Powered By Blogger

GLamee Story of Aizee


Sabtu, 17 Maret 2012

jar of hearts


I know I can't take one more step towards you
Cause all that's waiting is regret
And don't you know I'm not your ghost anymore?
You lost the love I loved the most

I learned to live, half-alive
And now you want me one more time

And who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me
Who do you think you are?

I hear you're asking all around
If I am anywhere to be found
I have grown too strong
To ever fall back in your arms

I've learned to live, half-alive
Now you want me one more time

Who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me
Who do you think you are?

Dear, it took so long
Just to feel alright
Remember how to put back
The light in my eyes
I wish I had missed
The first time that we kissed'
Cause you broke all your promises
And now you're back you don't get to get me back

Who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me
Don't come back at all

And who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
Don't come back for me
Don't come back at all
Who do you think you are?
Who do you think you are?

Hey! Aku Perempuan dengan Hati dan Perasaaan yang Lembut (Satu Hal Penting yang Tak Pernah Kau Sadari)




Aku kenal seseorang yang dianurgrahi nama Dyanne oleh orang tuanya. Seorang  gadis yang menyenangkan, supel, pintar dan tentu saja cantik.  Terlahir dari keluarga yang penuh kasih, dengan didikan khas keluarga yang penuh keterbukaan dan kasih sayang.


Sempurna bukan?


Hmm...  namun tak seperti itu yang kunilai tentangnya. Karena banyak hal yang kutahui dari dia yang mungkin tak terbaca oleh orang-orang yang hanya melihat sekilas wajah penuh tawanya.
Satu hal yang sakral telah menggerogoti hidupnya.  Apakah harus kukatakan bahwa hal kecil itu adalah cinta? Hey! Cinta?? Setahuku Hamka pernah mengatakan bahwa cinta haruslah kekuatan yang membuat kita mampu melewati onak berduri yang kita lalui dalam kehidupan.


Bukankah cinta seharusnya menjadi obat untuk segala kegamangan? Bukankah seharusnya cinta adalah tenaga untuk menggapai impian?
Tapi mungkin itu tak berlaku baginya.


Aku menjadi pendengarnya setiap malam, keluhan dan rintihannya. Tentang betapa tersiksanya dia melewati sakit karena pengkhianatan kekasihnya yang menurutku tak lebih dewasa dari siswa SMP kelas 9.


Miris! Miris mendengar ceritanya betapa tidak wajarnya saat seseorang yang telah menyakitimu mengatakan bahwa kau adalah sumber masalahnya. Miris mengetahui bahwa pengkhianat cintanya merasa bahwa gadis ini telah menggaggu kebahagiaannya.
Kebahagiaan?


Kebahagiaan mana yang dibicarakannya? Kebahagiaan mana yang menurutnya telah diusik oleh Dyanne?? Lalu bagaimana dengan pengkhianatan yang telah dianugrahkan kepada gadis ini?? Pernah terfikirkankah bahwa kebahagiaannya sudah lebih dulu dirampas?


Batinku meraba pada sisi kemanusiaan yang notabene sudah mulai menipis kulihat disekitar. Kenapa begitu banyak orang yang rela berbahagia diatas penderitaan dan tangis manusia lain? Kenapa ada manusia yang merasa perlu tersenyum saat manusia yang kebahgiaannya telah dia rampas sedang menangis tersedu.
Oh tuhan,... Bila itu menimpaku, tolong ingatkan aku, jangan biarkan aku menjadi manusia tak punya hati dan perasaan. Jangan biarkan aku menjadi manusia yang berhati buas. Aku tak ingin berbahagia diatas penderitaan manusia manapun. Bila aku harus bahagia, aku ingin mereka juga berbagia untuk bahagiaku.

Dan untuk Dyanne-ku, ingin rasanya aku ajarkan sebuah kalimat ini kepadanya, “Bila laki-laki itu kembali mengusikmu bisakah kau katakan kalimat ini padanya,,,
Hey! Aku Perempuan dengan Hati  dan Perasaaan yang Lembut
(Satu Hal Penting yang Tak Pernah Kau Sadari)”



Dyanne ku yang malang...
Laki-laki itu tak pantas kau tangisi. Bagaimana mungkin laki-laki yang mengkhianatimu bisa mencintai dengan tulus?


Aku... kakakmu,,, temanmu,,sahabatmu (mantan kekasih abangmu ^_^) akan selalu menjadi  pendengar setiamu,jangan takut sendiri ...


Bila sekali lagi laki-laki itu mengusik ketenanganmu, bisakah kau tetap menghadapinya dengan sikap terbaikmu. Satu hal yang kuyakini dari dulu, kebahagiaan mereka yang berbahagia diatas sakitmu tak akan berlangsung lama. Dan, jangan berusaha membuktikan apa-apa pada mereka yang menyakitimu. Jangan fokus pada masalahmu, fokuslah pada prestasimu.


Lakukan yang terbaik untuk hidupmu. Bukankah kita sama-sama meyakini bahwa perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik juga??



Rabu, 07 Maret 2012

Pre-Novel E6 (Karma)


Karma!!

Kring kring kring kring kring! Aku bangun dengan tubuh yang terasa sedikit ringkih karena kondisiku masih belum sembuh benar pasca sakit beberapa hari ini. Jam weker  bermotif tokoh Piglet berwarna pink dalam serial kartun Winnie The Pooh pemberian adikku mulai membuat kegaduhan di kamar. 
“Oke Dinda! Kakak sudah bangun, Sayang!” pekikku. Aku berbicara sendiri pada jam weker yang memang diberikan oleh Adinda sebagai kado perpisahan sebelum aku pindah ke Bandung. Ya. Aku ingat alasan adikku menghadiahiku jam itu.
“Kak, terima ya jam dari Dinda.” Betapa lucunya wajah manisnya itu saat memberiku jam yang dibelinya setelah menyisihkan uang jajannya selama seminggu.
“Terima kasih Sayang! Woow! Kakak diberi jam weker biar nggak telat bangun ya?” tanyaku polos.
“Nggak Kak! Biar Kakak selalu ingat Dinda, dan Dinda yang pertama Kakak ingat. Kan kalo Kakak bangun pagi, pasti matiin alaramnya dulu kan? Kan lihat jamnya kan? Pasti ingat Dinda terus kan? Berarti yang pertama kak ingat hari itu, Dinda kan Kak?” Bola matanya berputar-putar saat menyampaikan hal itu padaku, seolah dia mencoba mengingat-ngingat kalimat yang telah dirangkainya bersusah payah.
Huaa.. aku menangis saat dia mengatakan itu. Entahlah, tak cukup terima kasih. Tak hanya mengorbankan uang jajannya untuk menghadiahiku sebuah jam, tapi dia juga menaruh harapan saat memberiku hadiah itu, agar aku mengingatnya setiap hari, dan menjadikannya orang pertama yang ku ingat.
“Sayaang, tanpa kamu mintapun, kakak akan selalu ingat kamu.”
Dia memelukku erat dan menciumi pipiku. Hey! Betapa hebat ibuku mengajarkan arti persaudaraan pada anak-anaknya, bahkan kami yang tak satu ayahpun bisa sangat dekat. Seolah perbedaan itu tak pernah ada.
***

Aku mengamatinya jam weker  ini lekat, jam 5 pagi? Yah! Sebenarnya waktu shubuh sudah masuk dari setengah jam yang lalu, tapi tubuhku masih belum mampu membiasakan diri dengan waktu sholat di kota Bandung, sehingga aku masih saja terbangun jam 5 pagi, seperti yang selalu kulakukan di Padang.
Aku harus menunaikan kewajibanku terlebih dahulu. Mengawali pagi dengan sholat shubuh dan beberapa ayat suci adalah pilihan yang tepat menurutku. Yaah,,,hanya berusaha mengimbangi dunia dan akhiratku saja,,hihihi
Aku kembali duduk di tempat tidur,, tak ada rasa kantuk, tak ada tugas kuliah yang harus kuselesaikan, hanya sepi yang ku rasa.  Hening yang diselingi dengan suara-suara dari teman-teman dikamar lain yang masih membaca Alquran. Biasanya jam segini ibuku sudah menelpon hanya untuk menanyakan apa sudah bangun dan sholat subuh. Tapi mungkin beliau sedaang sibuk mengurusi adik-adikku yang akan pergi ke sekolah. Maka kubiarkan diriku duduk bersila diatas kasur dengan selimut yang terletak sekenanya. Tak ada yang kupikirkan, hanya membiarkannya seperti melakukan keinginannya sendiri.
Dan pikiranku mulai bermain nakal, perlahan dia berlari terlalu jauh,,terlalu dalam, hingga sampai pada kenangan indah dua tahun terakhir di hidupku. Aku melihat gambaran sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta. Bergandengan tangan menyusuri tepian Pantai Air Manis,  mengitari perkebunan teh di kota Solok dan berbagai gambaran keindahan lainnya.  Dia memaksaku menikmati lagi  semua keindahan yang dulu kulalui. Dapat jelas kurasakan aku tersenyum, tertawa dan sekaligus  menangis dengan mengingatnya. Menangis?? Tidak!! Aku tidak boleh menangis lagi. Bukankah aku sudah berjanji tak akan menangis lagi??
Oh! Semakin aku lawan,, semakin kuat saja kenangan itu. Air mata masih menggelayuti pipiku. Lubang kosong itu masih terasa hampa dan menganga. Dan rasanya semakin besar saja saat aku mngingatnya.
Shit!! Aku mencoba melawan rasa sakit ini. Aku hebat! Aku pintar! Aku kuat! Aku tangguh!! Pasti ada cara yang bisa kulakukan untuk melawannya.  Aku harus ingat hal lain. Saat aku terjatuh dari lantai dua kosan. Oh! Bukankah itu lucu bila diingat? Aku tergelincir sehingga membuat keseimbanganku terganggu dan sempat tersungkur? Untung saja tak ada cedera luar. Hanya sedikit memar di lututku. Ayo Aizee! Tertawalah!
Mungkin itu terlalu biasa. Aku mencoba mencari lagi ingatan lain yang kuharap bisa menggantikan ingatan-ingatan lalu yang hanya akan membuat jantungku sakit lagi. Aku tahu! Bagaimana kalau mengingat saat pertama kali mendaki gunung Singgalang? Salah satu gunung yang terkenal di Sumatera Barat. Bukankah itu kenangan favoritku? Ayo Aizee, ingat lah itu! Kau sangat senang bisa sampai ke Telaga Dewi bukan?  Bahkan kau bermimpi untuk menikah di telaga yang sangat kental aroma mistisnya itu kan? Kau senang bisa sampai ke kawah Gunung Singgalang meskipun setelah kembali dari sana kau harus mendapat hukuman tidak boleh keluar rumah selama sebulan? Tidak!! Ini sama sekali tidak membantu...
Aku rebahkan tubuhku dan mencoba berzikir berkali-kali hingga tak dapat kuhitung lagi telah berapa kali kulafazkan kalimat-kalimat suci itu. Dan benar saja, perlahan ketenanganku mulai kembali. Ingatan yang membuatku kalut pagi ini mulai memudar. Aku merasakan ada ketenangan luar biasa yang merasukiku. Yang bertarung hebat dengan setan yang membawa lagi kesedihan itu padaku. Alhamdulillah ya Rabb, begitu kuat nya kuasaMu. Dengan berdzikir saja bisa kuusir semua perasaan tak mengenakkan itu. “Kenapa tidak dari tadi saja kulakukan?”, pikirku.
Aku kembali duduk dan mencoba meraih handphone-ku yang sedari tadi belum kusentuh walau sudah terlalu banyak suara “ping” dari layanan Blackberry Messanger-ku.  Aku hanya tersenyum, berusaha mengacuhkan semua ajakan untuk chating dari teman-teman yang ada di kontak BBM ku. Hey! Ini masih terlalu pagi untuk mengurusi bisnis atau sekedar bergosip. Aku mengacuhkan mereka. Aku mengalihkan pandangan pada sebuah kalender kecil yang kutempelkan di dinding kamarku. Dapat jelas kulihat disana ada sebuah tanggal yang kulingkari dengan spidol berwarna merah.  Tanggal 19 Februari 2012? Otakku mulai mencari-cari peristiwa yang terjadi pada hari itu. Apa ?? Seingatku hari itu aku ke Jakarta untuk berakhir pekan bersama teman-teman semasa SMA. Lalu apa? Toh sebelumnya aku juga telah bertemu dengan mereka! Dan itu bukan pertama kalinya bagiku menginjakkan kaki di  Jakarta!. Apa yang spesial dengan lingkaran merah itu?
Aku mencoba memutar lagi ingatanku ke hari itu. Aku tersentak! Ternyata aku melingkari tanggal itu, karena memang ada sesuatu yang penting yang terjadi pada hari itu. Telepon yang kuterima jam 8 pagi di hari itu yang membuatku menjadikan tanggal 19 Februari harus selalu aku ingat.  Tiba-tiba aku mengingat semuanya yang kubicarakan dengan seseorang ditelepon. Aku ingat semuanya, bahkan gerutuan, hinaan, celaan dan keluhannya, aku ingat semuanya.
***
“Hallo! Assalamualaikum!” . Aku mengangkat telepon masuk itu dengan sejuta tanya dibenakku.
“Walaikum salam, Aizee,, Apa kabar??”. Terdengar suara seorang wanita paruh baya diseberang sana. Aku mengenalinya meski belum pernah bertatap muka. Setidaknya Kevin sering bercerita tentang tantenya itu padaku. Tante Linda.
“Alhamdulillah sehat Tante, Tante bagaimana? Sehat kan??”
Dan pembicaraan itu pun mulai mengalir...
“Ia  Zee, Tante sehat. Zee, ada kejadian gawat! Parah! Rumit!”
Sekonyong-konyong tante Linda mulai memborondongku dengan deskripsinya mengenai kondisi yang sedang dihadapinya sekarang.
“Ada apa Tante? Apa yang gawat? Apa?”. Rasa penasaranku memuncak, apakah ini ada hubungannya dengan Kevin? Lantas apalagi yang gawat dari kehidupannya yang bisa beliau utarakan padaku, selain itu ada hubungannya dengan Kevin ?
“Zee, ternyata Melda itu wanita murahan! Nggak baik! Kuranga ajar!.....” Dan masih banyak lagi julukan yang diberikan oleh Tante Linda untuk perempuan yang telah berhasil mmbuatku terpuruk seperti sekarang.
“Lah?! Emang dia kenapa Tante? Ada apa ini? Dia salah apa?”. Aku yang tak mengerti mencoba mencari tahu. Seingatku, Tante Linda sempat menertawakanku karena cemburu pada Melda saat aku mengetahui kalau Kevin mengajak perempuan itu pergi bersama keluaragnya ke Ancol. Hmm.. aku menangis saat berbicara dengan Tante Linda saat itu, tapi beliau meyakinkan bahwa Melda tak seperti itu. Dan sekarang tiba-tiba terbalik, ada begitu banyak ungkapan ketidaksukaan untuk perempuan itu. Ada apa?? Apa yan terjadi sebenarnya?
“Dia meminta Kevin menikahinya bulan Juli ini! Dan Mama Nirma sedang bertengkar hebat dengan Kevin di telepon karena tidak menyetujui ide gila mereka!........”
Jeder!!! Seperti ada petir besar yang menghantam langit. Dan reruntuhan langit itu seperti tengah menghantam dadaku. Tepat disini, dijantungku! Membuatnya remuk! Hancur! Hingga tak ada kepingan,,, Nafasku terhenti. Leherku tercekat. Seperti ada bola bekel kecil yang sedang berdiam disana dan tak ingin pergi. Aku mencoba bersandar mencari posisi ternyaman. Nafasku bahkan bisa kuhitung. Ritmenya tak beraturan. Aku terkejut. Ini mimpi kan?? Apa?? Menikah?? Mereka akan menikah? Apa lagi ini Tuhan?? Apa ini? Aku ingin mati saat mendengarnya!
“Hallo! Zee? Zee? Kok diam? Tante lagi ngomong sama Kamu!”
Aku tak mempedulikan panggilan Tante Linda. Aku bahkan tidak bisa memastikan apa nyawaku masih ada ditubuhku sekarang. Rasanya begitu sakit mendengarnya. Oh tidak! Kenapa air mataku selalu tahu kapan dia harus membasahi pipi mulusku? Kerja sama yang bagus antara hati dan otakku! Hebat! Tapi buru-buru kuhapus air mata ini! Aku tak ingin siapapun dari keluarga Kevin mengetahui kesedihanku.
“Ya Tante, Maaf Tan, tadi ada teman aku yang minjam setrikaan. Ya, terus gimana Tante? Apa masalahnya? Bukannya keluarga Tante lebih menyukai Melda daripada aku?”.
Emosiku muai bermain disini. Lagi-lagi kenangan lalu membuat otakku tak bisa kuajak berdamai. Aku yang tersakiti dengan pikiran-pikiran buruk keluarga Kevin. Mereka menganggapku matre dan selalu menghabiskan uang Kevin. Mereka menganggapku penuh dengan kepura-puraan. Niatku tak baik. Mereka sempat berpikiran aku hanya membawa pengaruh buruk.  Mereka menuduhku menjauhkan Kevin dari mereka. Mereka mengira aku akan mengambil Kevin dari mereka dengan mengajaknya menikah secepat mungkin. Oh God! Are they kidding me? There are so much dreams on me! Kenapa aku harus mengubur semua impianku untuk semua yang belum pasti itu? Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk membahagiakan ibuku dulu sebelum memutuskan menikah. Mungkin saat itu mereka tak tahu bahwa aku ingin menikah di bulan Februari 2015. Itu masih lama. Dan yang terparah. Mama Nirma perna menelponku jam 12 malam dan mengatakan bahwa beliau tak akan pernah merestui hubungan kami bahkan sampai dia mati. Astagfirullah. Demi Allah semua yang mereka tuduhkan itu tidak benar!
Aku tak ingin bersikap sok suci atau tanpa dosa. Bagaimanapun kami pernah melakukan kesalahan. Membuat orang-orang mengetahui kami sedang dalam masalah melalui jejaring sosial. Dan ya, mungkin hanya aku yang menyadari efek buruknya. Karena itu aku  tak pernah menunjukkan betapa menderitanya aku saat sedang bertengkar dengannya. Namun Kevin melakukan sebaliknya. Dia mencurahkan semuanya, bahkan bersikap seolah-olah dia sangat menderita bersamaku. Tentu saja orang-orang yang peduli padanya beranggapan itu benar. Huft.. Padahal beberapa menit setelah dia menulis status, note ataupun bentuk luapan emosi lainnya di Facebook, dia selalu datang ke rumahku untuk menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi, dan kita pun berdamai. Namun apa yang sudah kadung dilihat dan didengar oleh orang-orang tidak bisa ditarik lagi kan?
Namun menuduhku menghabiskan uang Kevin? Hey! Aku juga memiliki uangku sendiri! Aku juga diberi uang oleh ibuku! Aku tahu betul berapa uang saku yang diberikan orang tua Kevin. Terlalu bodoh bila aku harus memoroti uang yang tidak seberapa itu.  Mereka tidak tahu saja bagaimana pengorbananku. Ah sudahlah! Matre? Bahkan ibuku saja tertawa saat mengetahui ada yang menyebutku matre. Oh Ya Allah, Tidak mengenakkan difitnah. Tapi lagi-lagi aku yang penyayang dan pemaaf selalu bisa memaafka semua tuduhan itu. Aku selalu yakin akan ada penyesalan dari mereka untuk anggapan-anggapan buruk mereka selama ini padaku. Kita lihat saja. Bukankah Allah Maha Adil?
“Ia Zee, Tante salah menilai sepertinya. Melda tidak ada apa-apanya bila dibandingkan denganmu. Sejak pertama bertemu dia, tante sudah merasa hatinya jahat. Dan ternyata terbukti. Sudah jelas bukan wanita yang baik bila berani merebut pacar orang, padahal dia tahu laki-laki itu sudah punya pacar.  Tante juga tidak mengerti mengapa Kevin bisa memilih dia. Sekarang kondisinya sedang kacau! Mama Nirma dan Kevin masih bertengkar ditelepon. Kemarin Mama Nirma juga mengaku, kalau dia menyesal telah berpikiran buruk padamu, ternyata kamu sangat baik dan pandai membawakan diri. ”
What? Benarkah satu-satunya wanita yang susah kutaklukkan itu menyesali semua perbuatannya padaku? Benar Allah Maha Adil. Alhamdulillah. Entahlahh,, apa semua yang dikatakannya benar atau tidak. Kenapa semua tiba-tiba terbalik. Aku merasa harus mengetahui semuanya. Aku takut bila apa yang kudengar hari ini hanya sebuah kebohongan saja.
“Tante, tolong bilang ke Mama Nirma, jangan selalu berbicara dengan Kevin menggunakan emosi. Kevin tak pernah suka bila dinasehati dengan emosi. Bila Mama memang tidak menyetujui hubungan mereka, jelaskan baik-baik alasannya. Aku sangat mengerti perasaan Kevin sekarang bila dia sangat jengkel dengan mamanya. Setiap perempuan yang dekat dengannya selalu dimusuhi, termasuk aku, seolah-olah kami memiliki kesalahan besar dengan berpacaran dengan Kevin. Setidaknya tolong jelaskan kepada Kevin, perempuan seperti apa yang disukai keluarganya. Tolong beri dia solusi Tant,”. Aku dapat merasakan ada aliran yang sangat panas yang mulai menuju kepalaku. Aku tak ingin dikuasai emosi, maka segera aku beristigfar.
“Tapi Zee, untuk yang sekarang, kami benar-benar tidak bisa menerimanya! Melda bukan perempuan yang baik. Perempuan baik mana yang hampir setiap harinya pergi dengan laki-laki dari pagi hingga jam 4 pagi??”
“Apa??!!!! Jam 4 pagi?? Kemana mereka Tante?”. Lagi-lagi ada bunyi gelegar yang sangat dahsyat yang kudengar. Rasanya aku telah mati berkali-kali hari ini. Ada apa ini sebenarnya? Kemana mereka selama itu? Pikiran buruk mulai bertengger dikepalaku. Dan lagi-lagi ada sedih yang luar biasa yang memenuhi hatiku, dan ya.. air matakupun mulai berjatuhan.
“Itulah Zee, Tante nggak tahu! Kevin tidak bisa diajak berbicara sejak dia mulai berhubungan dengan Melda. Dia seperti dikuasai Melda. Setiap nasehat Tante tak pernah lagi di dengar. Berkali-kali Tante mengingatkan untuk tidak terlalu sering berduaan di kosan Melda hingga pagi. Ini Jakarta Zee, pergaulan disini sangat bebas. Tante takut mereka tak bisa menahan diri. Berkali-kali Tante larang dia untuk membawa Melda ke rumah ini, tapi tak pernah di dengarkan. Perempuan tak tahu malu itu masih saja berkunjung kesini. Dia memberikan efek yang sangat buruk pada Kevin. Kevin tak pernah lagi bermain dengan anak Tante. Kevin sekarang menjadi kasar dan pemarah. Dan yang lebih parah, Kevin mengancam akan kabur dari rumah Tante bila masih dilarang menemui Melda. Ini semua karena perempuan murahan itu!!”
Aku tak bisa mencegah Tante Linda mengeluarkan kata-kata kasar yang sudah berkali-kali kudengar darinya hari ini, karena aku juga sedang sibuk menenangkan diriku sendiri. Tuhan, ujian apa lagi ini? Rasa pedih yang kurasa semakin menjadi-jadi saja.
“Berarti Kevin sangat mencintai Melda ya Tante sampai-sampai dia memutuskan ingin meninggalkan rumah bila dilarang menemui Melda lagi?”. Walaupun nada bicaraku terkesan datar, tapi air mataku begitu mengalir deras saat menanyakan pertanyaan ini.
Oh tidak! Bagaimana mungkin dia sangat mencintai Melda, bila dia masih sering melihat foto kamu di laptopnya sambil mengelus wajahmu dan sesekali menciuminya?!”. Suara Tante Linda terdengar berapi-api.
“Foto aku? Foto yang mana Tante? Aku pikir dia sudah membuang semua tentangku.”
“Belum Zee! Kevin masih sangat sayang kamu. Dia bahkan pernah bilang ke Tante, bahwa dia menyesal meninggalkan kamu karena kenyataannya  memang kamu yang terbaik buat dia. Dan dia juag bilang kamu jauh lebih cantik.  Namun saat dia mencoba untuk kembali, kamu sudah tidak mau menerimanya....“
Licik! Berani sekali laki-laki itu mengatakan kepada semua orang bahwa aku yang terbaik buatnya sementara dia meninggalkanku demi perempuan lain. Oh tidak! Ingin rasanya akau hentikan pembicaraan ini sekarang juga. Mendegarkan crita tentangnya hanya mmbuat perutku mulas saja, seolah-olah organ dalamku sedang memprotes otakku untuk berhenti mengingatnya.  Namun aku tak mau bersikap kasar kepada orang yang lebih tua dariku ini.
“....Melda ini kurang ajar Zee. Dia merasa dirinya cantik! Padahal dia tak secantik itu. Hidungnya pesek. Dia pendek. Menang putih aja. Tidak pandai bergaul. Tidak bisa berbasa-basi. Setiap main ke rumah Tante, dia hanya berdua dengan Kevin, tak pernah bisa membaur. Setiap Tante berusaha mengajak dia berbicara dan menasehati agar tidak meminta Kevin menikahi dia, malah Kevin yang marah ke Tante karena si Melda membuat cerita bohong bahwa Tante mencoba memarahinya. Selain itu, dia sering menakut-nakuti Kevin. ~“Aku ini cantik Kev! Banyak yang suka sama aku! Pengusaha, dokter, orang dari Malaysia. Kalau kamu nggak mau nikah sama aku, kamu akan rugi besar! Karena kamu nggak akan dapat yang seperti aku lagi. Tak akan ada lagi perempuaan yang mau dengan kamu. Buktinya, mantan kamu saja sudah tak mau berbaikan lagi denganmu kan?”~. Masa ia dia bilang seperti itu? Perempuan macam apa dia? Mungkin dia lupa bercermin! Dan si Kevin yang bodoh ini juga percaya dengan kata-katanya! Mungkin Kevin sudah diguna-guna Zee!”.
Aku benar-benar tertawa keras-keras saat mendengar tante Linda menirukan cara berbicara Melda. Oh Kevin yang malang! Apa dia tidak menyadari betapa tampannya dia?? Kenapa dia harus terjebak dengan perempuan seperti itu? Perempuan sombong yang bahkan tak menarik sama sekali dimataku. Kenapa Kevin bisa percaya bahwa tak akan lagi perempuan yang ingin menikah dengannya? Ayolah Kevin sayang! Kenapa kau tiba-tiba bodoh??
“Tante, Kenapa Kevin bisa percaya dengan perempuan seperti itu? Apa Tante sudah mencoba berbicara baik-baik dengan Kevin? Kalau menurutku, untuk menikah secepat itu, Kevin belum siap Tante. Dia masih harus belajar banyak. Dia masih belum dewasa. Lagipula, setahuku, Mama Nirma ingin agar Kevin mapan dulu, kira-kira 3 atau 4 tahun lagi baru menikah. Jadi sebaiknya dinasehati lagi agar Kevin bisa berpikir jerni, lagipula....”
Tante Linda pun sekonyong-konyong menjawab, “Bagaimana cara menasehatinya Zee? Si Melda ini selalu saja mengikat Kevin. Asal kamu tahu ya, saat Kevin mencoba menghubungi kamu beberapa hari lalu, dia marah besar dan mengamuk. Tante sempat membaca sms yang dikirimnya untuk Kevin. Dan bila kamu melihat foto-foto mesra mereka di BBM atau Facebook, itu si Melda yang meminta Kevin memasukkannya. Dan sekarang, orang tuanya Melda juga sudah mulai mengikat Kevin. Mereka mendekati Kevin dan membujuk Kevin untuk menikahi anaknya Juli nanti. Dan si Melda ini juga nggak punya otak! Dia cuma mau jadi ibu rumah tangga biasa, mengurus suami dan anak-anak. Tak mau kerja! Wanita macam apa itu?? Mana mungkin kami setuju bila dia ingin menikah dengan Kevin.”
Aku kaget mendegarnya. Seorang lulusan Universitas Indonesia yang menamatkan kuliah sarjananya dalam waktu hampir 5 tahun hanya berniat jadi ibu rumah tangga dan mengurusi anak dan suami? Hey Nona! Kesinilah engkau! Biar kuajarkan padamu caranya berpikiran modern dan terbuka. Ini tahun 2012 bukan zaman baheula!!
Apa Tant? Jadi ibu rumah tangga? Hahahhahahaa.. Tante, izinkan aku tertawa dulu ya, perutku sangat sakit sekarang karena menahan tawa, ini sangat lucu Tante, aahhahahaha....” Tawa kami berdua pun lepas seketika.
***
Aku tersenyum sendiri mengingat pembicaraan kami ditelepon dua minggu lalu. Kedekatan yang terjalin antara aku dan Tante Linda membuatku sedikit lega, setidaknya aku berhasil membuat mereka menyadari bahwa aku tak seperti dugaan mereka dulu. Namun disatu sisi ada ketakutan dan kesedihan luar biasa yang ikut kujemput dengan mengingatnya. Menikah? Apa benar?? Oh Tuhan, bisakah itu tak terjadi antara mereka?? Bahkan wisuda sarjana saja baru dilaluinya hari ini, bagaimana mungkin dia akan menikah?
Wisuda???!! Yaa!! Hari ini dia wisuda! Kenapa baru kuingat?? Dan satu sahabatku juga sedang wisuda!
Aku membuka laptopku dan mulai berusaha merangkai kata-kata untuk sahabatku. Aku harus mengirimkan ucapan selamat untuk Cherie. Lagipula aku belum sempat membalas emailnya beberapa hari lalu. Dan jemariku pun mulai menari dengan indah diatas laptop putih kesayanganku.....

Bandung, 3 Maret 2012
Happy Graduation Dearest Cherie

Cherie sayaaang!! Happy Graduation!!
Huaaaaaa...aku sangat ingin sekali berada disana. Mengucapkan selamat untuk kelulusanmu dan memberikan pelukan hangat untukmu. Ingin sekali melihatmu berpakaian layaknya calon pengantin yang akan menikah.(^_^) Aku ingin sekali melihat warna kebayamu dan jilbab yang kau kenakan. Dan terlebih aku ingin memastikan apakah kau memilih salon yang tepat untuk mendandanimu. Kau tentu tahu apa yang akan kulakukan bila menurutku ada yang salah dengan make up mu bukan?? Apa kau merasa nyaman saat penata rias mengutak-atik wajahmu??? Hehehhehehe.... *Jujur saja aku menikmatinya ^_^
Cherie..apa kau terlihat cantik dengan kebaya itu??
Aku sangat ingin melihatmu dan menyaksikan prosesi wisuda yang sudah setahun lalu kulalui. Waktu cepat berlalu ya Cherie sayang?
Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah wisuda ini? Apa kau akan menjadi guru bimbel atau melamar di bank? Atau apa? Ceritakan padaku yaa....
Aku masih mencoba merangkai kata-kata lain yang hendak kutulis saat handphone-ku lagi-lagi berdering.
Mama Nirma
Calling......
Hah? Ada apa ini? Apa ini respon atas sms yang kukirim 5 menit yang lalu?
~Mama, selamat ya atas wisuda Kevin ^_^ ~
Pembicaraan yang berlangsung hampir 20 menit ini benar-benar membuatku mampu tersenyum-senyum sendiri. Sepertinya Cheri harus mengetahui apa yang terjadi.
Hey Cherie! Apa kau tahu apa yang terjadi saat aku menulisimu surat ini? Mama Nirma menelponku. Kau masih ingat beliau kan?? Yaah,,aku berani bertaruh kau tak akan lupa dengannya.. hehhe
Entahlah Cherie, semuanya terasa aneh saja buatku. Seperti mimpi. Beberapa waktu lalu Tante Linda yang tinggal di Jakarta yang berkali-kai menghubungiku untuk mengabari tentang Kevin dan Melda, untuk menyampaikan betapa tidak baiknya Melda, dan untuk menanyakan kemungkinanku untuk kembali bersama dengan keponakannya. Serta pengakuan kalau beliau dan keluarga besar mereka lebih menyukaiku dan telah membuka diri mereka untukku. Sekarang tiba-tiba Mama Nirma juga menghubungiku dan mengatakan hal yang hampir sama.
Kau mau tahu apa yang kami bicarakan Cherie?
Aku                 : “Hallo, Assalamualikum Mama!”
Mama Nirma: “Hallo sayang, apa kabar nak?”
Aku                 : “Alhamdulillah sehat Ma! Mama sehat? Oh iya Ma, selamat ya atas
 wisudanya Kevin. Semoga ilmunya berkah, amin”.
Mama Nirma: “Mama sehat Zee. Oh iyaa,,terima kasih yaa. Kenapa kamu nggak
pulang ke Padang? Seharusnya kan kamu ada disana”.
Aku                 : “Aduw, pulang Ma? Nggak bisa Ma, aku baru sembuh, lagipula
kalau aku datang, nanti pacarnya Kevin marah dong Ma”.

Kau tahu Cherie, hatiku terasa tercabik-cabik mengakui perempuan itu sebagai pacarnya, bagiku posisinya tetap sama. Selingkuhan!!
Mama Nirma:” Iaa,,, Mama lihat di facebook kamu, sakit apa kamu Zee? Udah
berobat? Jangan kecapekan yaa.. Mama selalu lihat facebook kamu
loh(Terdengar suara mama seperti terkekeh). Kalau soal si Melda, ya
ampun Zee, jelek ternyata! Pesek,, jelek! Seperti orang kampung.
Nggak ada apa-apanya dibandingkan kamu”.

Kau tahu Cherie, mama Nirma orang kesekian yang kudengar mengatakan bahwa perempuan itu sama sekali tidak cantik dan menarik. Sebelumnya pernyataan itu kudengar dari beberapa orang temanku, Ona, Nita, Maya, Riski dan Baim. Kemudian juga kudengar dari Tante Linda, dan sekarang Mama Nirma. Oh Melda! Apa kau tahu perbuatanmu telah membuat orang benar-benar menganggapmu buruk luar dalam.
Aku                 : “Hush Mama! Nggak boleh seperti itu Ma! Berdosa kita ma”.
Mama Nirma: (Tertwa terbahak-bahak, hingga akupun ikut tertawa mendengar
tawanya) Tapi benar Zee, jelek! Kalah jauh kalau dibandingin sama
kamu. Kok mau ya Kevin sama dia”.
Aku                 : “Loh! Bukannya putih ya Ma? Aku lihat fotonya kelihatnnya putih
orangnya.
Mama Nirma: Ah! Masa ia? Gelap juga ujung-ujungnya pas ketemu Mama.
Aku                 : Terus gimana Maa? Udah ketemu nih sama calonnya Kevin?
(Hatiku lagi-lagi tersayat menanyakan pertanyaan seperti itu... Cherie T_T)
Mama Nirma: Mama gak suka sama dia Zee, gak cocok sama Kevin. Nggak
sreg aja saat ketemu. Mama lebih suka sama Kamu. Lebih sopan, lebih
bisa berbaur, lebih bisa membawakan diri dan lebih cantik juga.

Oh Cherie, setelah perang dingin kami yang hampir berlangsung dua tahun, tiba-tiba pengakuan-pengakuan manis sperti itu meluncur dari mulut Mama Nirma. Apa kau bisa merasakan bagaimana senangnya aku mendengar semua itu? Bukankah itu fakta hah? heheheh

Aku                 : “Huaa,, Mama memuji aku terlalu berlebihan.... Tapi Ma, bukannya
mereka mau menikah bulan Juli ya? Huaa,, remuk jantungku Ma....”
Mama Nirma: “Hahahahaha,,gila !! Nggak bisa! Nggak ada cerita! Mama aja gak
setuju Kevin pacaran sama dia. Apalagi untuk menikah. Kalau untuk
menikah ndak boleh sama dia. Lagipula Mama ingin Kevin mapan
dulu. Kerja yang benar dulu, kalau dia mau, mama ingin
menguliahkan dia, agar bisa S2 juga seperti kamu”.
Aku                 : “Oh,, bagus Ma kalau Kevin mau lanjut kuliah”.
Mama Nirma: “Kamu sudah tahu kalau Kevin udah kerja?”.
Aku                 : “Belum Ma,,, oh yaa,,kerja dimana dia sekarang?” (Percayalah aku tahu semuanya tentang Kevin dari Tante Linda, jadi aku pura-pura tidak tahu saja,,)
Mama Niema: “Dia diterima di Bank Syariah Mandiri Zee, minggu depan sudah
mulai training. Nanti kalau dia sudah di Jakarta, main-main ya ke
Jakarta, biar bisa ketemu sama Kevin”.

Glek! Air ludahku tertelan dengan sendirinya. Ada apa ini Cherie? Kenapa sekarang si mama ini seperti membukakan jalan untukku? Aku harus bagaimana meresponnya Cherie? Sok jual mahal? Atau benar-benar menunjukkan apa yang kurasa?
Aku                 : “Haaaa,selamat ya Mama.. Pasti Mama bangga ya sama Kevin.
Heheeh,,,ketemuan ya Ma? Aku takut pacarnya marah Ma, aku nggak
mau karena aku mereka ada masalah pula”.
Mama Nirma: “Eh! Siapa dia berani marah-marah? Dia aja ngerebut Kevin dari
kamu, apa kamu marah sama dia? Lagian ini kan mama yang suruh”.
Aku                 : “Hmm,, iya deh Ma,, nanti kalau aku main-main ke Jakarta aku
sempatin ketemu Kevin. Oh ya,, Mama kapan ke Bandung? Kan
kemaren Mama bilang mau mampir ke Bandung...”
Mama Nirma: “Iaa,, Insya allah bulan 4 Mama ke Bandung, sekalian Tante Linda
juga mau pindahan. Kami mau mencarikan rumah yang lebih besar
untuk mereka tinggali, lagipula Kevin kan  tinggal dengan Linda, jadi
sebisa mungkin dicari rumah yang dekat dengan  kantornya Kevin.
Nanti kalau Mama ke Bandung sama nenek, Mama mampir ke kosan kamu ya, Nenek juga sudah kangen ketemu kamu katanya”.

Cherie! Awalnya aku pikir pertanyaanku hanya basa-basi. Tapi aku senang saat direspon seperti itu. Bukankah itu bukti bahwa penilaian buruk mereka kepadaku telah hilang?? Bukankah itu bagus?


Aku                 : “Benar kah Ma? Horee!!! Nanti kita jalan-jalan keliling Bandung ya
Ma? Shopping sepuasnya yaa,,,” (tawa kamipun lepas ...)

Mama Nirma: “Nanti, kalau kamu wisuda, Mama boleh datang kan? Mama akan
usahakan datang Zee..”
Aku                 :”Ia Ma, tentu saja boleh, aku akan sangat senang bila Mama hadir
saat aku diwisuda. Sewaktu wisuda sarjana dulu hubungan kita
sedang tak bagus, sebenarnya aku mau mengundang Mama, aku hanya
takut Mama menolak”.
Mama Nirma: “Ia nak! Maafkan Mama ya, sebenarnya dulu Mama sudah salah
menilai kamu. Sekarang, apa kamu masih ada menghubungi Kevin?”
Aku                 : “Sudah nggak pernah Ma! Bukannya Mama yang melarang aku
untuk menghubungi Kevin? Makanya tak kulakukan”.
Mama Nirma: “Zee, sering-seringlah hubungi Kevin! Tanya kabarnya gimana! Apa
dia baik-baik saja disana. Pokoknya sering-sering aaj hubungi dia
yaa.. Zee, kamu masih sayang nggak sama Kevin? Apa kamu nggak mau kembali bersama Kevin? Karena jujur Mama lebih senang bila kamu yang bersama dengan Kevin”.

Apa yang harus kujawab Cherie? Berharap tadi kau ada disampingku dan membisikkan kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. Maka aku tak menjawab apa-apa...
Aku                 : “Hmm.....”
Mama Nirma:”Kemaren Mama sempat bertanya pada Kevin, kenapa dia tak
kembali saja pada kamu, dan memulai semuanya dari awal..”
Aku                 : “Lalu Ma??” Cherie, aku sangat bersemangat ingin mendengar jawaban dari Kevin.
Mama Nirma:”Lalu dia menjawab ~Mana mungkin Aizee masih mau menerima kau
ma, setelah anak gadis orang mama hina-hina, kuselingkuhi pula!
Laki-laki yang suka sama dia dan ingin menjadi pacarnya sangat
banyak Ma! Mana mungkin dia masih mau menerima aku~ Zee, kamu masih sayang Kevin kan? Apa sekarang kamu sudah punya pacar?”
Aku                 : “Maa.... “(aku tak sanggup berkata apa-apa Cherie..)
Mama Nirma: “Sebenarny selama ini mama tak pernah benci sama kamu. Mama
hanya ingin Kevin fokus kuliah. Karena itu Mama berpikir, dengan
memiliki pacar hanya akan menggangu kuliahnya. Sekarang Mama
tahu bahwa skripsi yang telah mmbuat Kevin  diwisuda hari ini
adalah hasil bantuan kamu. Kamu mendampinginya mulai dari
pembuatan proposal hingga sidangnya. Sayangnya kamu bukan orang
yang mendampinginya hari ini. Zee, maafkan salah Maa ya nak..”
Aku                 : “Mama,, semua sudah diatur sama Allah Ma.. tak ada yang salah.
Aku tak mau sedih hari ini Ma, tak usah kita bahas ya Ma..”
Mama Nirma: “Zee, apa kamu masih mencintai Kevin?”
Aku                 :”Ma, kalau soal sayang atau cinta, sepertinya Mama pun tahu
jawabannya. Aku masih sangat menyayangi Kevin, tapi untuk
sekarang aku ingin fokus kuliah Ma. Aku tak punya pacar sekarang
walaupun banyak yang ingin menjadi pacarku. Aku tak ingin mencari
pacar lagi Ma, aku ingin mencari calon suamiku. Pendamping hidupku
kelak. Semoga aku dipertemukan dengan pendampingku disaat aku
sudah benar-benar siap. Amiin ya Rabb.”
Mama Nirma:”Ya Zee, itu juga yang coba mama katakan pada Kevin. Mama ingin
Kevin menikah umur 26 atau 27. Bukan tahun ini seperti keinginan
perempuan itu. Bila memungkinkan dan bila kalian berjodoh, Mama
akan sangat senang nak”.
Aku                 : “Sekarang kita jalani saja yang seperti ini Ma, aku hanya tak ingin
memutuskan silaturrahmi. Aku selalu berdoa agar Kevin bahagia dan
menjadi laki-laki yang lebih baik. Menjadi pemimpin nantinya. Dan
seperti yang aku tahu, keluargaku mengirimku ke Bandung bukan
hanya untuk memperdalam ilmu Biologiku Ma, tapi juga untuk
memberi kesempatann padaku untuk belajar mendewasakan diri,
mengaggunkan pribadiku, dan menjadi wanita yang jauh lebih baik.
Semoga Kevin juga melakukan hal yang sama. Amin..”
Mama Nirma: “Amin.”

Telepon itu berakhir setelah percakapan-percakapan kecil lainnya antara aku dan seorang wanita yang seumuran ibuku itu. Kau tahu Cherie, aku benar-benar ingin mendengar pendapat kalian tentang apa yang terjadi padaku beberapa hari ini.

Mereka seperti termakan omongann mereka sendiri bukan? Mereka mati-matian memojokkanku sebelumnya. Bahkan mereka sempat merasa sangat bahagia mengetahui hubunganku berakhir dengan Kevin. Namun Sepertinya Allah tak membiarkan mereka berbahagia diatas lukaku. Maka segera diperlihatkan pada mereka kebenaran yang seharusnya mereka akui juah-jauh hari.

Hmm,, Tapi aku tak tau apakah itu bisa merubah sesuatu. Aku jadi teringat pada apa yang menimpa kita saat tahnu pertama kita mengikuti perkulihan dulu. Bukanah kita juga dicela oleh hampir sebagaian orang di kampus itu? Mereka salah menilai kita berlima kan Cherie? Hingga waktu yang membuktikan bahwa dugaan mereka salah. Dan satu persatu permintaan maafpun menghampiri kita. Dan orang-orang yang sebelumnya meludah saat kita berlalu dihadapan mereka, malah menjadi orang-orang terdekat kita sekarang. Oh....hidup sungguh tak bisa ditebak yaa...

Baru saja ingin kulanjutkan merangkai kata-kata lainnya untuk sahabatku ini, lagi-lagi Blackberryku berbunyi. Kali ini ada pesan  dari salah satu teman SMP-ku di Blackberry Messagerku.
Ping
Ping
Zee, kami sudah di Mc D Dago, segera kesini!
Setelah ini kita karokean lagi!


Bertemu lagi dengan mereka setelah lebih dari 8 tahun tak bertatap muka seperti reunian unik yang penuh cerita. Aku kembali mengenang masa-masa Aizee masih menjadi gadis tomboi yang selalu dikelilingi teman laki-lakina yang bahkan lebih banyak dari teman perempuan. Oh masa remajaaa.....

Cherie, sepertinya aku harus mengakhiri suratku ini sekarang juga. Ada ajakan berakhir pekan dari teman-teman semasa SMP dulu. Aku belum sempat menuliskan apa-apa tentang mereka. Mungkin disuratku yang berikutnya ya...

Selamat wisuda ya Cherie..
Aku menyayangimu....

The Sweetest One
Aizee Glamee

NB: Seharusnya aku tak membalas suratmu secepat ini ya.. hanya saja menurutku ini cara yang unik untuk memberi ucapan untuk wisudamu. Lagipula Aurel tak akan memiliki kesempatan untuk menulisi email balasan untuk kita. Bukankah dia sedang jadi backpacker di negara orang? Hahah,,,kapan-kapan akan kulakukan hal yang sekarang dilakukannya,,
 I promise that! Aku akan bepergian juga keluar negri, Semuanya telah ada direncana jangka menengahku,,wish me luck sissy ^_^ hihiih

Dan hey! Tolong forward emailku ini ke Aurel ya ...