Karma!!
Kring kring kring kring kring! Aku bangun dengan tubuh
yang terasa sedikit ringkih karena kondisiku masih belum sembuh benar pasca
sakit beberapa hari ini. Jam weker
bermotif tokoh Piglet berwarna pink dalam serial kartun Winnie The Pooh pemberian adikku mulai
membuat kegaduhan di kamar.
“Oke Dinda! Kakak sudah bangun, Sayang!” pekikku. Aku berbicara sendiri pada
jam weker yang memang diberikan oleh Adinda sebagai kado perpisahan sebelum aku
pindah ke Bandung. Ya. Aku ingat alasan adikku menghadiahiku jam itu.
“Kak, terima ya jam dari Dinda.” Betapa lucunya wajah manisnya itu
saat memberiku jam yang dibelinya setelah menyisihkan uang jajannya selama
seminggu.
“Terima kasih Sayang! Woow! Kakak
diberi jam weker biar nggak telat bangun ya?” tanyaku polos.
“Nggak Kak! Biar Kakak selalu ingat
Dinda, dan Dinda yang pertama Kakak ingat. Kan kalo Kakak bangun pagi, pasti
matiin alaramnya dulu kan? Kan lihat jamnya kan? Pasti ingat Dinda terus kan?
Berarti yang pertama kak ingat hari itu, Dinda kan Kak?” Bola matanya berputar-putar saat
menyampaikan hal itu padaku, seolah dia mencoba mengingat-ngingat kalimat yang
telah dirangkainya bersusah payah.
Huaa.. aku menangis saat dia mengatakan itu. Entahlah,
tak cukup terima kasih. Tak hanya mengorbankan uang jajannya untuk menghadiahiku
sebuah jam, tapi dia juga menaruh harapan saat memberiku hadiah itu, agar aku
mengingatnya setiap hari, dan menjadikannya orang pertama yang ku ingat.
“Sayaang, tanpa kamu mintapun, kakak
akan selalu ingat kamu.”
Dia memelukku erat dan menciumi pipiku. Hey! Betapa hebat
ibuku mengajarkan arti persaudaraan pada anak-anaknya, bahkan kami yang tak
satu ayahpun bisa sangat dekat. Seolah perbedaan itu tak pernah ada.
***
Aku mengamatinya jam weker ini lekat, jam 5 pagi? Yah! Sebenarnya waktu
shubuh sudah masuk dari setengah jam yang lalu, tapi tubuhku masih belum mampu
membiasakan diri dengan waktu sholat di kota Bandung, sehingga aku masih saja
terbangun jam 5 pagi, seperti yang selalu kulakukan di Padang.
Aku harus menunaikan kewajibanku terlebih dahulu.
Mengawali pagi dengan sholat shubuh dan beberapa ayat suci adalah pilihan yang
tepat menurutku. Yaah,,,hanya berusaha mengimbangi dunia dan akhiratku
saja,,hihihi
Aku kembali duduk di tempat tidur,, tak ada rasa kantuk,
tak ada tugas kuliah yang harus kuselesaikan, hanya sepi yang ku rasa. Hening yang diselingi dengan suara-suara dari
teman-teman dikamar lain yang masih membaca Alquran. Biasanya jam segini ibuku
sudah menelpon hanya untuk menanyakan apa sudah bangun dan sholat subuh. Tapi
mungkin beliau sedaang sibuk mengurusi adik-adikku yang akan pergi ke sekolah.
Maka kubiarkan diriku duduk bersila diatas kasur dengan selimut yang terletak
sekenanya. Tak ada yang kupikirkan, hanya membiarkannya seperti melakukan
keinginannya sendiri.
Dan pikiranku mulai bermain nakal, perlahan dia berlari
terlalu jauh,,terlalu dalam, hingga sampai pada kenangan indah dua tahun
terakhir di hidupku. Aku melihat gambaran sepasang kekasih yang sedang di mabuk
cinta. Bergandengan tangan menyusuri tepian Pantai Air Manis, mengitari perkebunan teh di kota Solok dan
berbagai gambaran keindahan lainnya. Dia
memaksaku menikmati lagi semua keindahan
yang dulu kulalui. Dapat jelas kurasakan aku tersenyum, tertawa dan sekaligus menangis dengan mengingatnya. Menangis?? Tidak!!
Aku tidak boleh menangis lagi. Bukankah aku sudah berjanji tak akan menangis
lagi??
Oh! Semakin aku lawan,, semakin kuat saja kenangan itu. Air
mata masih menggelayuti pipiku. Lubang kosong itu masih terasa hampa dan
menganga. Dan rasanya semakin besar saja saat aku mngingatnya.
Shit!! Aku mencoba melawan rasa sakit ini.
Aku hebat! Aku pintar! Aku kuat! Aku tangguh!! Pasti ada cara yang bisa kulakukan
untuk melawannya. Aku harus ingat hal
lain. Saat aku terjatuh dari lantai dua kosan. Oh! Bukankah itu lucu bila
diingat? Aku tergelincir sehingga membuat keseimbanganku terganggu dan sempat
tersungkur? Untung saja tak ada cedera luar. Hanya sedikit memar di lututku. Ayo
Aizee! Tertawalah!
Mungkin itu terlalu biasa. Aku mencoba mencari lagi ingatan
lain yang kuharap bisa menggantikan ingatan-ingatan lalu yang hanya akan
membuat jantungku sakit lagi. Aku tahu! Bagaimana kalau mengingat saat pertama
kali mendaki gunung Singgalang? Salah satu gunung yang terkenal di Sumatera
Barat. Bukankah itu kenangan favoritku? Ayo Aizee, ingat lah itu! Kau sangat
senang bisa sampai ke Telaga Dewi bukan?
Bahkan kau bermimpi untuk menikah di telaga yang sangat kental aroma
mistisnya itu kan? Kau senang bisa sampai ke kawah Gunung Singgalang meskipun
setelah kembali dari sana kau harus mendapat hukuman tidak boleh keluar rumah
selama sebulan? Tidak!! Ini sama sekali tidak membantu...
Aku rebahkan tubuhku dan mencoba berzikir berkali-kali
hingga tak dapat kuhitung lagi telah berapa kali kulafazkan kalimat-kalimat
suci itu. Dan benar saja, perlahan ketenanganku mulai kembali. Ingatan yang
membuatku kalut pagi ini mulai memudar. Aku merasakan ada ketenangan luar biasa
yang merasukiku. Yang bertarung hebat dengan setan yang membawa lagi kesedihan
itu padaku. Alhamdulillah ya Rabb, begitu kuat nya kuasaMu. Dengan berdzikir
saja bisa kuusir semua perasaan tak mengenakkan itu. “Kenapa tidak dari tadi saja kulakukan?”, pikirku.
Aku kembali duduk dan mencoba meraih handphone-ku yang
sedari tadi belum kusentuh walau sudah terlalu banyak suara “ping” dari layanan
Blackberry Messanger-ku. Aku hanya
tersenyum, berusaha mengacuhkan semua ajakan untuk chating dari teman-teman
yang ada di kontak BBM ku. Hey! Ini masih terlalu pagi untuk mengurusi bisnis
atau sekedar bergosip. Aku mengacuhkan mereka. Aku mengalihkan pandangan pada
sebuah kalender kecil yang kutempelkan di dinding kamarku. Dapat jelas kulihat
disana ada sebuah tanggal yang kulingkari dengan spidol berwarna merah. Tanggal 19 Februari 2012? Otakku mulai mencari-cari
peristiwa yang terjadi pada hari itu. Apa ?? Seingatku hari itu aku ke Jakarta
untuk berakhir pekan bersama teman-teman semasa SMA. Lalu apa? Toh sebelumnya
aku juga telah bertemu dengan mereka! Dan itu bukan pertama kalinya bagiku
menginjakkan kaki di Jakarta!. Apa yang
spesial dengan lingkaran merah itu?
Aku mencoba memutar lagi ingatanku ke hari itu. Aku
tersentak! Ternyata aku melingkari tanggal itu, karena memang ada sesuatu yang
penting yang terjadi pada hari itu. Telepon yang kuterima jam 8 pagi di hari
itu yang membuatku menjadikan tanggal 19 Februari harus selalu aku ingat. Tiba-tiba aku mengingat semuanya yang
kubicarakan dengan seseorang ditelepon. Aku ingat semuanya, bahkan gerutuan,
hinaan, celaan dan keluhannya, aku ingat semuanya.
***
“Hallo! Assalamualaikum!” . Aku mengangkat telepon masuk itu dengan
sejuta tanya dibenakku.
“Walaikum salam, Aizee,, Apa kabar??”. Terdengar suara seorang wanita
paruh baya diseberang sana. Aku mengenalinya meski belum pernah bertatap muka.
Setidaknya Kevin sering bercerita tentang tantenya itu padaku. Tante Linda.
“Alhamdulillah sehat Tante, Tante
bagaimana? Sehat kan??”
Dan pembicaraan itu pun mulai mengalir...
“Ia
Zee, Tante sehat. Zee, ada kejadian gawat! Parah! Rumit!”
Sekonyong-konyong tante Linda mulai memborondongku dengan
deskripsinya mengenai kondisi yang sedang dihadapinya sekarang.
“Ada apa Tante? Apa yang gawat? Apa?”. Rasa penasaranku memuncak, apakah
ini ada hubungannya dengan Kevin? Lantas apalagi yang gawat dari kehidupannya
yang bisa beliau utarakan padaku, selain itu ada hubungannya dengan Kevin ?
“Zee, ternyata Melda itu wanita
murahan! Nggak baik! Kuranga ajar!.....” Dan masih banyak lagi julukan yang diberikan oleh Tante
Linda untuk perempuan yang telah berhasil mmbuatku terpuruk seperti sekarang.
“Lah?! Emang dia kenapa Tante? Ada
apa ini? Dia salah apa?”.
Aku yang tak mengerti mencoba mencari tahu. Seingatku, Tante Linda sempat
menertawakanku karena cemburu pada Melda saat aku mengetahui kalau Kevin
mengajak perempuan itu pergi bersama keluaragnya ke Ancol. Hmm.. aku menangis
saat berbicara dengan Tante Linda saat itu, tapi beliau meyakinkan bahwa Melda
tak seperti itu. Dan sekarang tiba-tiba terbalik, ada begitu banyak ungkapan
ketidaksukaan untuk perempuan itu. Ada apa?? Apa yan terjadi sebenarnya?
“Dia meminta Kevin menikahinya bulan
Juli ini! Dan Mama Nirma sedang bertengkar hebat dengan Kevin di telepon karena
tidak menyetujui ide gila mereka!........”
Jeder!!! Seperti ada petir besar yang menghantam langit.
Dan reruntuhan langit itu seperti tengah menghantam dadaku. Tepat disini,
dijantungku! Membuatnya remuk! Hancur! Hingga tak ada kepingan,,, Nafasku
terhenti. Leherku tercekat. Seperti ada bola bekel kecil yang sedang berdiam
disana dan tak ingin pergi. Aku mencoba bersandar mencari posisi ternyaman.
Nafasku bahkan bisa kuhitung. Ritmenya tak beraturan. Aku terkejut. Ini mimpi
kan?? Apa?? Menikah?? Mereka akan menikah? Apa lagi ini Tuhan?? Apa ini? Aku
ingin mati saat mendengarnya!
“Hallo! Zee? Zee? Kok diam? Tante
lagi ngomong sama Kamu!”
Aku tak mempedulikan panggilan Tante Linda. Aku bahkan
tidak bisa memastikan apa nyawaku masih ada ditubuhku sekarang. Rasanya begitu
sakit mendengarnya. Oh tidak! Kenapa air mataku selalu tahu kapan dia harus
membasahi pipi mulusku? Kerja sama yang bagus antara hati dan otakku! Hebat!
Tapi buru-buru kuhapus air mata ini! Aku tak ingin siapapun dari keluarga Kevin
mengetahui kesedihanku.
“Ya Tante, Maaf Tan, tadi ada teman
aku yang minjam setrikaan. Ya, terus gimana Tante? Apa masalahnya? Bukannya keluarga
Tante lebih menyukai Melda daripada aku?”.
Emosiku muai bermain disini. Lagi-lagi kenangan lalu
membuat otakku tak bisa kuajak berdamai. Aku yang tersakiti dengan
pikiran-pikiran buruk keluarga Kevin. Mereka menganggapku matre dan selalu
menghabiskan uang Kevin. Mereka menganggapku penuh dengan kepura-puraan. Niatku
tak baik. Mereka sempat berpikiran aku hanya membawa pengaruh buruk. Mereka menuduhku menjauhkan Kevin dari mereka.
Mereka mengira aku akan mengambil Kevin dari mereka dengan mengajaknya menikah
secepat mungkin. Oh God! Are they kidding
me? There are so much dreams on me! Kenapa aku harus mengubur semua
impianku untuk semua yang belum pasti itu? Aku sudah berjanji pada diriku
sendiri untuk membahagiakan ibuku dulu sebelum memutuskan menikah. Mungkin saat
itu mereka tak tahu bahwa aku ingin menikah di bulan Februari 2015. Itu masih
lama. Dan yang terparah. Mama Nirma perna menelponku jam 12 malam dan
mengatakan bahwa beliau tak akan pernah merestui hubungan kami bahkan sampai
dia mati. Astagfirullah. Demi Allah semua yang mereka tuduhkan itu tidak benar!
Aku tak ingin bersikap sok suci atau tanpa dosa.
Bagaimanapun kami pernah melakukan kesalahan. Membuat orang-orang mengetahui
kami sedang dalam masalah melalui jejaring sosial. Dan ya, mungkin hanya aku
yang menyadari efek buruknya. Karena itu aku
tak pernah menunjukkan betapa menderitanya aku saat sedang bertengkar
dengannya. Namun Kevin melakukan sebaliknya. Dia mencurahkan semuanya, bahkan
bersikap seolah-olah dia sangat menderita bersamaku. Tentu saja orang-orang
yang peduli padanya beranggapan itu benar. Huft.. Padahal beberapa menit
setelah dia menulis status, note
ataupun bentuk luapan emosi lainnya di Facebook, dia selalu datang ke rumahku
untuk menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi, dan kita pun berdamai. Namun
apa yang sudah kadung dilihat dan didengar oleh orang-orang tidak bisa ditarik
lagi kan?
Namun menuduhku menghabiskan uang Kevin? Hey! Aku juga
memiliki uangku sendiri! Aku juga diberi uang oleh ibuku! Aku tahu betul berapa
uang saku yang diberikan orang tua Kevin. Terlalu bodoh bila aku harus memoroti
uang yang tidak seberapa itu. Mereka
tidak tahu saja bagaimana pengorbananku. Ah sudahlah! Matre? Bahkan ibuku saja
tertawa saat mengetahui ada yang menyebutku matre. Oh Ya Allah, Tidak
mengenakkan difitnah. Tapi lagi-lagi aku yang penyayang dan pemaaf selalu bisa
memaafka semua tuduhan itu. Aku selalu yakin akan ada penyesalan dari mereka
untuk anggapan-anggapan buruk mereka selama ini padaku. Kita lihat saja.
Bukankah Allah Maha Adil?
“Ia Zee, Tante salah menilai
sepertinya. Melda tidak ada apa-apanya bila dibandingkan denganmu. Sejak
pertama bertemu dia, tante sudah merasa hatinya jahat. Dan ternyata terbukti.
Sudah jelas bukan wanita yang baik bila berani merebut pacar orang, padahal dia
tahu laki-laki itu sudah punya pacar. Tante juga tidak mengerti mengapa Kevin bisa
memilih dia. Sekarang kondisinya sedang kacau! Mama Nirma dan Kevin masih
bertengkar ditelepon. Kemarin Mama Nirma juga mengaku, kalau dia menyesal telah
berpikiran buruk padamu, ternyata kamu sangat baik dan pandai membawakan diri. ”
What? Benarkah satu-satunya wanita yang susah kutaklukkan
itu menyesali semua perbuatannya padaku? Benar Allah Maha Adil. Alhamdulillah. Entahlahh,,
apa semua yang dikatakannya benar atau tidak. Kenapa semua tiba-tiba terbalik.
Aku merasa harus mengetahui semuanya. Aku takut bila apa yang kudengar hari ini
hanya sebuah kebohongan saja.
“Tante, tolong bilang ke Mama Nirma,
jangan selalu berbicara dengan Kevin menggunakan emosi. Kevin tak pernah suka
bila dinasehati dengan emosi. Bila Mama memang tidak menyetujui hubungan
mereka, jelaskan baik-baik alasannya. Aku sangat mengerti perasaan Kevin sekarang
bila dia sangat jengkel dengan mamanya. Setiap perempuan yang dekat dengannya
selalu dimusuhi, termasuk aku, seolah-olah kami memiliki kesalahan besar dengan
berpacaran dengan Kevin. Setidaknya tolong jelaskan kepada Kevin, perempuan
seperti apa yang disukai keluarganya. Tolong beri dia solusi Tant,”. Aku dapat merasakan ada aliran yang
sangat panas yang mulai menuju kepalaku. Aku tak ingin dikuasai emosi, maka
segera aku beristigfar.
“Tapi Zee, untuk yang sekarang, kami
benar-benar tidak bisa menerimanya! Melda bukan perempuan yang baik. Perempuan
baik mana yang hampir setiap harinya pergi dengan laki-laki dari pagi hingga
jam 4 pagi??”
“Apa??!!!! Jam 4 pagi?? Kemana
mereka Tante?”.
Lagi-lagi ada bunyi gelegar yang sangat dahsyat yang kudengar. Rasanya aku
telah mati berkali-kali hari ini. Ada apa ini sebenarnya? Kemana mereka selama
itu? Pikiran buruk mulai bertengger dikepalaku. Dan lagi-lagi ada sedih yang
luar biasa yang memenuhi hatiku, dan ya.. air matakupun mulai berjatuhan.
“Itulah Zee, Tante nggak tahu! Kevin
tidak bisa diajak berbicara sejak dia mulai berhubungan dengan Melda. Dia
seperti dikuasai Melda. Setiap nasehat Tante tak pernah lagi di dengar.
Berkali-kali Tante mengingatkan untuk tidak terlalu sering berduaan di kosan
Melda hingga pagi. Ini Jakarta Zee, pergaulan disini sangat bebas. Tante takut
mereka tak bisa menahan diri. Berkali-kali Tante larang dia untuk membawa Melda
ke rumah ini, tapi tak pernah di dengarkan. Perempuan tak tahu malu itu masih
saja berkunjung kesini. Dia memberikan efek yang sangat buruk pada Kevin. Kevin
tak pernah lagi bermain dengan anak Tante. Kevin sekarang menjadi kasar dan
pemarah. Dan yang lebih parah, Kevin mengancam akan kabur dari rumah Tante bila
masih dilarang menemui Melda. Ini semua karena perempuan murahan itu!!”
Aku tak bisa mencegah Tante Linda mengeluarkan kata-kata
kasar yang sudah berkali-kali kudengar darinya hari ini, karena aku juga sedang
sibuk menenangkan diriku sendiri. Tuhan, ujian apa lagi ini? Rasa pedih yang
kurasa semakin menjadi-jadi saja.
“Berarti Kevin sangat mencintai
Melda ya Tante sampai-sampai dia memutuskan ingin meninggalkan rumah bila
dilarang menemui Melda lagi?”. Walaupun nada bicaraku terkesan datar, tapi air mataku
begitu mengalir deras saat menanyakan pertanyaan ini.
“Oh tidak!
Bagaimana mungkin dia sangat mencintai Melda, bila dia masih sering melihat foto
kamu di laptopnya sambil mengelus wajahmu dan sesekali menciuminya?!”.
Suara Tante Linda terdengar berapi-api.
“Foto aku? Foto yang mana Tante? Aku
pikir dia sudah membuang semua tentangku.”
“Belum Zee! Kevin masih sangat
sayang kamu. Dia bahkan pernah bilang ke Tante, bahwa dia menyesal meninggalkan
kamu karena kenyataannya memang kamu
yang terbaik buat dia. Dan dia juag bilang kamu jauh lebih cantik. Namun saat dia mencoba untuk kembali, kamu
sudah tidak mau menerimanya....“
Licik! Berani sekali laki-laki itu mengatakan kepada
semua orang bahwa aku yang terbaik buatnya sementara dia meninggalkanku demi
perempuan lain. Oh tidak! Ingin rasanya akau hentikan pembicaraan ini sekarang
juga. Mendegarkan crita tentangnya hanya mmbuat perutku mulas saja, seolah-olah
organ dalamku sedang memprotes otakku untuk berhenti mengingatnya. Namun aku tak mau bersikap kasar kepada orang
yang lebih tua dariku ini.
“....Melda ini kurang ajar Zee. Dia
merasa dirinya cantik! Padahal dia tak secantik itu. Hidungnya pesek. Dia
pendek. Menang putih aja. Tidak pandai bergaul. Tidak bisa berbasa-basi. Setiap
main ke rumah Tante, dia hanya berdua dengan Kevin, tak pernah bisa membaur.
Setiap Tante berusaha mengajak dia berbicara dan menasehati agar tidak meminta
Kevin menikahi dia, malah Kevin yang marah ke Tante karena si Melda membuat
cerita bohong bahwa Tante mencoba memarahinya. Selain itu, dia sering
menakut-nakuti Kevin. ~“Aku ini cantik Kev! Banyak yang suka sama aku!
Pengusaha, dokter, orang dari Malaysia. Kalau kamu nggak mau nikah sama aku,
kamu akan rugi besar! Karena kamu nggak akan dapat yang seperti aku lagi. Tak
akan ada lagi perempuaan yang mau dengan kamu. Buktinya, mantan kamu saja sudah
tak mau berbaikan lagi denganmu kan?”~. Masa ia dia bilang seperti itu? Perempuan
macam apa dia? Mungkin dia lupa bercermin! Dan si Kevin yang bodoh ini juga
percaya dengan kata-katanya! Mungkin Kevin sudah diguna-guna Zee!”.
Aku benar-benar tertawa keras-keras saat mendengar tante
Linda menirukan cara berbicara Melda. Oh Kevin yang malang! Apa dia tidak menyadari
betapa tampannya dia?? Kenapa dia harus terjebak dengan perempuan seperti itu? Perempuan
sombong yang bahkan tak menarik sama sekali dimataku. Kenapa Kevin bisa percaya
bahwa tak akan lagi perempuan yang ingin menikah dengannya? Ayolah Kevin
sayang! Kenapa kau tiba-tiba bodoh??
“Tante, Kenapa Kevin bisa percaya
dengan perempuan seperti itu? Apa Tante sudah mencoba berbicara baik-baik
dengan Kevin? Kalau menurutku, untuk menikah secepat itu, Kevin belum siap
Tante. Dia masih harus belajar banyak. Dia masih belum dewasa. Lagipula, setahuku,
Mama Nirma ingin agar Kevin mapan dulu, kira-kira 3 atau 4 tahun lagi baru
menikah. Jadi sebaiknya dinasehati lagi agar Kevin bisa berpikir jerni,
lagipula....”
Tante Linda pun sekonyong-konyong menjawab, “Bagaimana cara menasehatinya Zee? Si Melda
ini selalu saja mengikat Kevin. Asal kamu tahu ya, saat Kevin mencoba
menghubungi kamu beberapa hari lalu, dia marah besar dan mengamuk. Tante sempat
membaca sms yang dikirimnya untuk Kevin. Dan bila kamu melihat foto-foto mesra
mereka di BBM atau Facebook, itu si Melda yang meminta Kevin memasukkannya. Dan
sekarang, orang tuanya Melda juga sudah mulai mengikat Kevin. Mereka mendekati
Kevin dan membujuk Kevin untuk menikahi anaknya Juli nanti. Dan si Melda ini
juga nggak punya otak! Dia cuma mau jadi ibu rumah tangga biasa, mengurus suami
dan anak-anak. Tak mau kerja! Wanita macam apa itu?? Mana mungkin kami setuju
bila dia ingin menikah dengan Kevin.”
Aku kaget mendegarnya. Seorang lulusan Universitas
Indonesia yang menamatkan kuliah sarjananya dalam waktu hampir 5 tahun hanya
berniat jadi ibu rumah tangga dan mengurusi anak dan suami? Hey Nona! Kesinilah
engkau! Biar kuajarkan padamu caranya berpikiran modern dan terbuka. Ini tahun
2012 bukan zaman baheula!!
“Apa Tant? Jadi ibu
rumah tangga? Hahahhahahaa.. Tante, izinkan aku tertawa dulu ya, perutku sangat
sakit sekarang karena menahan tawa, ini sangat lucu Tante, aahhahahaha....”
Tawa kami berdua pun lepas seketika.
***
Aku tersenyum sendiri mengingat pembicaraan kami
ditelepon dua minggu lalu. Kedekatan yang terjalin antara aku dan Tante Linda
membuatku sedikit lega, setidaknya aku berhasil membuat mereka menyadari bahwa
aku tak seperti dugaan mereka dulu. Namun disatu sisi ada ketakutan dan kesedihan
luar biasa yang ikut kujemput dengan mengingatnya. Menikah? Apa benar?? Oh
Tuhan, bisakah itu tak terjadi antara mereka?? Bahkan wisuda sarjana saja baru
dilaluinya hari ini, bagaimana mungkin dia akan menikah?
Wisuda???!! Yaa!! Hari ini dia wisuda! Kenapa baru
kuingat?? Dan satu sahabatku juga sedang wisuda!
Aku membuka laptopku dan mulai berusaha merangkai kata-kata
untuk sahabatku. Aku harus mengirimkan ucapan selamat untuk Cherie. Lagipula
aku belum sempat membalas emailnya beberapa hari lalu. Dan jemariku pun mulai
menari dengan indah diatas laptop putih kesayanganku.....
Bandung, 3 Maret 2012
Happy Graduation Dearest Cherie
Cherie sayaaang!! Happy Graduation!!
Huaaaaaa...aku sangat ingin sekali
berada disana. Mengucapkan selamat untuk kelulusanmu dan memberikan pelukan
hangat untukmu. Ingin sekali melihatmu berpakaian layaknya calon pengantin yang
akan menikah.(^_^) Aku ingin sekali melihat warna kebayamu dan jilbab yang kau
kenakan. Dan terlebih aku ingin memastikan apakah kau memilih salon yang tepat
untuk mendandanimu. Kau tentu tahu apa yang akan kulakukan bila menurutku ada
yang salah dengan make up mu bukan?? Apa kau merasa nyaman saat penata rias
mengutak-atik wajahmu??? Hehehhehehe.... *Jujur saja aku menikmatinya ^_^
Cherie..apa kau terlihat cantik
dengan kebaya itu??
Aku sangat ingin melihatmu dan
menyaksikan prosesi wisuda yang sudah setahun lalu kulalui. Waktu cepat berlalu
ya Cherie sayang?
Lalu, apa yang akan kau lakukan
setelah wisuda ini? Apa kau akan menjadi guru bimbel atau melamar di bank? Atau
apa? Ceritakan padaku yaa....
Aku masih mencoba merangkai kata-kata lain yang hendak
kutulis saat handphone-ku lagi-lagi berdering.
Mama Nirma
Calling......
Hah? Ada apa ini? Apa ini respon atas sms yang kukirim 5
menit yang lalu?
~Mama, selamat ya atas wisuda Kevin ^_^ ~
Pembicaraan yang berlangsung hampir 20 menit ini
benar-benar membuatku mampu tersenyum-senyum sendiri. Sepertinya Cheri harus
mengetahui apa yang terjadi.
Hey Cherie! Apa kau tahu apa yang
terjadi saat aku menulisimu surat ini? Mama Nirma menelponku. Kau masih ingat
beliau kan?? Yaah,,aku berani bertaruh kau tak akan lupa dengannya.. hehhe
Entahlah Cherie, semuanya terasa
aneh saja buatku. Seperti mimpi. Beberapa waktu lalu Tante Linda yang tinggal
di Jakarta yang berkali-kai menghubungiku untuk mengabari tentang Kevin dan
Melda, untuk menyampaikan betapa tidak baiknya Melda, dan untuk menanyakan
kemungkinanku untuk kembali bersama dengan keponakannya. Serta pengakuan kalau
beliau dan keluarga besar mereka lebih menyukaiku dan telah membuka diri mereka
untukku. Sekarang tiba-tiba Mama Nirma juga menghubungiku dan mengatakan hal
yang hampir sama.
Kau mau tahu apa yang kami bicarakan
Cherie?
Aku : “Hallo, Assalamualikum Mama!”
Mama
Nirma: “Hallo sayang, apa kabar nak?”
Aku : “Alhamdulillah sehat Ma! Mama
sehat? Oh iya Ma, selamat ya atas
wisudanya Kevin. Semoga ilmunya berkah, amin”.
Mama
Nirma: “Mama sehat Zee. Oh iyaa,,terima kasih yaa. Kenapa kamu nggak
pulang
ke Padang? Seharusnya kan kamu ada disana”.
Aku : “Aduw, pulang Ma? Nggak bisa
Ma, aku baru sembuh, lagipula
kalau
aku datang, nanti pacarnya Kevin marah dong Ma”.
Kau tahu Cherie, hatiku terasa
tercabik-cabik mengakui perempuan itu sebagai pacarnya, bagiku posisinya tetap
sama. Selingkuhan!!
Mama
Nirma:” Iaa,,, Mama lihat di facebook kamu, sakit apa kamu Zee? Udah
berobat?
Jangan kecapekan yaa.. Mama selalu lihat facebook kamu
loh(Terdengar
suara mama seperti terkekeh). Kalau soal si Melda, ya
ampun
Zee, jelek ternyata! Pesek,, jelek! Seperti orang kampung.
Nggak
ada apa-apanya dibandingkan kamu”.
Kau tahu Cherie, mama Nirma orang
kesekian yang kudengar mengatakan bahwa perempuan itu sama sekali tidak cantik
dan menarik. Sebelumnya pernyataan itu kudengar dari beberapa orang temanku,
Ona, Nita, Maya, Riski dan Baim. Kemudian juga kudengar dari Tante Linda, dan
sekarang Mama Nirma. Oh Melda! Apa kau tahu perbuatanmu telah membuat orang
benar-benar menganggapmu buruk luar dalam.
Aku : “Hush Mama! Nggak boleh
seperti itu Ma! Berdosa kita ma”.
Mama
Nirma: (Tertwa terbahak-bahak, hingga akupun ikut tertawa mendengar
tawanya)
Tapi benar Zee, jelek! Kalah jauh kalau dibandingin sama
kamu.
Kok mau ya Kevin sama dia”.
Aku : “Loh! Bukannya putih ya Ma?
Aku lihat fotonya kelihatnnya putih
orangnya.
Mama
Nirma: Ah! Masa ia? Gelap juga ujung-ujungnya pas ketemu Mama.
Aku : Terus gimana Maa? Udah ketemu
nih sama calonnya Kevin?
(Hatiku lagi-lagi tersayat
menanyakan pertanyaan seperti itu... Cherie T_T)
Mama
Nirma: Mama gak suka sama dia Zee, gak cocok sama Kevin. Nggak
sreg aja
saat ketemu. Mama lebih suka sama Kamu. Lebih sopan, lebih
bisa
berbaur, lebih bisa membawakan diri dan lebih cantik juga.
Oh Cherie, setelah perang dingin
kami yang hampir berlangsung dua tahun, tiba-tiba pengakuan-pengakuan manis sperti
itu meluncur dari mulut Mama Nirma. Apa kau bisa merasakan bagaimana senangnya
aku mendengar semua itu? Bukankah itu fakta hah? heheheh
Aku : “Huaa,, Mama memuji aku
terlalu berlebihan.... Tapi Ma, bukannya
mereka
mau menikah bulan Juli ya? Huaa,, remuk jantungku Ma....”
Mama
Nirma: “Hahahahaha,,gila !! Nggak bisa! Nggak ada cerita! Mama aja gak
setuju
Kevin pacaran sama dia. Apalagi untuk menikah. Kalau untuk
menikah
ndak boleh sama dia. Lagipula Mama ingin Kevin mapan
dulu.
Kerja yang benar dulu, kalau dia mau, mama ingin
menguliahkan
dia, agar bisa S2 juga seperti kamu”.
Aku : “Oh,, bagus Ma kalau Kevin
mau lanjut kuliah”.
Mama
Nirma: “Kamu sudah tahu kalau Kevin udah kerja?”.
Aku : “Belum Ma,,, oh yaa,,kerja
dimana dia sekarang?” (Percayalah aku tahu semuanya tentang Kevin dari Tante
Linda, jadi aku pura-pura tidak tahu saja,,)
Mama
Niema: “Dia diterima di Bank Syariah Mandiri Zee, minggu depan sudah
mulai
training. Nanti kalau dia sudah di Jakarta, main-main ya ke
Jakarta,
biar bisa ketemu sama Kevin”.
Glek! Air ludahku tertelan dengan
sendirinya. Ada apa ini Cherie? Kenapa sekarang si mama ini seperti membukakan
jalan untukku? Aku harus bagaimana meresponnya Cherie? Sok jual mahal? Atau
benar-benar menunjukkan apa yang kurasa?
Aku : “Haaaa,selamat ya Mama..
Pasti Mama bangga ya sama Kevin.
Heheeh,,,ketemuan
ya Ma? Aku takut pacarnya marah Ma, aku nggak
mau
karena aku mereka ada masalah pula”.
Mama
Nirma: “Eh! Siapa dia berani marah-marah? Dia aja ngerebut Kevin dari
kamu,
apa kamu marah sama dia? Lagian ini kan mama yang suruh”.
Aku : “Hmm,, iya deh Ma,, nanti
kalau aku main-main ke Jakarta aku
sempatin
ketemu Kevin. Oh ya,, Mama kapan ke Bandung? Kan
kemaren
Mama bilang mau mampir ke Bandung...”
Mama
Nirma: “Iaa,, Insya allah bulan 4 Mama ke Bandung, sekalian Tante Linda
juga
mau pindahan. Kami mau mencarikan rumah yang lebih besar
untuk
mereka tinggali, lagipula Kevin kan
tinggal dengan Linda, jadi
sebisa
mungkin dicari rumah yang dekat dengan
kantornya Kevin.
Nanti
kalau Mama ke Bandung sama nenek, Mama mampir ke kosan kamu ya, Nenek juga
sudah kangen ketemu kamu katanya”.
Cherie! Awalnya aku pikir
pertanyaanku hanya basa-basi. Tapi aku senang saat direspon seperti itu.
Bukankah itu bukti bahwa penilaian buruk mereka kepadaku telah hilang??
Bukankah itu bagus?
Aku : “Benar kah Ma? Horee!!! Nanti
kita jalan-jalan keliling Bandung ya
Ma?
Shopping sepuasnya yaa,,,” (tawa kamipun lepas ...)
Mama
Nirma: “Nanti, kalau kamu wisuda, Mama boleh datang kan? Mama akan
usahakan
datang Zee..”
Aku :”Ia Ma, tentu saja boleh, aku
akan sangat senang bila Mama hadir
saat
aku diwisuda. Sewaktu wisuda sarjana dulu hubungan kita
sedang
tak bagus, sebenarnya aku mau mengundang Mama, aku hanya
takut
Mama menolak”.
Mama
Nirma: “Ia nak! Maafkan Mama ya, sebenarnya dulu Mama sudah salah
menilai
kamu. Sekarang, apa kamu masih ada menghubungi Kevin?”
Aku :
“Sudah nggak pernah Ma! Bukannya Mama yang melarang aku
untuk
menghubungi Kevin? Makanya tak kulakukan”.
Mama
Nirma: “Zee, sering-seringlah hubungi Kevin! Tanya kabarnya gimana! Apa
dia
baik-baik saja disana. Pokoknya sering-sering aaj hubungi dia
yaa..
Zee, kamu masih sayang nggak sama Kevin? Apa kamu nggak mau kembali bersama
Kevin? Karena jujur Mama lebih senang bila kamu yang bersama dengan Kevin”.
Apa yang harus kujawab Cherie?
Berharap tadi kau ada disampingku dan membisikkan kata-kata yang tepat untuk
menjawab pertanyaan itu. Maka aku tak menjawab apa-apa...
Aku : “Hmm.....”
Mama
Nirma:”Kemaren Mama sempat bertanya pada Kevin, kenapa dia tak
kembali
saja pada kamu, dan memulai semuanya dari awal..”
Aku : “Lalu Ma??” Cherie, aku
sangat bersemangat ingin mendengar jawaban dari Kevin.
Mama
Nirma:”Lalu dia menjawab ~Mana mungkin Aizee masih mau menerima kau
ma,
setelah anak gadis orang mama hina-hina, kuselingkuhi pula!
Laki-laki
yang suka sama dia dan ingin menjadi pacarnya sangat
banyak
Ma! Mana mungkin dia masih mau menerima aku~ Zee, kamu masih sayang Kevin kan?
Apa sekarang kamu sudah punya pacar?”
Aku : “Maa.... “(aku tak sanggup
berkata apa-apa Cherie..)
Mama
Nirma: “Sebenarny selama ini mama tak pernah benci sama kamu. Mama
hanya
ingin Kevin fokus kuliah. Karena itu Mama berpikir, dengan
memiliki
pacar hanya akan menggangu kuliahnya. Sekarang Mama
tahu
bahwa skripsi yang telah mmbuat Kevin
diwisuda hari ini
adalah
hasil bantuan kamu. Kamu mendampinginya mulai dari
pembuatan
proposal hingga sidangnya. Sayangnya kamu bukan orang
yang
mendampinginya hari ini. Zee, maafkan salah Maa ya nak..”
Aku : “Mama,, semua sudah diatur sama
Allah Ma.. tak ada yang salah.
Aku
tak mau sedih hari ini Ma, tak usah kita bahas ya Ma..”
Mama
Nirma: “Zee, apa kamu masih mencintai Kevin?”
Aku :”Ma, kalau soal sayang atau
cinta, sepertinya Mama pun tahu
jawabannya.
Aku masih sangat menyayangi Kevin, tapi untuk
sekarang
aku ingin fokus kuliah Ma. Aku tak punya pacar sekarang
walaupun
banyak yang ingin menjadi pacarku. Aku tak ingin mencari
pacar
lagi Ma, aku ingin mencari calon suamiku. Pendamping hidupku
kelak.
Semoga aku dipertemukan dengan pendampingku disaat aku
sudah
benar-benar siap. Amiin ya Rabb.”
Mama
Nirma:”Ya Zee, itu juga yang coba mama katakan pada Kevin. Mama ingin
Kevin
menikah umur 26 atau 27. Bukan tahun ini seperti keinginan
perempuan
itu. Bila memungkinkan dan bila kalian berjodoh, Mama
akan
sangat senang nak”.
Aku : “Sekarang kita jalani saja
yang seperti ini Ma, aku hanya tak ingin
memutuskan
silaturrahmi. Aku selalu berdoa agar Kevin bahagia dan
menjadi
laki-laki yang lebih baik. Menjadi pemimpin nantinya. Dan
seperti
yang aku tahu, keluargaku mengirimku ke Bandung bukan
hanya
untuk memperdalam ilmu Biologiku Ma, tapi juga untuk
memberi
kesempatann padaku untuk belajar mendewasakan diri,
mengaggunkan
pribadiku, dan menjadi wanita yang jauh lebih baik.
Semoga
Kevin juga melakukan hal yang sama. Amin..”
Mama
Nirma: “Amin.”
Telepon itu berakhir setelah
percakapan-percakapan kecil lainnya antara aku dan seorang wanita yang seumuran
ibuku itu. Kau tahu Cherie, aku benar-benar ingin mendengar pendapat kalian
tentang apa yang terjadi padaku beberapa hari ini.
Mereka seperti termakan omongann
mereka sendiri bukan? Mereka mati-matian memojokkanku sebelumnya. Bahkan mereka
sempat merasa sangat bahagia mengetahui hubunganku berakhir dengan Kevin. Namun
Sepertinya Allah tak membiarkan mereka berbahagia diatas lukaku. Maka segera
diperlihatkan pada mereka kebenaran yang seharusnya mereka akui juah-jauh hari.
Hmm,, Tapi aku tak tau apakah itu
bisa merubah sesuatu. Aku jadi teringat pada apa yang menimpa kita saat tahnu
pertama kita mengikuti perkulihan dulu. Bukanah kita juga dicela oleh hampir
sebagaian orang di kampus itu? Mereka salah menilai kita berlima kan Cherie?
Hingga waktu yang membuktikan bahwa dugaan mereka salah. Dan satu persatu
permintaan maafpun menghampiri kita. Dan orang-orang yang sebelumnya meludah
saat kita berlalu dihadapan mereka, malah menjadi orang-orang terdekat kita
sekarang. Oh....hidup sungguh tak bisa ditebak yaa...
Baru saja ingin kulanjutkan merangkai kata-kata lainnya
untuk sahabatku ini, lagi-lagi Blackberryku
berbunyi. Kali ini ada pesan dari salah
satu teman SMP-ku di Blackberry Messagerku.
Ping
Ping
Zee, kami sudah di Mc D Dago, segera
kesini!
Setelah ini kita karokean lagi!
Bertemu lagi dengan mereka setelah lebih dari 8 tahun tak
bertatap muka seperti reunian unik yang penuh cerita. Aku kembali mengenang
masa-masa Aizee masih menjadi gadis tomboi yang selalu dikelilingi teman
laki-lakina yang bahkan lebih banyak dari teman perempuan. Oh masa
remajaaa.....
Cherie, sepertinya aku harus
mengakhiri suratku ini sekarang juga. Ada ajakan berakhir pekan dari
teman-teman semasa SMP dulu. Aku belum sempat menuliskan apa-apa tentang
mereka. Mungkin disuratku yang berikutnya ya...
Selamat wisuda ya Cherie..
Aku menyayangimu....
The Sweetest One
Aizee Glamee
NB: Seharusnya aku tak membalas
suratmu secepat ini ya.. hanya saja menurutku ini cara yang unik untuk memberi
ucapan untuk wisudamu. Lagipula Aurel tak akan memiliki kesempatan untuk
menulisi email balasan untuk kita. Bukankah dia sedang jadi backpacker di
negara orang? Hahah,,,kapan-kapan akan kulakukan hal yang sekarang
dilakukannya,,
I promise that! Aku akan bepergian juga keluar
negri, Semuanya telah ada direncana jangka menengahku,,wish me luck sissy ^_^ hihiih
Dan hey! Tolong forward emailku ini
ke Aurel ya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar