa selama ini aku menjalani hidupku hanya untuk membuktikan padanya aku bisa berubah. Aku mati-matian berusaha menyelesaikan studi s1 ku dalam waktu 7 semester, aku mengikuti berbagai seminar-seminar psikologi, aku melanjutkan studiku ke jenjang Magister. Semua yang bisa kulakukan untuk memperbaiki diriku. Apapun itu! Apapun yang kulakukan untuk membuatku mnjadi lebih baik. Aku bertanya banyak pada orang-orang yang kutemui tentang bagaimana seharusnya aku bersikap dan menjalani hidupku. Aku belajar semua itu.
 Dan ya, harus aku akui, bahwa dia sangat berpengaruh dalam hidupku. Terlepas dari tangis yang pernah dihadiahkan untukku setelah dia pergi, dia masih orang yang sangat berjasa dalam hidupku. Kedewasaannya telah membantu mengubah pola pikirku.  
Aneh ya, Allah menegur kita terkadang dengan cara yang tidak akan kita suka, namun terkadang harus begitu lah supaya kita sadar bahwa kita perlu memperbaiki diri agar menjadi manusia yang lebih baik ke depannya.

Untuknya, rasa terima kasihku yang begitu besar. Semoga silaturrahmi kami selalu terjaga. Tak salah rasanya jika selama ini aku selalu mendoakan kebaikan untuknya. Semoga dia selalu menjadi abang yang baik untuk adik-adiknya dan menjadi anak kebanggan keluarganya.
Semoga kami sama-sama sukses dan menemukan jodoh yang baik. Amin ya rabb


 Sekarang aku semakin mencintai hidupku. Semakin mensyukuri setiap bahagia yang dianugrahkan ALLAh untukku. Untuk setiap kesempatan yang selalu terbuka untukku. Impianku hanya untuk membahagiakan keluargaku dan orang-orang yang kusayangi.  Menjadi sukses dan membhagiakan mereka. Keyakinanku adalah ALLAH akan menghadiahkan pendamping terbaik untukku. amin 






*Selamat Ulang Tahun Rf, Wish u all the best ^_^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar