USULAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
Program Magister Biologi ITB, jalur : Biologi
Organismal
Nama
|
:
|
Dina Maulina
|
NIM
|
:
|
20611013
|
Judul
Penelitian
|
:
|
Pengaruh
Pemberian Biopestisida Mirabilis jalapa
Dengan Kombinasi Mikroba Bacillus
thuringiensis Terhadap Respon Imun dan Tingkat Mortalitas Crocidolomia pavonana F. Pada Tanaman
Kubis
|
Nara Sumber
|
:
|
Dr. Tjandra
Anggraeni
|
Penguji
|
:
|
1.
Prof. Dr.
Intan Ahmad
2.
Dr. Ramadhani
Eka Putra
|
Tempat
Penelitian
|
:
|
Laboratorium
Toksikologi dan Entomologi Jurusan Biologi ITB
|
Bidang Ilmu
|
:
|
Fisologi
Biologi dan Perkembangan Biomedik
|
1. Latar Belakang
Kubis merupakan pakan alami bagi Crocidolomia pavonana, sehingga berdampak
buruk bagi tanaman kubis, karena C. povonana
berkembang menjadi hama pada tanaman kubis. Serangan C.pavonana sebagai hama menyebabkan kehilangan hasil panen kubis sebesar
65,8% (Uhan, 2007). Hal ini
berdampak pada penurunan produktivitas tanaman kubis baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Menyikapi hal ini, maka langkah yang
harus dilakukan adalah upaya mengendalikan hama C. pavonana yang berkembang pesat pada tanaman kubis.
Pengendalian hama yang hingga saat ini dilakukan
oleh petani adalah dengan menggunakan insektisida kimiawi secara terjadwal
dengan dosis tinggi. Dampak yang terlihat dari penggunaan insektisida kimiawi ini
adalah terjadinya resistensi hama terhadap insektisida tersebut, terjadi resurgensi
hama sasaran, menyisakan residu pestisida pada tanaman, juga dapat membunuh
musuh alami serta menyebabkan pencemaran air, udara dan tanah (Sastosiswojo,
1987). Dengan demikian, alternatif yang harus digunakan untuk mengendalikan
hama C. pavonana F pada tanaman kubis
dengan cara yang paling aman adalah dengan penggunaan biopestisida dan bioinsektisida
sebagai bentuk pengendalian hama secara terpadu.
Hasil penelitian Prasetyo (2009), mengemukakan Mirabilis jalapa merupakan salah-satu alernatif
pengendalian dari hama. Penelitian tersebut menunjukkan
bahwa ekstrak etanol daun M
.jalapa
mempunyai
kemampuan mengurangi nilai konsumsi pakan, berat dan laju pertumbuhan serta waktu pupasi dan
persentase kemunculan serangga dewasa. Hal tersebut karena terdapat senyawa antifeedant yang
diperkirakan dapat menjadi insektisida alami atau botani. Yusanti (2009), menguji ekstrak etanol dari daun dan umbi M .jalapa sebagai senyawa repellent yang dapat mencegah oviposisi
imago C. binotalis pada kubis (Brassica oleracea). Efek tersebut diatas diduga karena M. jalapa memiliki suatu protein Mirabilis Antiviral Protein (MAP) yang terkandung
pada ekstrak, sehingga menurunkan fungsi
imunitas pada C. binotalis tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak M. jalapa dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh C. pavonana yang ditandai dengan peningkatan
aktifitas fagositosis sel sebagi bentuk pertahanan imunitas secara selular.
Penggunaan biopestisida
yang ramah lingkungan cenderung menghasilkan pengaruh reaksi lambat dalam
melemahkan kemampuan fungsi fisiologis dari tubuh C. pavonana. Maka untuk meningkatkan efisiensi kerja dari bioinsektisida
ini, dan untuk mengendalikan hama adalah dengan mengkombinasikan biopestisida
dengan bioinsektisida yaitu mikroba Bacillus
thuringiensis yang bersifat entomopatogen. Hasil penelitian Uhan dan Sulastrini (2007) menyatakan bahwa
pemberian pengaruh tunggal bakteri entomopatogen Bacillus thuringiensis pada larva Crocodolomia pavonana menunjukkan penurunan fungsi fisiologis 24
dan 48 jam setelah perlakuan, yaitu menunjukan gejala menurnnya nafsu makan,
diare dan muntah, perubahan warna tubuh, dan berbau menyengat. Hal tersebut dikarenakan serangga
memakan zat toksin yang dihasilkan bakteri, sehingga serangga
tersebut dapat mati karena rusaknya
jaringan yang ada di sistem pencernaan (Anonim, 2011).
Diharapkan kandungan Mirabilis
Antiviral Protein (MAP) pada M. jalapa yang berpengaruh pada imunitas
C. pavonana dan juga B. thuringiensis sebagai entomopatogen dengan
kombinasi dosis infeksi yang optimium dapat digunakan sebagai pengendalian hama
terpadu yang tepat. Sehingga dapat
meningkatkan mortalitas hama tanaman kubis pada fase larva hingga dewasa yang
ramah bagi lingkungan karena menggunakan biopestisida dan bakteri
entomopatogen.
2.
Tujuan
Penelitian
ini bertujuan untuk :
1.
Mengukur
respon imun dari pertahanan secara seluler C.
pavonana setelah pemberian ekstrak M.
jalapa dengan menghitung perubahan jumlah konsentrasi sel hemosit dan
menguji kemampuan fagositosis dari hemosit dalam keadaan in-vitro.
2. Mencari dosis optimum dari biopestisida M.
jalapa terhadap C. pavonana
dengan melihat perubahan respon imun dari tiap konsentrasi dosis infeksi.
3. Menentukan kombinasi dosis optimum dari kombinasi ekstrak M. jalapa dengan B. thuringiensis yang memberikan efek mortalitas maksimum setelah
pemberian B. thuringiensis.
3.
Hipotesis
1.
Terdapat
penurunan respon imun dari pertahanan secara seluler C. pavonana setelah pemberian ekstrak M. jalapa yang ditandai dengan penurunan kemampuan fagositosis sel
hemosit.
2.
Kombinasi
dosis optimum dari kombinasi ekstrak M. jalapa
dan B. thuringiensis dapat menekan
populasi larva C. povonana
4.
Tinjauan Pustaka
a.
Mirabilis jalapa
M. jalapa merupakan tanaman herba tahunan, tegak dengan tinggi rata-rata 20-80 cm, berasal dari
Amerika Selatan, banyak ditanam orang sebagai tanaman hias di
pekarangan atau sebagai pembatas pagar rumah. Tumbuh di dataran rendah yang
cukup mendapat sinar matahari maupun di daerah perbukitan. Selain berfungsi
sebagai tanaman hias M. jalapa
juga berfungsi sebagai tanaman pengusir (penolak) serangga, hal ini karena
kandungan dari ekstrak daun M. jalapa
mengandung senyawa repellent penolak serangga. Kemampuan
M. jalapa
sebagai senyawa repellent yang juga berfungsi sebagai senyawa antifeedan pada
serangga. Penelitian
Yusanti (2009) mengungkapkan
bahwa ekstrak M. jalapa diketahui
mengandung suatu protein Mirabilis Antiviral Protein (MAP) yang berfungsi sebagai repellent bagi serangga,
sehingga ekstrak daun M.
jalapa
mampu melemahkan fungsi fisiologis pada serangga. Hasil penelitian Yusanti
menyatakan ekstrak M. jalapa berpotensi menjadi insektisida
botaniyang mampu menolak serangga hama (repellent) dan mencegah terjadinya
ovoposisi C. binotalis
pada tanaman kubis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prasetyo
dan Yusanti ekstrak etanol M. jalapa dibuat
dengan konsentrasi 0 g/ml,
0,1
g/ml,
0,2
g/ml,
0,4 g/ml dan 0,8 g/ml senyawa repellent. Konsentrasi 0,8 g/ml menjadi
konsentrasi subletal
(konsentrasi dibawah konsentrasi yang menyebabkan kematian larva sebanyak 50%)
merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2009).
b.
Crocidolomia
pavonana
Crocidolomia pavonana merupakan
salah satu hama tanaman petanian yang menimbulkan dampak merugikan bagi tanaman
kubis. Hal ini disebabkan karena C. pavonana
menjadi parasit pada tanaman kubis. Habitat asli C. pavonana di daerah lembab pada ruang ternaung (gelap) dengan
pakan alami larva adalah kubis. Hal ini menjadi sesuai mengapa C.pavonana menyukai tanaman kubis
sebagai inang, mengingat habaitat kubis pada daerah lembab. Selain itu, peneitian
Korinus (1995 dalam Sari, 2004)
menyatakan bahwa Imago C. pavonana yang diberi makan kubis
lebih banyak menghasilkan telur dari pada yang diberi pakan petsai.
C. pavonana mampu menyerang hasil panen kubis hingga 100% (Sastrosiswojo & Wiwin,
1999 dalam Yusanti 2009). Larva hama ini menyerang semua bagian pada tanaman
kubis dari mulai daun muda, daun tua hingga titik tumbuh tanaman, hingga
dikenal sebagai hama yang sangat rakus. Fase C. pavonana dilewati dengan empat tahapan perkembangan yaitu : telur, larva, pupa
dan imago (dewasa). Siklus hidup hama ini bergantung pada suhu dan kelembaban.
Pada tahapan telur C. pavonana biasa
meletakkan telur di bagian bawah permukaan daun kubis
yang ternaung, semntara pada tingkatan larva C. pavonana biasa menghabiskan hidupnya dengan mencari makan. Larva
C. pavonana dapat memakan seluruh
bagian daun dari tanaman kubis. Hal ini yang menyebabkan gagal panen pada
tanaman kubis secara keseluruhan.
Diketahui
bahwa Ekstrak M. jalapa merupakan biopestisida
penolak serangga, sehingga saat C. pavonana
terinfeksi oleh zat repellent maka serangga akan menunjukkan perubahan respon
imun pada tubuhnya. Respon tersebut ditandai dengan peningkatan respon imun secara
selular dan humoral dengan adanya reaksi fagositosis, enkapsulasi dan nodulasi
pada tubuh serangga. Kesemua pengaruh sistem imun tersebut menyebabkan
perubahan warna hematosit menjadi lebih gelap karena adanya endapan melanin
pada darah (Melanie, 2009). Namun belum diketahui bagaimana pengaruh penurunan
sistem imun secara seluler dan humoral pada C.
pavonana setelah diberikan ekstak M. jalapa
yang diketahui memiliki protein MAP sebagai repellent.
c.
Bacillus
thuringiensis
Bacillus thuringiensis
(Bt) merupakan
bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerob dan membentuk spora. Bakteri ini termasuk patogen fakultatif
dan dapat hidup di daun
tanaman konifer
maupun pada tanah. Saat fase sporulasi terjadi, selnya mengandung protein Cry
yang termasuk ke dalam protein kristal kelas endotoksin delta (Roh, jong yul dkk, 2007).
Secara garis besar Bt akan
menginfeksi hama dengan tahapan yang tertuang pada gambar berikut.
Sumber :Anonim,
2007
1.
Gambar
A, protein kristal aktif melekat ke spora Bt.
Spora dan kristal memasuki saluran pencernaan pada bagian usus.
2. Gambar B, kristal protein sekitarnya memisahkan diri dari spora dan mulai
larut. Setelah kristal tersebar,
racun diaktifkan. Langkah ini terjadi di usus serangga, dan merupakan uji
spesifisitas pertama untuk Bt. Agar
kristal tersebar
dan toksin untuk menjadi aktif, tingkat pH harus berada dalam rentang yang
sangat terbatas bersuasana
basa dengan kisaran pH 9 – 10,5.
3. Gambar C, toksin mulai mempengaruhi membran usus.
Toksin tersebut mengikatkan diri pada reseptor dalam usus. Pada ilustrasi ini, hal itu menunjukkan
bentuk persegi kecil sepanjang membran usus, yaitu pada lipatan sepanjang membran usus.
Setelah toksin mengikatkan diri di
membran, akan terbentuk
lubang pada membran
usus hingga larva mengalami kelaparan sampai mati. Apabila
serangga memakan toksin tersebut,
maka serangga
tersebut dapat mati karena
toksin dari protein Cry merusak jaringan yang ada di system pencernaan pada
larva C. pavonana F. (Anonim, 2011).
Uhan dan Sulastrini (2007) menggunakan bakteri
entomopatogen Bacillus thuringiensis pada
larva Crocodolomia pavonana F. dengan
konsentrasi 0,1 g/100ml dan 0,2 g/100ml sebagai konsentrasi letal bagi C.Pavonana. Pada penelitian ini digunakan konsentrasi letal dengan modifikasi yang telah digunakan Uhan dan Sulastrini utuk
pemberian B.thuringiensis.
d. Sistem Imun
Serangga
Sistem pertahanan tubuh serangga
meliputi dua mekanisme pertahanan eksternal dan internal. Pertahanan eksternal
berupa pertahanan fisik-mekanik, sedangkan pertahanan internal berupa respon
imun seluler dan humoral. Pertahanan humoral terdiri atas prophenoloksidase,
lectin dan factor antimicrobial, sedangkan pertahanan seluler terdiri dari koagulasi
hemolimf, fagositosis, enkapsulasi dan nodulasi. Pertahanan secara internal baik
pertahanan humoral dan selular bekerja secara sinergis pada tubuh serangga dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Respon imun secara seluler ditandai dengan perubahan variasi jumlah dan
komposisi dari hemosit. Perubahan variasi hemosit terjadi karena respon dari
infeksi benda asing ataupun perubahan faktor hormonal. Serangga memiliki enam
tipe hemosit yang umum, yaitu : Prohemosit, Plasmatosit, Granulosit,
Koagulosit, Spherul sel dan Oenositoid. Tugas utama dari hemosit sebagai bentuk
pertahanan seluler dari respon imun dari serangga adalah fagositosit dari benda
asing, koagulasi, pembentukan kapsul dan nodul (Anggraeni, 1992).
Respon humoral yang ditandai dengan pengaktifan enzim prophenolokesidase
yang dilakukan oleh Prophenoloksidase Aktivating
System (PAS) merupakan rangkaian awal
dari pembentukan melanin. PAS juga menyebabkan opsonisasi, koagulasi, aktivitas
fungisidal dan bakterisidal (Melanie, 1999). Selain itu, PAS berperan sebagai stimulator
reaksi pertahan seluler, yaitu aktivitas prophenoloksidase yang mempengaruhi
kerja hemosit untuk melakukan aktivitas fagositosit ataupun nodulasi.
5.
Rencana Pelaksanaan Penelitian
a.
Bahan
Penelitian ini menggunakan larva C. pavonana
F yang diperoleh dari Balitsa, daun M.
jalapa yang diperoleh dari kawasan sekitar kawasan Dago-ITB, Bandung dan
bakteri B. thuringiensis diperoleh
dari ITB.
b. Tata Kerja :
1.
Pemeliharaan
C. pavonana (Cp)
C. pavonana dipelihara oleh BALITSA dipelihara
dan diaklimatisasi di laboratoium entomologi-ITB dari larva instar II hingga
instar IV,. Larva yang akan diberi perlakuan dikondisikan seragam dengan
pemberian pakan kubis yang telah dibersihkan dengan air mengalir. Pemberian
pakan larva diberikan dengan perioda waktu maksimal 24 jam.
2.
Mengidendifikasi
tipe sel hemosit pada C. pavonana dan
menghitung konsentrasi tiap-tiap hemosit terhadap jumlah keluruhan hemosit per
milliliter darah. Cara pengambilan darah dari hewan uji dilakukan dengan
meletakan hewan uji pada lemari es selama 10 menit (bertujuan untuk membuat
pingsan hewan uji) kemudian mengambil sampel darah dengan menggunakan jarum
injeksi.
3.
Ekstraksi
daun Mirabilis jalapa (Mj) Modifikasi metode yang digunakan
oleh Yusanti (2010)
Daun Mj yang diperoleh dibersihkan dengan air
mengalir kemudian dikeringanginkan hingga benar-benar kering (tidak menggunakan
sinar matahari langsung). Setelah itu daun diiris halus dan ditimbang dengan
neraca analitik sebanyak 500gr, lalu di haluskan hingga menjadi serbuk. Serbuk Mj dimaserasi dalam etanol 96% selama 3x24
jam, setelah itu dilakukan penyaringan. Dan ampas dilakukan pengulangan
maserasi hingga pelarut (filtrat) berwarna bening. Langkah berukutnya adalah
melakukan pemekatan filtrate dengan prosses destilasi menggunakan destilator
pada suhu 60oC, hingga diperoleh ekstrak kasar pekat. Ekstrak ini
dilarutkan pada 500ml Etanol 96%, ini yang kemudian dijadikan larutan murni
dengan konsentrasi 100%.
4.
Pembuatan
Konsentrasi M. jalapa
Ekstrak M. jalapa diencerkan dengan aquades hingga
mendapat konsentrasi sub-letal (Mengacu pada penelitian yang dikakukan oleh
Prasetyo, 2009) yaitu : 0 g/ml,0.1 g/ml, 0.2g/ml, 0.4g/ml, dan 0.8g/ml.
5.
Pemberian
dosis infeksi masing-masing konsentrasi dari ekstrak M.jalapa kepada C. pavonana.
Pemberian
perlakuan ekstrak M. jalapa ke C. pavonana dengan empat konsentrasi
berbeda, yaitu: 0 g/ml, 0,1 g/ml, 0,2 g/ml, 0,4 g/ml dan 0,8 g/ml. Ekstrak
dioleskan pada pakan kubis dengan menggunakan kuas. Setiap konsentrasi diujikan
pada 20 individu larva instar IV. Pemberian pakan dilakukan setiap hari (kurun
waktu 24 jam) dengan terlebih dahulu membersihkan kandang (wadah) pengamatan
untuk menghidari kondisi lembab.
6.
Mengukur
respon imun secara seluler
Pengamatan
respon imun dengan parameter yang diukur adalah jumlah konsentrasi hemosit,
persentase tipe hemosit setelah diberi perlakuan dimulai dari 0 jam, 12 jam, 24
jam dan 48 jam setelah diberi perlakuan pada tiap-tiap konsentrasi berbeda. Akan
dilakukan pengukuran sampel darah kembali yang diambil dari hewan uji setelah
diberikan perlakuan dengan menggunakan jarum injeksi dan dihitung dengan
hemositometer dibawah mikroskop.
7.
Analisis Uji
Fagositosis In-Vitro, dengan
menggunakan metode Anggraeni (1992).
Melakukan
Uji Hayati Respon pertahanan seluler dengan parameter yang diukur kemampuan sel
(plasmatosit) melakukan fagositosis dengan menambahkan B. cereus yang telah mati (dipanaskan pada suhu 1000C
selama 15 menit) dengan perbandingan jumlah sel dan bekteri 1:50. Kemampuan
plasmatosit memfagositosis B.cereus akan
diamati dan dihitung dengan analisis probit (regresi).
8.
Menentukan
konsentrasi optimum pada ekstrak M. jalapa
dengan mengamati kondisi terlemah respon imun dari pemberian perlakukan M. jalapa, untuk selanjutnya diberi
perlakuan pada konsentrasi B.thuringiensis
yang berbeda.
9.
Pengenceran
Bakteri B. thuringiensis (Bt)
10 gram Cristal Bt yang diencerkan dengan
menggunakan medium agar, kemudian melihat perubahan morfologi larva per 12 jam
setelah penginfeksian bakteri. dengan konsentrasi 2.5x10-4/ml, 5x10-4/ml,
1x10-3/ml, 2x10-3/ml dan 2.5x10-3/ml.
10. Penghitungan mortalitas C. pavonana
Setelah
penginfeksian Bt pada larva instar IV
maka akan diamati perubahan yang tejadi pada larva pada 0 jam, 12 jam dan 48 jam. Menghitung mortalitas yang terjadi mulai dari
jam 0 pengamatan hingga 48 jam setelah perlakuan.
11.
Rancangan Percobaan
|
|
|
Ket :
M = Ekstrak Mirabilis jalapa
B =Bacillus thuringiensis
Angka 1, 2, 3, 4 ,5 pada huruf M dan
S menunjukan taraf konsentrasi zat. Setiap perlakuan disediakan hewan sampel
sebanyak 20 ekor.
12. Uji
Statistik
Dilakukan perhitungan dari hasil penelitian dengan
menggunakan analisis variansi (ANOVA).
Jadwal Waktu
Pelaksanaan
No
|
Kegiatan
|
Bulan ke-
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
||
1
|
Penelusuran pustaka
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Persiapan alat dan bahan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pelaksanaan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Analisis data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyusunan tesis
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Perbaikan tesis
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Seminar hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Sidang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber Daya Fasilitas
1. Fasilitas
Penelitian dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang
tersedia di laboratorium jurusan Biologi ITB.
2. Rencana Pembiayaan Bahan Habis Pakai
Biaya bahan
Habis Pakai
No
|
Bahan
|
Jumlah
|
Harga satuan
(Rp)
|
Total (Rp)
|
1
|
Crystal
Bt
|
25 gr
|
10.000
|
150.000
|
2
|
Daun MJ
basah
|
1kg
|
0
|
37.500
|
3
|
Etanol
96%
|
5 L
|
23.000
|
115.000
|
4
|
Aquades
|
2 L
|
40.000
|
80.000
|
5
|
Bakteri
B.cereus
|
10 gr
|
10.000
|
100.000
|
6
|
Nutrient
Broth
|
10 gr
|
817.300 (500gr)
|
16.346
|
7
|
Buffer
tris
|
10 gr
|
1.345.850
|
134.600
|
8
|
Larutan
Laminarin
|
5 mg
|
370.000 (10 mg)
|
185.000
|
9
|
Alumunium foil
|
1 rol
|
83.000
|
83.000
|
10
|
Decon-90
|
10 ml
|
600.000 (100 ml)
|
60.000
|
11
|
Antikoagulan (turk)
|
10 ml
|
200.000 (10 ml)
|
200.000
|
12
|
Kubis
|
1 kg
|
5.000
|
5.000
|
13
|
Minyak imersi
|
5 ml
|
311.520 (100 ml)
|
16.000
|
14
|
Kertas saring
|
20 lbr
|
45.000
|
90.000
|
15
|
Tissue
|
2 pack
|
20.000
|
40.000
|
16
|
Wadah Toples
|
5 buah
|
3.000
|
15.000
|
17
|
Kuas
|
10 buah
|
5000
|
50.000
|
18
|
Kapas
|
500 gr
|
30.000
|
15.000
|
19
|
Kertas Label
|
1 pack
|
10.000
|
10.000
|
20
|
Sabun cuci tangan
|
1 botol
|
12.500
|
12.500
|
21
|
Sabun Cuci
|
1 botol
|
2.000
|
2.000
|
22
|
Masker
|
2 buah
|
5.000
|
10.000
|
24
|
Sarung tangan
|
1 kotak
|
50.000
|
50.000
|
25
|
Sanitizer
|
3 botol
|
10.000
|
30.000
|
26
|
Spritus
|
2 botol
|
3.000
|
6.000
|
27
|
Alkohol 70%
|
5 liter
|
23.000
|
115.000
|
28
|
Korek Api Gas
|
1 buah
|
1.500
|
1.500
|
29
|
Sprayer
|
2 buah
|
10.000
|
20.000
|
30
|
Larutan Ca2+
|
15 ml
|
547.800 (500 gr)
|
16.534
|
31
|
HCl
|
100 ml
|
20.000
|
20.000
|
32
|
Saline-versense
|
1 ml
|
20.000
|
20.000
|
|
TOTAL
|
1.705.980
|
Biaya Peralatan
No
|
Alat
|
Jumlah
|
Harga satuan
|
Total
|
1
|
Renovasi Kandang
|
-
|
-
|
Rp 75.000
|
2
|
Pinset
|
5 buah
|
Rp
20.000
|
Rp 100.000
|
3
|
Baki plastic
|
30 buah
|
Rp
5.000
|
Rp 150.000
|
4
|
Sikat botol
|
2 buah
|
Rp
5.000
|
Rp 10.000
|
5
|
Labu ukur
|
1 buah
|
-
|
Tersedia
|
6
|
Erlenmeyer
|
1 buah
|
-
|
Tersedia
|
7
|
Spatula
|
2 buah
|
-
|
Tersedia
|
8
|
Tabung reaksi
|
10 buah
|
-
|
Rp 45.000
|
9
|
Pipet tetes
|
10 buah
|
Rp
2.000
|
Rp 20. 000
|
10.
|
Autoclave
|
|
-
|
Tersedia
|
11.
|
Hemositometer
|
|
-
|
Tersedia
|
12
|
Mikroskop
|
|
-
|
Tersedia
|
13
|
Cawan petri
|
|
-
|
Tersedia
|
14
|
Destilator
|
|
-
|
Tersedia
|
15
|
Gelas objek dan penutup
|
-
|
-
|
Rp 100.000
|
|
TOTAL
|
Rp. 500.000
|
Biaya Lain-lain
No
|
Alat
|
Jumlah
|
Harga satuan
|
Total
|
1
|
Pemesanan larva CP
|
600 ekor
|
Rp. 700
|
Rp. 420.000
|
2
|
Pembuatan laporan
|
-
|
-
|
Rp. 200.000
|
3
|
Penggandaan tesis
|
4 buah
|
|
Rp. 250.000
|
4
|
Dokumentasi
|
-
|
-
|
Rp. 75.000
|
5
|
Penelusuran pustaka
|
-
|
-
|
Rp. 300.000
|
6
|
Biaya sewa dan fasilitas Laboratorium
|
-
|
-
|
Rp. 500.000
|
7
|
Transportasi
|
|
|
Rp. 400.000
|
|
TOTAL
|
Rp. 2.155.000
|
Rekapitulasi
Biaya
No
|
Pos Biaya
|
Jumlah
|
1
|
Biaya Habis Pakai
|
Rp. 1.705.980
|
2
|
Peralatan
|
Rp. 500.000
|
3
|
Lain-lain
|
Rp.
2.155.000
|
Total
|
Rp. 4.360.980
|
Disusun Oleh
Nama : Dina Maulina
NIM : 20611013
Tanda
tangan :
Tanggal : Desember
2011
Disetujui Oleh :
Nara Sumber
Dr. Tjandra Anggraeni
Daftar Pustaka
Anonim(1).
2011. Patogen Seangga.http://www.scribd.com/doc/34593467/patogen-serangga.
Diakses tanggal 7 Oktober 2011.
Anonim(2).
2011. Bakteri
Bisa Dimanfaatkan untuk Kendalikan Populasi Ulat Bulu
REPUBLIKA.co.id.http://www.kaskus.us/showthread.php?p=400338308. Diakses tanggal 26 Oktober 2011
REPUBLIKA.co.id.http://www.kaskus.us/showthread.php?p=400338308. Diakses tanggal 26 Oktober 2011
public_html/how.html.
Diakses tanggal 7 Oktober 2011.
Anggraeni,
T. 1992. Sistem Pertahanan Tubuh Pada Serangga. Petunjuk Laboratorium Pusat
Antar Universitas bidang Ilmu Hayati. Institut Teknologi bandung
Bahagiawati, 2008.Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai
Bioinsektisida.Buletin AgroBio
5(1):21-28. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian, Bogor
Melanie.
2009. Pengaruh Infeksi Jamur
Entomopatogen Metharizium anisopliae Terhadap mortalitas dan Respon Imun Oxya
japonica. Tesis Magister SITH-ITB. Bandung : ITB.
Pandansaire, S. 1987. Pengaruh Infeksi Bakteri Bacillus thuringiensis terhadap Hemosit
Gryllus bimaculatus. Tesis Sarjana Biologi. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Pedigo, L.P. 1999. Entomoligi
And Pest Management Third Edition. New Jesrey.Prentise Hall.
Prasetyo, D.B. 2006.Pengaruh Pendedahan Ekstrak Etanol Daun Mirabilis jalapa Terhadap
Konsumsi Pakan,Berat dan laju Pertumbuhan Larva serta Waktu Pupasi dan
Persentase Kemunculan Imago Spodoptera exigua hubner. Skripsi Sarjana
jurusan Biologi. Institut Teknologi Bandung
Rustama, M Miranti. Melanie dan B. Irawan. 2008. Patogenisitas
jamur entomopatogen Metarhizium anisopliae Terhadap Crocidolomia pavonana fab. Dalam kegiatan studi Pengendalian
hama terpadu tanaman kubis dengan Menggunakan agensia hayati.http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/123456789/1393/patogenisitas_jamur_entomopatogen.pdf?sequence=1. Diakses
oktober 2011
Sari, N Jelita dan D.Prijono. 2004. Perkembangan dan reproduksi crocidolomia pavonana (f.)(lepidoptera: pyralidae) pada pakan alami dan semibuatan. J.Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika Vol. 4 No. 2: 53-61 (2004). lSSN 1411-7525. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/42045361.pdf
Uhan, T.S. dan I. Sulastrini. 2008. Efektivitas
aplikasi dan Kombinasi Steirnernema carpocapsae dan Biopestisisa Bacillus
thuringiensis Terhadap Mortalitas Crocidolomia pavonana F. pada tanaman Kubis
di Rumah Kaca. J.Hort 18 (1) : 38-45
2008. Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran
Yusanti, L. 2009. Uji
ekstrak etanol daun dan umbi Mirabilis jalapa sebagai senyawa repellent untuk
Mencegah Oviposisi Imago Crocidolomia binotalis pada kubis (Brassica oleracea).
Skripsi Sarjana jurusan Biologi. Institut Teknologi Bandung
http://www.scribd.com/doc/55094127/17/Berat-Badan-Larva-Crocidolomia-pavonana-Fabricius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar