Powered By Blogger

GLamee Story of Aizee


Sabtu, 21 April 2012

Contoh Usulan Penelitian Tugas Akhir

USULAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
Program Magister Biologi ITB, jalur : Biologi Organismal
 

Nama
:
Dina Maulina
NIM
:
20611013
Judul Penelitian
:
Pengaruh Pemberian Biopestisida Mirabilis jalapa Dengan Kombinasi Mikroba Bacillus thuringiensis Terhadap Respon Imun dan Tingkat Mortalitas Crocidolomia pavonana F. Pada Tanaman Kubis
Nara Sumber
:
Dr. Tjandra Anggraeni
Penguji
:
1.      Prof. Dr. Intan Ahmad
2.      Dr. Ramadhani Eka Putra
Tempat Penelitian
:
Laboratorium Toksikologi dan Entomologi Jurusan Biologi ITB
Bidang Ilmu
:
Fisologi Biologi dan Perkembangan Biomedik

1.    Latar Belakang

Kubis merupakan pakan alami bagi Crocidolomia pavonana, sehingga berdampak buruk bagi tanaman kubis, karena C. povonana berkembang menjadi hama pada tanaman kubis. Serangan C.pavonana sebagai hama menyebabkan kehilangan hasil panen kubis sebesar 65,8% (Uhan, 2007). Hal ini berdampak pada penurunan produktivitas tanaman kubis baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Menyikapi hal ini, maka langkah yang harus dilakukan adalah upaya mengendalikan hama C. pavonana yang berkembang pesat pada tanaman kubis.  
Pengendalian hama yang hingga saat ini dilakukan oleh petani adalah dengan menggunakan insektisida kimiawi secara terjadwal dengan dosis tinggi. Dampak yang terlihat dari penggunaan insektisida kimiawi ini adalah terjadinya resistensi hama terhadap insektisida tersebut, terjadi resurgensi hama sasaran, menyisakan residu pestisida pada tanaman, juga dapat membunuh musuh alami serta menyebabkan pencemaran air, udara dan tanah (Sastosiswojo, 1987). Dengan demikian, alternatif yang harus digunakan untuk mengendalikan hama C. pavonana F pada tanaman kubis dengan cara yang paling aman adalah dengan penggunaan biopestisida dan bioinsektisida sebagai bentuk pengendalian hama secara terpadu.
Hasil penelitian Prasetyo (2009),  mengemukakan Mirabilis jalapa merupakan salah-satu alernatif pengendalian dari hama. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun M .jalapa mempunyai kemampuan mengurangi nilai konsumsi pakan, berat dan laju pertumbuhan serta waktu pupasi dan persentase kemunculan serangga dewasa. Hal tersebut karena terdapat senyawa antifeedant yang diperkirakan dapat menjadi insektisida alami atau botani. Yusanti (2009), menguji ekstrak etanol dari daun dan umbi M .jalapa sebagai senyawa repellent yang dapat mencegah oviposisi imago C. binotalis pada kubis (Brassica oleracea). Efek tersebut diatas diduga karena M. jalapa memiliki suatu protein Mirabilis Antiviral Protein (MAP) yang terkandung pada ekstrak, sehingga menurunkan fungsi imunitas pada C. binotalis tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak M. jalapa dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh C. pavonana yang ditandai dengan peningkatan aktifitas fagositosis sel sebagi bentuk pertahanan imunitas secara selular.

Penggunaan biopestisida yang ramah lingkungan cenderung menghasilkan pengaruh reaksi lambat dalam melemahkan kemampuan fungsi fisiologis dari tubuh C. pavonana. Maka untuk meningkatkan efisiensi kerja dari bioinsektisida ini, dan untuk mengendalikan hama adalah dengan mengkombinasikan biopestisida dengan bioinsektisida yaitu mikroba Bacillus thuringiensis yang bersifat entomopatogen. Hasil penelitian Uhan dan Sulastrini (2007) menyatakan bahwa pemberian pengaruh tunggal bakteri entomopatogen Bacillus thuringiensis pada larva Crocodolomia pavonana menunjukkan penurunan fungsi fisiologis 24 dan 48 jam setelah perlakuan, yaitu menunjukan gejala menurnnya nafsu makan, diare dan muntah, perubahan warna tubuh, dan berbau menyengat. Hal tersebut dikarenakan serangga memakan zat toksin yang dihasilkan bakteri, sehingga serangga tersebut dapat mati karena rusaknya jaringan yang ada di sistem pencernaan (Anonim, 2011).
Diharapkan kandungan Mirabilis Antiviral Protein (MAP) pada M. jalapa yang berpengaruh pada imunitas C. pavonana dan juga B. thuringiensis sebagai entomopatogen dengan kombinasi dosis infeksi yang optimium dapat digunakan sebagai pengendalian hama  terpadu yang tepat. Sehingga dapat meningkatkan mortalitas hama tanaman kubis pada fase larva hingga dewasa yang ramah bagi lingkungan karena menggunakan biopestisida dan bakteri entomopatogen.
2.    Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.    Mengukur respon imun dari pertahanan secara seluler C. pavonana setelah pemberian ekstrak M. jalapa dengan menghitung perubahan jumlah konsentrasi sel hemosit dan menguji kemampuan fagositosis dari hemosit dalam keadaan in-vitro.
2.    Mencari dosis optimum dari biopestisida M. jalapa terhadap C. pavonana dengan melihat perubahan respon imun dari tiap konsentrasi dosis infeksi.
3.    Menentukan kombinasi dosis optimum dari kombinasi ekstrak M. jalapa dengan B. thuringiensis yang memberikan efek mortalitas maksimum setelah pemberian B. thuringiensis.
3.        Hipotesis
1.    Terdapat penurunan respon imun dari pertahanan secara seluler C. pavonana setelah pemberian ekstrak M. jalapa yang ditandai dengan penurunan kemampuan fagositosis sel hemosit.
2.    Kombinasi dosis optimum dari kombinasi ekstrak M. jalapa dan B. thuringiensis dapat menekan populasi larva C. povonana
4.              Tinjauan Pustaka

a.              Mirabilis jalapa
M. jalapa merupakan tanaman herba tahunan, tegak dengan tinggi rata-rata 20-80 cm, berasal dari Amerika Selatan, banyak ditanam orang sebagai tanaman hias di pekarangan atau sebagai pembatas pagar rumah. Tumbuh di dataran rendah yang cukup mendapat sinar matahari maupun di daerah perbukitan. Selain berfungsi sebagai tanaman hias M. jalapa juga berfungsi sebagai tanaman pengusir (penolak) serangga, hal ini karena kandungan dari ekstrak daun M. jalapa mengandung senyawa repellent penolak serangga. Kemampuan M. jalapa sebagai senyawa repellent yang juga berfungsi sebagai senyawa antifeedan pada serangga. Penelitian Yusanti (2009) mengungkapkan bahwa ekstrak M. jalapa diketahui mengandung suatu protein Mirabilis Antiviral Protein (MAP) yang berfungsi sebagai repellent bagi serangga, sehingga ekstrak daun M. jalapa mampu melemahkan fungsi fisiologis pada serangga. Hasil penelitian Yusanti menyatakan ekstrak  M. jalapa berpotensi menjadi insektisida botaniyang mampu menolak serangga hama (repellent) dan mencegah terjadinya ovoposisi C. binotalis pada tanaman kubis.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prasetyo dan Yusanti ekstrak etanol M. jalapa dibuat dengan konsentrasi 0 g/ml, 0,1 g/ml, 0,2 g/ml, 0,4 g/ml dan 0,8 g/ml senyawa repellent. Konsentrasi 0,8 g/ml menjadi konsentrasi subletal (konsentrasi dibawah konsentrasi yang menyebabkan kematian larva sebanyak 50%) merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2009).

b.      Crocidolomia pavonana
Crocidolomia pavonana merupakan salah satu hama tanaman petanian yang menimbulkan dampak merugikan bagi tanaman kubis. Hal ini disebabkan karena C. pavonana menjadi parasit pada tanaman kubis. Habitat asli C. pavonana di daerah lembab pada ruang ternaung (gelap) dengan pakan alami larva adalah kubis. Hal ini menjadi sesuai mengapa C.pavonana menyukai tanaman kubis sebagai inang, mengingat habaitat kubis pada daerah lembab. Selain itu, peneitian Korinus (1995 dalam Sari, 2004)  menyatakan  bahwa Imago C. pavonana yang diberi makan kubis lebih banyak menghasilkan telur dari pada yang diberi pakan petsai.
C. pavonana mampu menyerang hasil panen kubis hingga 100% (Sastrosiswojo & Wiwin, 1999 dalam Yusanti 2009). Larva hama ini menyerang semua bagian pada tanaman kubis dari mulai daun muda, daun tua hingga titik tumbuh tanaman, hingga dikenal sebagai hama yang sangat rakus. Fase C. pavonana dilewati dengan empat tahapan perkembangan yaitu : telur, larva, pupa dan imago (dewasa). Siklus hidup hama ini bergantung pada suhu dan kelembaban. Pada tahapan telur C. pavonana biasa meletakkan telur di bagian bawah permukaan daun kubis yang ternaung, semntara pada tingkatan larva C. pavonana biasa menghabiskan hidupnya dengan mencari makan. Larva C. pavonana dapat memakan seluruh bagian daun dari tanaman kubis. Hal ini yang menyebabkan gagal panen pada tanaman kubis secara keseluruhan.

Diketahui bahwa Ekstrak M. jalapa merupakan biopestisida penolak serangga, sehingga saat C. pavonana terinfeksi oleh zat repellent maka serangga akan menunjukkan perubahan respon imun pada tubuhnya. Respon tersebut ditandai dengan peningkatan respon imun secara selular dan humoral dengan adanya reaksi fagositosis, enkapsulasi dan nodulasi pada tubuh serangga. Kesemua pengaruh sistem imun tersebut menyebabkan perubahan warna hematosit menjadi lebih gelap karena adanya endapan melanin pada darah (Melanie, 2009). Namun belum diketahui bagaimana pengaruh penurunan sistem imun secara seluler dan humoral pada C. pavonana setelah diberikan ekstak M. jalapa yang diketahui memiliki protein MAP sebagai repellent.

c.       Bacillus thuringiensis
Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerob dan membentuk spora. Bakteri ini termasuk patogen fakultatif dan dapat hidup di daun tanaman konifer maupun pada tanah. Saat fase sporulasi terjadi, selnya mengandung protein Cry yang termasuk ke dalam protein kristal kelas endotoksin delta (Roh, jong yul dkk, 2007).
Secara garis besar Bt akan menginfeksi hama dengan tahapan yang tertuang pada gambar berikut.
Sumber :Anonim, 2007
1.      Gambar A, protein kristal aktif melekat ke spora Bt. Spora dan kristal memasuki saluran pencernaan pada bagian usus.
2.      Gambar B, kristal protein sekitarnya memisahkan diri dari spora dan mulai larut. Setelah kristal tersebar, racun diaktifkan. Langkah ini terjadi di usus serangga, dan merupakan uji spesifisitas pertama untuk Bt. Agar kristal tersebar dan toksin untuk menjadi aktif, tingkat pH harus berada dalam rentang yang sangat terbatas bersuasana basa dengan kisaran  pH 9 – 10,5.
3.      Gambar C, toksin mulai mempengaruhi membran usus. Toksin tersebut mengikatkan diri pada reseptor dalam usus. Pada ilustrasi ini, hal itu menunjukkan bentuk persegi kecil sepanjang membran usus, yaitu pada lipatan sepanjang membran usus. Setelah toksin mengikatkan diri di membran, akan terbentuk lubang pada membran usus hingga larva mengalami kelaparan sampai mati. Apabila serangga memakan toksin tersebut, maka serangga tersebut dapat mati karena toksin dari protein Cry merusak jaringan yang ada di system pencernaan pada larva C. pavonana F. (Anonim, 2011).
Uhan dan Sulastrini (2007) menggunakan bakteri entomopatogen Bacillus thuringiensis pada larva Crocodolomia pavonana F. dengan konsentrasi 0,1 g/100ml dan 0,2 g/100ml sebagai konsentrasi letal bagi C.Pavonana. Pada penelitian ini digunakan konsentrasi letal dengan modifikasi yang telah digunakan Uhan dan Sulastrini utuk pemberian B.thuringiensis.
d.      Sistem Imun Serangga
Sistem pertahanan tubuh  serangga meliputi dua mekanisme pertahanan eksternal dan internal. Pertahanan eksternal berupa pertahanan fisik-mekanik, sedangkan pertahanan internal berupa respon imun seluler dan humoral. Pertahanan humoral terdiri atas prophenoloksidase, lectin dan factor antimicrobial, sedangkan pertahanan seluler terdiri dari koagulasi hemolimf, fagositosis, enkapsulasi dan nodulasi. Pertahanan secara internal baik pertahanan humoral dan selular bekerja secara sinergis pada tubuh serangga dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Respon imun secara seluler ditandai dengan perubahan variasi jumlah dan komposisi dari hemosit. Perubahan variasi hemosit terjadi karena respon dari infeksi benda asing ataupun perubahan faktor hormonal. Serangga memiliki enam tipe hemosit yang umum, yaitu : Prohemosit, Plasmatosit, Granulosit, Koagulosit, Spherul sel dan Oenositoid. Tugas utama dari hemosit sebagai bentuk pertahanan seluler dari respon imun dari serangga adalah fagositosit dari benda asing, koagulasi, pembentukan kapsul dan nodul (Anggraeni, 1992).
Respon humoral yang ditandai dengan pengaktifan enzim prophenolokesidase yang dilakukan oleh Prophenoloksidase Aktivating System (PAS) merupakan  rangkaian awal dari pembentukan melanin. PAS juga menyebabkan opsonisasi, koagulasi, aktivitas fungisidal dan bakterisidal (Melanie, 1999). Selain itu, PAS berperan sebagai stimulator reaksi pertahan seluler, yaitu aktivitas prophenoloksidase yang mempengaruhi kerja hemosit untuk melakukan aktivitas fagositosit ataupun nodulasi.
5.        Rencana Pelaksanaan Penelitian

a.    Bahan
Penelitian ini menggunakan larva C. pavonana F yang diperoleh dari Balitsa, daun M. jalapa yang diperoleh dari kawasan sekitar kawasan Dago-ITB, Bandung dan bakteri B. thuringiensis diperoleh dari  ITB.
b.      Tata Kerja :

1.      Pemeliharaan C. pavonana (Cp)
C. pavonana dipelihara oleh BALITSA dipelihara dan diaklimatisasi di laboratoium entomologi-ITB dari larva instar II hingga instar IV,. Larva yang akan diberi perlakuan dikondisikan seragam dengan pemberian pakan kubis yang telah dibersihkan dengan air mengalir. Pemberian pakan larva diberikan dengan perioda waktu maksimal 24 jam.
2.      Mengidendifikasi tipe sel hemosit pada C. pavonana dan menghitung konsentrasi tiap-tiap hemosit terhadap jumlah keluruhan hemosit per milliliter darah. Cara pengambilan darah dari hewan uji dilakukan dengan meletakan hewan uji pada lemari es selama 10 menit (bertujuan untuk membuat pingsan hewan uji) kemudian mengambil sampel darah dengan menggunakan jarum injeksi.
3.      Ekstraksi daun Mirabilis jalapa (Mj) Modifikasi metode yang digunakan oleh Yusanti (2010)
Daun Mj yang diperoleh dibersihkan dengan air mengalir kemudian dikeringanginkan hingga benar-benar kering (tidak menggunakan sinar matahari langsung). Setelah itu daun diiris halus dan ditimbang dengan neraca analitik sebanyak 500gr, lalu di haluskan hingga menjadi serbuk. Serbuk Mj dimaserasi dalam etanol 96% selama 3x24 jam, setelah itu dilakukan penyaringan. Dan ampas dilakukan pengulangan maserasi hingga pelarut (filtrat) berwarna bening. Langkah berukutnya adalah melakukan pemekatan filtrate dengan prosses destilasi menggunakan destilator pada suhu 60oC, hingga diperoleh ekstrak kasar pekat. Ekstrak ini dilarutkan pada 500ml Etanol 96%, ini yang kemudian dijadikan larutan murni dengan konsentrasi 100%.
4.      Pembuatan Konsentrasi M. jalapa
Ekstrak M. jalapa diencerkan dengan aquades hingga mendapat konsentrasi sub-letal (Mengacu pada penelitian yang dikakukan oleh Prasetyo, 2009) yaitu : 0 g/ml,0.1 g/ml, 0.2g/ml, 0.4g/ml, dan 0.8g/ml.
5.      Pemberian dosis infeksi masing-masing konsentrasi dari ekstrak M.jalapa kepada C. pavonana.
Pemberian perlakuan ekstrak M. jalapa ke C. pavonana dengan empat konsentrasi berbeda, yaitu: 0 g/ml, 0,1 g/ml, 0,2 g/ml, 0,4 g/ml dan 0,8 g/ml. Ekstrak dioleskan pada pakan kubis dengan menggunakan kuas. Setiap konsentrasi diujikan pada 20 individu larva instar IV. Pemberian pakan dilakukan setiap hari (kurun waktu 24 jam) dengan terlebih dahulu membersihkan kandang (wadah) pengamatan untuk menghidari kondisi lembab.
6.      Mengukur respon imun secara seluler
Pengamatan respon imun dengan parameter yang diukur adalah jumlah konsentrasi hemosit, persentase tipe hemosit setelah diberi perlakuan dimulai dari 0 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam setelah diberi perlakuan pada tiap-tiap konsentrasi berbeda. Akan dilakukan pengukuran sampel darah kembali yang diambil dari hewan uji setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan jarum injeksi dan dihitung dengan hemositometer dibawah mikroskop.
7.      Analisis Uji Fagositosis In-Vitro, dengan menggunakan metode Anggraeni (1992).
Melakukan Uji Hayati Respon pertahanan seluler dengan parameter yang diukur kemampuan sel (plasmatosit) melakukan fagositosis dengan menambahkan B. cereus yang telah mati (dipanaskan pada suhu 1000C selama 15 menit) dengan perbandingan jumlah sel dan bekteri 1:50. Kemampuan plasmatosit memfagositosis B.cereus akan diamati dan dihitung dengan analisis probit (regresi).
8.      Menentukan konsentrasi optimum pada ekstrak M. jalapa dengan mengamati kondisi terlemah respon imun dari pemberian perlakukan M. jalapa, untuk selanjutnya diberi perlakuan pada konsentrasi B.thuringiensis yang berbeda.
9.      Pengenceran Bakteri B. thuringiensis (Bt)
10 gram Cristal Bt yang diencerkan dengan menggunakan medium agar, kemudian melihat perubahan morfologi larva per 12 jam setelah penginfeksian bakteri. dengan konsentrasi 2.5x10-4/ml, 5x10-4/ml, 1x10-3/ml, 2x10-3/ml dan 2.5x10-3/ml.
10.  Penghitungan mortalitas C. pavonana
Setelah penginfeksian Bt pada larva instar IV maka akan diamati perubahan yang tejadi pada larva pada 0 jam, 12 jam dan 48 jam. Menghitung mortalitas yang terjadi mulai dari jam 0 pengamatan hingga 48 jam setelah perlakuan.

11.         Rancangan Percobaan


 
Menggunakan Rancangan Lengkap pola factorial dengan dua factor dan lima kali ulangan. Faktor pertama adalah ekstrak Mirabilis jalapa pada konsentrasi 0 g/ml, 0,1 g/ml, 0,2 g/ml, 0,4 g/ml dan 0,8 g/ml. Ditentukan konsentrasi optimum dosis infeksi pada larva. Faktor ke dua adalah bakteri Bacillus thuringiensis dengan tiga taraf, yaitu konsentrasi 0/ml 2.5x10-4/ml, 5x10-4/ml, 1x10-3/ml, 2x10-3/ml dan 2.5x10-3/ml.
B 0
B 2.5x10-4
B 5x10-4
B 1x10-3
B 2x10-3
B 2.5x10-3
 
M 0
M 0,1
M 0,2
M 0,4
M 0,8

 
Terdapat 5 kombinasi yang akan diperlakukan dengan ulangan sebanyak 5 kali yaitu:

Right Arrow: M Optimum
 




Ket :
M = Ekstrak Mirabilis jalapa
B =Bacillus thuringiensis
Angka 1, 2, 3, 4 ,5 pada huruf  M dan S menunjukan taraf konsentrasi zat. Setiap perlakuan disediakan hewan sampel sebanyak 20 ekor.
12.  Uji Statistik
Dilakukan perhitungan dari hasil penelitian dengan menggunakan analisis variansi (ANOVA).
Jadwal Waktu Pelaksanaan
No
Kegiatan

Bulan ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
Penelusuran pustaka












2
Persiapan alat dan bahan












3
Pelaksanaan penelitian












4
Analisis data












5
Penyusunan tesis












6
Perbaikan tesis












7
Seminar hasil












8
Sidang













Sumber Daya Fasilitas
1.      Fasilitas
Penelitian dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang tersedia di laboratorium jurusan Biologi ITB.
2.      Rencana Pembiayaan Bahan Habis Pakai

Biaya bahan Habis Pakai
No

Bahan
Jumlah
Harga satuan
(Rp)
Total (Rp)
1
Crystal Bt
25 gr
10.000
150.000
2
Daun MJ basah
1kg
0
37.500
3
Etanol 96%
5 L
23.000
115.000
4
Aquades
2 L
40.000
80.000
5
Bakteri B.cereus
10 gr
10.000
100.000
6
Nutrient Broth
10 gr
817.300 (500gr)
16.346
7
Buffer tris
10 gr
1.345.850
134.600
8
Larutan Laminarin
5 mg
370.000 (10 mg)
185.000
9
Alumunium foil
1 rol
83.000
83.000
10
Decon-90
10 ml
600.000 (100 ml)
60.000
11
Antikoagulan (turk)
10 ml
200.000 (10 ml)
200.000
12
Kubis
1 kg
5.000
5.000
13
Minyak imersi
5 ml
311.520 (100 ml)
16.000
14
Kertas saring
20 lbr
45.000
90.000
15
Tissue
2 pack
20.000
40.000
16
Wadah Toples
5 buah
3.000
15.000
17
Kuas
10 buah
5000
50.000
18
Kapas
500 gr
30.000
15.000
19
Kertas Label
1 pack
10.000
10.000
20
Sabun cuci tangan
1 botol
12.500
12.500
21
Sabun Cuci
1 botol
2.000
2.000
22
Masker
2 buah
5.000
10.000
24
Sarung tangan
1 kotak
50.000
50.000
25
Sanitizer
3 botol
10.000
30.000
26
Spritus
2 botol
3.000
6.000
27
Alkohol 70%
5 liter
23.000
115.000
28
Korek Api Gas
1 buah
1.500
1.500
29
Sprayer
2 buah
10.000
20.000
30
Larutan Ca2+
15 ml
547.800 (500 gr)
16.534
31
HCl
100 ml
20.000
20.000
32
Saline-versense
1 ml
20.000
20.000

TOTAL
1.705.980

Biaya Peralatan
No
Alat
Jumlah
Harga satuan
Total
1
Renovasi  Kandang
-
-
Rp    75.000
2
Pinset
5 buah
Rp 20.000
Rp  100.000
3
Baki plastic
30 buah
Rp 5.000
Rp  150.000
4
Sikat botol
2   buah
Rp 5.000
Rp    10.000
5
Labu ukur
1   buah
-
Tersedia
6
Erlenmeyer
1   buah
-
Tersedia
7
Spatula
2   buah
-
Tersedia
8
Tabung reaksi
10 buah
-
Rp    45.000
9
Pipet tetes
10 buah
Rp 2.000
Rp   20. 000
10.
Autoclave

-
Tersedia
11.
Hemositometer

-
Tersedia
12
Mikroskop

-
Tersedia
13
Cawan petri

-
Tersedia
14
Destilator

-
Tersedia
15
Gelas objek dan penutup
-
-
Rp 100.000

TOTAL
Rp. 500.000

Biaya Lain-lain
No
Alat
Jumlah
Harga satuan
Total
1
Pemesanan larva CP
600 ekor
Rp. 700
Rp. 420.000
2
Pembuatan laporan
-
-
Rp. 200.000
3
Penggandaan tesis
4 buah

Rp. 250.000
4
Dokumentasi
-
-
Rp.   75.000
5
Penelusuran pustaka
-
-
Rp. 300.000
6
Biaya sewa dan fasilitas Laboratorium
-
-
Rp. 500.000
7
Transportasi


Rp. 400.000

TOTAL
Rp. 2.155.000

Rekapitulasi Biaya
No
Pos Biaya
Jumlah
1
Biaya Habis Pakai
Rp. 1.705.980
2
Peralatan
Rp.    500.000
3
Lain-lain
Rp. 2.155.000
Total
Rp. 4.360.980
Disusun Oleh

Nama          : Dina Maulina
NIM           : 20611013
Tanda tangan  :
Tanggal           :       Desember 2011


Disetujui Oleh            :
    Nara Sumber



    Dr. Tjandra Anggraeni
Daftar Pustaka

Anonim(1). 2011. Patogen Seangga.http://www.scribd.com/doc/34593467/patogen-serangga. Diakses tanggal 7 Oktober 2011.

Anonim(2). 2011. Bakteri Bisa Dimanfaatkan untuk Kendalikan Populasi Ulat Bulu
REPUBLIKA.
co.id.http://www.kaskus.us/showthread.php?p=400338308. Diakses tanggal 26 Oktober 2011

Anonim(3). 2011.How does a Bt work. http://www.odec.ca/projects/2005/erla5m0/
public_html/how.html. Diakses tanggal 7 Oktober 2011.

Anggraeni, T. 1992. Sistem Pertahanan Tubuh Pada Serangga. Petunjuk Laboratorium Pusat Antar Universitas bidang Ilmu Hayati. Institut Teknologi bandung

Bahagiawati, 2008.Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida.Buletin AgroBio 5(1):21-28. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor
Melanie. 2009. Pengaruh Infeksi Jamur Entomopatogen Metharizium anisopliae Terhadap mortalitas dan Respon Imun Oxya japonica. Tesis Magister SITH-ITB. Bandung : ITB.

Pandansaire, S. 1987. Pengaruh Infeksi Bakteri Bacillus thuringiensis terhadap Hemosit Gryllus bimaculatus. Tesis Sarjana Biologi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Pedigo, L.P. 1999. Entomoligi And Pest Management Third Edition. New Jesrey.Prentise Hall.

Prasetyo, D.B. 2006.Pengaruh Pendedahan Ekstrak Etanol Daun Mirabilis jalapa Terhadap Konsumsi Pakan,Berat dan laju Pertumbuhan Larva serta Waktu Pupasi dan Persentase Kemunculan Imago Spodoptera exigua hubner. Skripsi Sarjana jurusan Biologi. Institut Teknologi Bandung

Rustama, M Miranti. Melanie dan B. Irawan. 2008. Patogenisitas jamur entomopatogen Metarhizium anisopliae Terhadap Crocidolomia pavonana fab. Dalam kegiatan studi Pengendalian hama terpadu tanaman kubis dengan Menggunakan agensia hayati.http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/123456789/1393/patogenisitas_jamur_entomopatogen.pdf?sequence=1. Diakses oktober 2011

Sari, N Jelita dan D.Prijono. 2004. Perkembangan dan reproduksi crocidolomia pavonana (f.)(lepidoptera: pyralidae) pada pakan alami dan semibuatan. J.Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika Vol. 4 No. 2: 53-61 (2004). lSSN 1411-7525. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/42045361.pdf

Uhan, T.S. dan I. Sulastrini. 2008. Efektivitas aplikasi dan Kombinasi Steirnernema carpocapsae dan Biopestisisa Bacillus thuringiensis Terhadap Mortalitas Crocidolomia pavonana F. pada tanaman Kubis di Rumah Kaca. J.Hort 18 (1) : 38-45 2008. Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran

Yusanti, L. 2009. Uji ekstrak etanol daun dan umbi Mirabilis jalapa sebagai senyawa repellent untuk Mencegah Oviposisi Imago Crocidolomia binotalis pada kubis (Brassica oleracea). Skripsi Sarjana jurusan Biologi. Institut Teknologi Bandung

http://www.scribd.com/doc/55094127/17/Berat-Badan-Larva-Crocidolomia-pavonana-Fabricius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar